Anda di halaman 1dari 14

RHINITIS

Rhinitis

RHINITIS ALERGI RHINITIS NON ALERGI

Kelainan hidung karena proses Inflamasi hidung dengan gejala


inflamasi mukosa hidungyang di intermiten / persisten karena
mediasi oleh reaksi hipersensitivitas lingkungan.
tipe 1 Bersin, beringus, hidung gatal, hidung
tersumbat
•Gejala khas : hidung gatal, bersin,
rinore, hidung tersumbat.
Rhinitis alergi dibedakan menjadi musiman, menahun,
dan okupasional.
 Rinitis alergi – serbuk sari, kutu debu rumah.

 Klasifikasi ARIA berdasar durasi dan tingkat


keparahan, terdapat gejala:
1. RA intermiten
 < 4 hari dalam seminggu
 < 4 minggu.
2. RA persisten
 > 4 hari dalam seminggu
 > 4 minggu

 Tingkat keparahan :
1. Ringan, tidak terdapat hal berikut:
 Gangguan tidur
 Gangguan aktifitas sehari-hari
 Gangguan pekerjaan / sekolah
 Gejala dirasa mengganggu.
2. Sedang – berat, ada satu / lebih dari hal berikut:
 Gangguan tidur
 Gangguan aktifitas sehari-hari
 Gangguan pekerjaan / sekolah
 Gejala dirasa mengganggu

 Dikelompokkan menjadi 4:
1. Intermiten ringan
2. Intermiten sedang – berat
3. Persisten ringan
4. Persisten sedang – berat
Etiologi

RA memerlukan interaksi antara lingkungan dengan


predisposisi genetik
Beberapa pasien sensitif terhadap lebih dari satu
alergen dan bisa mempunyai RA.
Berdasar cara masuknya Alergen dibagi atas:
1. Alergen inhalan – tersering pada dewasa
2. Alergen ingestan – tersering pada anak-anak
3. Alergen injektan
4. Alergen kontaktan
Berdasarkan jenis alergen digolongkan menjadi 2
kelompok:

1. Penyebab spesifik
 Sebagian besar alergen inhalan. Dan terbagi menjadi
2 jenis:
a. Alergen perenial – ada sepanjang tahun & sulit
dihindari.
cth: debu rumah, tungau debu rumah, serpihan kulit
binatang, jamur, kecoa
b. Alergen musiman, tipe :
 pohon, rumput.

2. Penyebab nonspesifik
-Iklim, hormonal, psikis, infeksi, dan iritasi
Manifestasi klinis

 Trias gejala : besin, beringus, hidung tersumbat.


 Gatal/pedih di hidung, gatal pada mata, urtikaria, rasa
sumbatan pada telinga, gatal pada palatum, gatal
tenggorokan, asma.
 Bersin berulang – gejala khas. Proses membersihkan
diri karena dilepasnya histamin
 Pucat dan edema mukosa hidung
 Lubang hidung bengkak
 Edema kelopak mata
 Batuk, sakit kepala, anosmia, sinus dan nyeri wajah,
post nasal drip.
Diagnosis

1. Anamnesis yang perlu ditanyakan:


a. Bersin > 5x setiap serangan
b. Rinore (ingus bening encer)
c. Hidung tersumbat yang menetap / berganti
d. Gatal di hidung, tenggorokan, / telinga
e. Mata gatal, berair / kemerahan
f. Hiposmia / anosmia
g. Post nasal drip / batuk kronik
h. Variasi diurnal (memburuk pagi-siang, membaik
malam)
i. Frekuensi serangan, beratnya penyakit, lama sakit,
intermiten / persisten.
j. Pengaruh terhadap kualitas hidup
Pemeriksaan fisik
 tanda-tanda outward: bernafas lewat mulut,
menggaruk hidung / daerah lipatan hidung, sering
pilek, batuk, allergic shiners ( daerah hitam bawah
mata akibat kongesti nasal)
Pemeriksaan hidung:
1. Rinoskopi anterior dan spekulum hidung
Konka inferior diliputi sekret cair, mukosa pucat.
2. Nasoendoskopi
Gambaran polip nasi kecil di meatus medius.
Pemeriksaan penunjang
1. Skin price test SPT
2. IgE serum total dan serum spesifik
 SPT tes paling sesuai karena mudah dilakukan. Sensitivitas
dan spesifitas tinggi terhadap IgE spesifik.
 SPT dilakukan pada permukaan volar kulit yang sehat
lengan bawah pasien, 5 cm dibawah siku dan 5 cm
diatas pergelangan tangan, dengan jarak alergen
masingmasing 20-30 mm. Pada permukaan kulit
diteteskan masing-masing 1 tetes dari setiap ekstrak
alergen, kemudian ditusuk menggunakan lanset steril.
Dua puluh menit kemudian weal dihitung diameternya.
Pemeriksaan diaggap valid apabila ukuran kontrol
positif ≥ 4mm dan kontrol negatif ≤ 3 mm. Reaksi
dianggap positif apabila diameter weal lebih besar >
2mm dibanding kontrol negatif
Tatalaksana

1. Kontrol lingkungan
2. Terapi farmakologis
 antihistamin, dekongestan,antikolinergik
 Intranasal cromolyn, leukotriene modifier
 Steroid inhalan
 Pada rinitis ringan – antihistamin oral / intranasal
 Rinitis intermiten sedang – berat dan rinitis persisten
ringan
 Antihistamin oral + dekongestan, kortikosteroid
intranasal dan chromones
1. Antihistamin : generasi 1 dan generasi 2 (non sedatif)
 Antihistamin generasi 2 : astemizol, loratadin,
setirizin, dan terfenadin.
2. Dekongestan
 Secara oral : efedrin, fenil, propanolamin, dan
pseudo-efedrin
 Secara topikal : tetes hidung / semprot hidung :
fenileprin, efedrin, derivat imidazolin
3. Kortioksteroid
- Topikal : beklometosa, budenosoid, flusolid, flutikason,
mometasonfuroat dan triamsinolon.
4. Imunoterapi
 Desensitasi dan hiposensitasi – membentuk blocking
antibody.
5. Pembedahan
- Konkotomi (pemotongan konka inferior), bila konka
inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan
dengan kauterisasi.

Anda mungkin juga menyukai