Anda di halaman 1dari 23

KEHAMILAN EKTOPIK

/KEHAMILAN EKSTRA
UTERIN
Keperawatan Maternitas II
Oleh: Hanik Rohmah Irawati
Definisi
• Kehamilan ektopik: kehamilan yang
berimplantasi di luar endometrium
normal.
• Kehamilan ekstrauterin : Kehamilan yang
berimplantasi di luar uterus.
• Kehamilan pada pars interstisial tuba
dan servikal termasuk kehamilan
intrauterine tetapi mempunyai sifat
kehamilan ektopik yang sangat
berbahaya.
B. Patofisiologi
Berdasarkan tempat implantasinya
kehamilan ektopik:
1. Tuba fallopi: Pars interstisialis,
isthmus, ampula, infundibulum, fimbria.
2. Uterus: Kanalis servikalis, divertikulum.
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal: primer, sekunder.
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar
uterus
06/28/2023
KEHAMILAN
ABDOMINAL
Frekuensi kejadian KET tergantung dari
beberapa faktor :
1. Pemakaian antibiotika
Menyebabkan kesembuhan dari infeksi pada
tuba, tetapi lumennya menyempit sehingga
memperbesar kejadian hamil ektopik.
2. Pemakaian alat kontrasepsi meningkatkan
kejadian hamil ektopik, karena fungsinya
menghindari hamil tetapi tidak sekaligus
mengurangi kejadian hamil ektopik.
3. Umur penderita hamil ektopik antara 20-40,
insiden tinggi pd usia 35-44 thn.
• Variasi frekuensinya 1: 125-330 kasus.
Etiologi
• Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi
pada tuba
1. Gangguan pada lumen tuba
• Infeksi menimbulkan perlekatan endosalping
sehingga menyempitkan lumen.
• Hipoplasia tuba sehingga lumennya
menyempit.
• Operasi plastic pada tuba (rekonstruksi)
atau melepaskan perlekatan dan tetap
meyempitkan tuba.
• Sterilisasi tuba sebelumnya.
2. Gangguan di luar tuba
• Terdapat endometriosis tuba sehingga
memperbesar kemungkinan implantasi.
• Terdapat vertikel pada lumen tuba.
• Terdapat perlekatan sekitar tuba
sehingga memperkecil lumen tuba.
• Kemungkinan migrasi eksternal, sehingga
hasil konsepsi mencapai tuba dalam
keadaan blastula.
Akibat implantasi di dalam lumen tuba:
1. Hasil konsepsi mati dini
• Tempatnya tidak mungkin memberikan
kesempatan tumbuh kembang.
• Kemungkinan diresorbsi kecil.
2. Abortus tuba
• Kesempatan berkembang yang sangat kecil
menyebabkan hasil konsepsi mati dan lepas
dalam lumen.
• Lepasnya hasil konsepsi menimbulkan
perdarahan dalam lumen tuba atau keluar lumen
serta membentuk timbunan darah.
• Tuba tampak berwarna biru saat di operasi.
3. Tuba fallopi pecah (rupture tuba)
• Karena tidak dapat berkembang dengan
baik maka tuba pecah.
• Jonjot vili menembus tuba, sehingga
terjadi rupture yang menimbulkan
timbunan darah ke dalam ruang
peritoneum.
• Ruptura tuba menyebabkan hasil
konsepsi berimplantasi pada peritoneum
menjadi kehamilan abdominal sekunder.
• Kehamilan abdominal dapat mencapai
cukup besar.
D. Manifestasi Klinik
1. Nyeri abdomen atau pelvic, bisa menjalar ke bahu
dan seluruh abdomen, nyeri perut bagian bawah
dan saat defekasi. (no 1-3: trias klasik)
2. Amenore
3. Perdarahan vagina, biasanya coklat gelap - hitam
4. Ukuran uterus biasanya = kehamilan normal.
5. Nyeri tekan abdominal pada palpasi
6. Morning sickness, mual muntah, perasaan ngidam.
7. Pemeriksaan pelvic : massa pelvic, posterior atau
lateral terhadap uterus, dan nyeri servikal bila
servik digerakkan.
8. Keadaan umum; normal sampai syok, anemia, nadi
meningkat, daerah akral dingin, TD turun.
E. Penatalaksanaan Medis
Evaluasi Diagnostik
1. β-hCG: tidak ada peningkatan seperti
kehamilan normal.
2. USG: mengidentifikasi massa tuba, tidak
adanya kantong gestasi di dalam uterus.
3. Kuldosentesis: aspirasi darah dari
kuldesak Douglas mengindikasikan
perdarahan intraperitoneal akibat rupture
uteri.
4. Laparoskopi: visualisasi kehamilan tuba.
5. Laparotomi: jika ada pertanyaan tentang
diagnosis.
KULDOSENTESIS
Manajemen kolaboratif
Intervensi Terapeutik
• Pengobatan syok dan perdarahan, jika perlu
dengan cairan IV dan transfusi darah
Intervensi Bedah
• Tujuan: menyelamatkan ibu melalui
pengangkatan kehamilan dan rekonstruksi
tuba, jika mungkin.
• Prosedur bedah tergantung luasnya tuba
dan apakah telah terjadi rupture. Prosedur
pengangkatan kehamilan ektopik dengan
reseksi tuba, salpingostomi, salpingektomi,
salpingo-ooforektomi.
SALPINGO-
OOFOREKTOMI
Pengkajian Keperawatan

1. Kaji TTV: hipotensi, takikardi.


2. Kaji perdarahan vagina.
3. Kaji karakteristik nyeri, distensi, kekakuan abdomen.
4. Kaji hitung darah lengkap

Jumlah perdarahan yg ada mrp indikator buruk keparahan


situasi krn kehilangan darah dpt tersembunyi dlm
rongga panggul.
Kehilangan darah yg ekstensif  syok hipovolemik (nadi
cepat & dangkal, takipnea dan hipotensi).
Tanda Cullen (umbilikus warna biru) : perdarahan dlm
rongga peritoneum.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
• Kekurangan volume cairan b.d perdarahan
akibat ruptur pd tempat implantasi;
kehilangan cairan yg berlebihan akibat
pembedahan.
• Duka cita adaptif b.d keguguran
• Nyeri b.d ruptur peritonitis, perdarahan
intraperitoneum.
• Kurang pengetahuan b.d kurang informasi
mengenai pengobatan dan komplikasi yg
mungkin muncul.
INTERVENSI KEPERAWATAN
• Pd pasien yg diduga mengalami KE, jelaskan berbagai
macam uji diagnostik dan berikan dukungan.
• Bila terjadi ruptur akut pd tuba falopi, atasi syok dgn
infus IV rumatan (darah / ekspander plasma) untuk
menggantikan kehilangan krn perdarahan, pembedahan.
• Askep pasca operasi: TTV, cairan, asupan makanan,
ambulasi dini, perdarahan pervaginam, perawatan area
pembedahan dan antibiotik.
• Perawatan emosional: untuk memfasilitasi koping yg
efektif dgn cara anjurkan klien dan keluarga
mengungkapkan perasaannya, berikan privasi untuk
berduka & informasi penyebab KE.
Pendidikan dan pemeliharan kesehatan
1. Jelaskan tanda-tanda infeksi pasca
operasi
2. Jelaskan kemungkinan terulangnya KET
(5-20%) dan konsepsi menurun.
3. Diskusikan tentang kontrasepsi.
4. Ajarkan tentang tanda-tanda
kekambuhan KET; Perdarahan vagina,
nyeri abdomen, menstruasi yang tidak
teratur.

Anda mungkin juga menyukai