Anda di halaman 1dari 23

Assessment sebagai teknik

dalam memetakan potensi


social dan ekonomi masyarakat
Pengertian assesment
• Menurut Robert M Smith (2002)
Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk
mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hasil keputusannya
dapat digunakan untuk inetrvensi, sebagai dasar untuk menyusun suatu
rancangan program.
• Menurut Eko Putro Widoyoko
Assessment atau penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan
menafsirkan data hasil pengukuran berdasarkan kriteria maupun
aturan-aturan tertentu.
• Menurut Bomstein dan Kazdin (1985) yang dimaksud assessment
meliputi sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi
b. Memilih dan mendesain program treatmen
c. Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus.
d. Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari
terapi/intervensi.
• Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis
Proses sistematika dalam mengumpulkan data yang berfungsi untuk melihat
kemampuan dan kesulitan yang dihadapi individu, kelompok, komunitas dan
masyarakat, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan.
Berdasarkan informasi tersebut akan dapat menyusun program yang bersifat realitas
sesuai dengan kenyataan objektif sasaran.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan assessment merupakan proses
penggumpulan dan penggalian data yang ditujukan untuk mengetahui, memahami
kondisi individu, kelompok, komunitas dan masyarakat terkait permasalahan, kebutuhan
dan potensi, dimana data dan informasi tersebut akan menjadi bahan pertimbangan
dan rujukan pekerja sosial dalam menentukan intervensi dan penyusunan rencana
intervensi yang kontekstual dan relevan sesuai dengan kondisi dan kapasitas sasaran
intervensi.
Tujuan assessment
• Merujuk pada beberapa difinisi di atas, maka dapat dipahami bahwa
yang mnjadi substansi dari tujuan assessmen  adalah untuk
memahami kondisi yang terjadi pada sasaran yang meliputi individu,
kelompok, komunitas dan masyarakat. Dalam rangka menyusun suatu
program intervensi yang tepat sistematis dan akurat sehingga dapat
melakukan layanan sosial yang efektif dan efisien pada individu,
kelompok, komunitas dan masyarakat yang menjadi sasaran.
• Secara spesifik kemudian Chittenden (1994) menyebutkan bahwa tujuan dari assessment adalah
sebagai berikut :
1. Keeping Track
• Keeping track yaitu untuk menelusuri dan melacak sasaran dengan mengumpulkan data dan
informasi dalam kurun waktu tertentu dari berbagai jenis dan teknik penilaian untuk
mendapatkan gambaran kondisi dari individu, kelompok, komunitas dan masayarakat sebagai
sasaran.
2. Checking Up
• Checking Up adalah untuk mengecek pencapaian dan perkembangan hasil intervensi yang telah
dilaksanakan.
3. Finding Out
• Finding Out adalah mencari, menemukan dan mendeteksi suatu kekurangan kesalahan atau
kelemahan intervensi yang dilakukan sasaran, sehingga pekerja sosial bisa dengan tanggap
mencari alternatif penyelesaiannya.
4. Summing Up
• Summing Up adalah suatu cara untuk menyimpulkan tingkat keberhasilan intervensi yang sudah
ditetapkan. Hasil dari penyimpulan ini bisa digunakan oleh pekerja sosial dalam menyusun laporan
kemajuan atau progress intervensi yang telah dilaksanakan.
Fungsi Assessment
• Dalam suatu kegiatan belajar mengajar, assessment atau penilaian mempunyai peranan
yang penting. Karena assessment mempunyai dua fungsi yakni sebagai berikut :
1. Fungsi Formatif
• Fungsi formatif yaitu dimana assessment yang dipakai untuk memberikan umpan balik
atau feedback terhadap pada pekerja sosial untuk dijadikan dasar ketika Menyusun,
memperbaiki dan membenarkan suatu proses intervensi dan juga dalam mengadakan
monitoring untuk sasaran, terkait implementasi program.
2. Fungsi Sumatif
• Adalah suatu fungsi sebagai penentu kualitas intervensi, sehingga selanjutnya bisa
dijadikan bahan dalam pembuatan laporan, menentukan dan memastikan intervensi
dapat dimaknai berjalan sesuai tujuan dan harapan sasaran inetrvensi, termasuk untuk
memutuskan apakah intervensi dapat diakhiri dan dilanjutkan pada tahap terminasi.
Jenis-jenis assessment
1. Tes Tertulis
Tes tertulis merupakan tes dalam bentuk bahan tulisan (baik soal maupun
jawabannya).
2. Performance Assessment
Performance Assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan
situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan
pengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam
berbagai macam konteks.
3. Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan atau berkas pilihan yang dapat memberikan
informasi bagi suatu penilaian.
4. Penilaian Proyek
Penilaian Proyek. Adalah tugas yang harus diselesaikan dalam periode/ waktu
tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan,
pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data. Karena dalam
pelaksanaannya proyek bersumber pada data primer/ sekunder, evaluasi hasil dan
kerjasama dengan pihak lain, proyek merupakan suatu sarana yang penting untuk
menilai kemampuan umum dalam semua bidang.
5. Product Assessment
Penilaian ini merujuk pada hasil kerja masyarakat dalam mengimplementasikan
intervensi atau program, dengan keyakinan manusia mempunyai sifat bawaan,
misalnya: kecerdasan, temperamen, dan sebagainya. Faktor-faktor ini memberi
pengaruh terhadap pembentukan sikap atas implementasi rencana intervensinya.
6. Self Assessment
Assessment atau penilaian ini berbasis pada penelaian mandiri sasaran, sasaran
menilai secara mandiri apa yang telah ia kerjakan
7. Menggunakan Matriks Prioritas Masalah (MPM)
Teknik ini pada intinya ingin mengajak komunitas sasaran untuk
terlibat aktif dalam proses pengidentifikasian kebutuhan dan aset
yang ada pada komunitas, Dalam membuat matriks ini, Pemangku
kepentingan dapat menggunakan diskusi kelompok (wawancara
terhadap kelompok ) guna menggali berbagai pandangan yang ada
pada komunitas sasaran/ masyarakat.
• Ada beberapa tahapan dalam penggunaan Matriks Prioritas Masalah (MPM),
antara lain sebagai berikut:
a. Membentuk kelompok diskusi.
b. Jelaskan tujuan dan aturan main pada partisipan
c. Sediakan selembar kertas dan ajukan satu pertanyaan saja.
d. Berikan kesempatan pada masing-masing peserta untuk menjawab pertnyaan
yang diajukan
e. Mulailah proses diskusi
f. Berikan tanda bintang (*) pada kolom seberapa sering masalah dirasakan.
g. Klarifikasikan masalah partisipan
h. Berikan tanda bintang (*) pada kolom seberapa serius masalah tersebut
dirasakan masyarakat
i. Klarifikasikan jawaban partisipan
j. Laksanakan penghitungan suara
Contoh Lembar Matriks Prioritas Masalah

No Jenis Masalah Seberapa Sering Seberapa Serius


1-2 Kali 1-5 Kali 5-10 Kali Biasa Sedang Sangat
Terjadi Terjadi Terjadi

Jumblah Total

Keterangan:
1. Berikan tanda bintang (*) pada kolom seberapa sering masalah dirasakan
2. Berikan tanda bintang (*) pada kolom seberapa serius masalah tersebut dirasakan
masyarakat
8. Menggunakan Pemetaan Partisipatoris (Partisipatori Mapping)
Teknik ini dapat digunakan untuk membantu masyarakat atau Pemangku
kepentingan untuk dapat mengidentifikasiarea mana saja dilingkungan
masyarakat suatu masalah (terutama masalah yang dirasa sangat mengganggu
masyarakat) itu sering terjadi, serta potensi-potensi yang terkait dengan aset
komunitas. Disamping itu melalui pemetaan ini, pemangku keppentingan
dapat membantu membantu masyarakat untuk menjelaskan perubahan-
perubahan yang terjadi dimasyarakat. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
membuat peta ini adalah sebagai berikut:
a. Membentuk kelompok diskusi
b. Jelaskan tujuan dan aturan main pada partisipan
c. Fasilitator meminta salah seorang partisipan untuk menggambarkan
daerah mereka
d. Fasilitator meminta salah seorang parpatisipan untuk melengkapi gambar
daerah meraka
Contoh Pemetaan Partisipatoris (Partisipatori Mapping)
9. Alur sejarah masalah dan perubahan di masyarakat (time-line
history)
Teknik ini dapat digunakan untuk membantu masyarakat agar dapat
mengidentifikasikan alur sejarah timbulnya masalah di daerah mereka
dan perubahan-perubahan apa saja yang terjadi terkait dengan
berkembangnya daerah mereka. Pemangku kepentingan dapat
berinteraksi dengan warga masyarakat guna menggali data lebih
mendalam sehingga diakhir proses pembuatan time-line-history ini
Pemangku kepentingan akan dapat memahami lebih jauh tentang
apayang terjadi dikomunitas tersebut.
Alur sejarah masalah dan perubahan di masyarakat (time-line
history)
10. Diagram Venn Hubungan Antarlembaga
• Teknik ini pada dasarnya mencoba menggambarkan hubungan antar
lembaga ataupun antari instusi dalam suatu komunitas. Diagram venn
ini digunakan untuk menggambarkan kedekatan dan jarak antara satu
organisasi dengan organisasi lain. Penerapan teknik ini mempunyai
kemiripan dengan cara membuat peta partisipatoris maupun time-line-
histori.
• Awalnya mereka hanya diminta menggambarkan lingkaran-lingkaran
yang mengkaitkan keberadaan lembaga dengan para partisipan sebagai
bagian komunitas yang lebih luas. Dalam pembuatan diagram venn,
seperti pada teknik yang lain, konfirmasi terhadap warga masyarakat
selalu dilakukan agar menumbuhkan rasa kebersamaan dan rasa
memiliki pada setiap warga yang hadir dalam pertemuan tersebut.
11. Focus Group Discussion (FGD)
• Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi Kelompok Terarah merupakan teknik
pengumpulan informasi atas suatu isu atau masalah tertentu yang sangat spesifik
secara sistematis melalui diskusi kelompok yang dilakukan secara terarah
• Terdapat tiga kata kunci sebagaimana akronimnya yakni Diskusi: Bukan
wawancara atau obrolan, Kelompok: Bukan individual dan Terfokus: bukan
bebas. Dalam pelaksanaannya FGD dilakukan dengan cara berdiskusi dengan
para narasumber di suatu tempat, dibantu oleh seorang fasilitator/moderator
yang membahas isu atau permasalahan tertentu.
• FGD dimaksudkan untuk mencapai kesepakatan tertentu mengenai suatu
permasalahan yang dialami oleh peserta. Penyelesaian permasalahan ditentukan
oleh pihak lain setelah masukan diterima dan dianalisa. Hasil FGD bukan
merepresentasikan suara masyarakat, tapi untuk menunjukkan kedalaman
informasi, karenanya pengambilan kesimpulan harus didukung oleh data
pendukung lain.
• Berikut ini langkah-langkah pelaksanaan FGD:
1. Membentuk Tim FGD. Tim terdiri dari moderator yang berperan menjadi fasilitator
diskusi. Moderator harus memahami masalah dan terampil mengelola diskusi.
Selain moderator bisa juga ditambahkan anggota tim yang lain sesuai kebutuhan
(tentatif) seperti asisten moderator/ co-fasilitator, notulen, penghubung peserta,
penyedia logistik dan dokumentasi.
2. Menyiapkan tempat. Sebaiknya tempat yang dipilih suasananya nyaman, aksesnya
mudah dan kondusif.
3. Menyiapkan logistik. Logistik yang perlu disiapkan seperti ATK, dokumentasi
(audio/video), dan hal-hal lain yang dianggap perlu.
4. Menentukan peserta. Jumlah peserta FGD menurut berbagai literatur bervariasi,
misalnya 4-7 orang, 6-8 orang dan 7-11 orang. Jumlah peserta ini tidak mengikat,
sebaiknya jumlah peserta mengambil bilangan ganjil. Hal ini dimaksudkan agar
ketika terjadi perbedaan pandangan, proses pengambilan keputusan bisa dilakukan
dengan voting. Peserta FGD terdiri dari orang-orang dengan ciri yang sama atau
relatif homogen yang ditentukan berdasarkan tujuan atau tema FGD.
5. Menyusun pertanyaan FGD. Penyusunan pertanyaan (guideline FGD) bertujuan
agar diskusi berjalan lancar, terstruktur, tidak keluar dari tujuan yang sudah
ditentukan sehingga hasil FGD bisa merepresentasikan alasan, motivasi, tujuan
dan lain sebagianya yang berhubungan dengan topik pembahasan yang
didiskusikan. Guideline FGD dapat dilakukan dengan melihat beberapa hal yakni
tujuan FGD, jenis informasi yang ingin didapat, menyusun dari pertanyaan umum
ke pertanyaan khusus, pertanyaan dibuat dalam bahasa yang bisa dipahami.
6. Pelaksanaan FGD. Setelah semua siap, maka FGD bisa dimulai. Moderator
menjelaskan tema diskusi dan tata cara pelaksanaan diskusi. Moderator
menghidupkan suasana diskusi, mengelola dinamika kelompok, memotivasi
peserta untuk berpendapat, dan menekankan bahwa semua saran dan masukan
penting serta berharga, menghindari komentar yang menyatakan setuju atau
tidak setuju dan tidak melakukan justifikasi salah - benar. Moderator
mengarahkan kelompok kepada tema diskusi, mengelola waktu diskusi secara
efektif (60-90 menit), jangan sampai moderator diarahkan oleh kelompok,
mampu menjadi penengah serta objektif.
• Beberapa hal di atas merupakan beberapa Teknik assesmen yang dapat
digunakan dalam pengkajian keadaan desa melalui musyawarah dusun. Hal itu
dibutuhkan, agar dalam penyusunan perencanaan khsusnya dalam Menyusun
Rencana Pembangunan Jangka Menegah Desa (RPJM Desa) identifikasi atau
assessmentnya sebagai tahap awal dapat dilakukan secara partisapatif.
• Adapun keuntungannya adalah data yang diperoleh merupakan data yang
memang berasal dari masyarakat secara langsung dan hal tersebut akan
memberikan pengaruh yang positif terhadap penyusunan perencanaan yang
menjadi tahap selanjutnya,
• sehingga program dan kebijakan yang tersusun dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menegah Desa (RPJM Desa) jauh lebih tepat dan kontekstual, sehingga
bias atau ketidak sesuaian dengan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi
masyarakat dapat diminimalisasi, dan akhirnya kebijakan atau program layanan
desa untuk masyarakat memapu berpengaruh besar terhadap peningkatan
kesejahetraan masyarakat
DAFTAR GAGASAN DUSUN/ KELOMPOK : ……………………………………………………
DESA : ……………………………………..
KECAMATAN: ……………………………………..
KABUPATEN: SITUBONDO
PROVINSI : JAWA TIMUR

Prakiraa Penerima Manfaat


N Lokasi Satua
Gagasan Kegiatan n Laki- Pere A-
o. Kegiatan n
Volume laki m- RTM
Contoh
1 Rehabilitasi Gedung Posyandu RT. 01 1 unit 35 40 27
2 Pembangunan jaringan irigasi RT. 02 dan RT 03 1,200 meter 100 125 90
3 Pelatihan tata boga RT. 01, 02, 03 15 orang 5 10 9
…..

Desa …………………, tanggal …., …., ….


Mengetahui Disusun Oleh :
Kepala Dusun / Kelompok Tim Penyusun RPJM Desa

( ……………………….…………… ) ( ……………………………………… )
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai