Anda di halaman 1dari 41

PEKERJAAN

PERSIAPAN
PELAKSANAAN
STRUKTUR BANGUNAN
GEDUNG
KEMETERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT
JENDERAL BINA KONSTRUKSI DIREKTORAT BINA KOMPETENSI DAN
Nama:Muhammad
PRODUKTIVITAS Dody
KONSTRUKSI Jl. Pratama
Sapta Taruna Putra PU Pasar Jumat,
Raya, Komplek
Jakarta Selatan
Nim:4202012066
Pendahuluan
A. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu
Melakukan Pekerjaan Persiapan Pelaksanaan Struktur Bangunan Gedung.
B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi ini guna memfasilitasi
peserta latih sehingga pada akhir pelatihan diharapkan memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait
2. Mengendalikan pembuatan gambar pelaksanaan (shop drawing) 3.
Melaksanakan pekerjaan rekayasa lapangan (field engineering)
4. Mengoordinasikan pekerjaan penentuan tata letak (stake out) dan
jadwal rencana pelaksanaan bangunan gedung
5. Membuat laporan pekerjaan persiapan konstruksi bangunan
gedung
MELAKSANAKAN KOORDINASI DENGAN PIHAK TERKAIT

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Koordinasi


dengan Pihak Terkait :

1. Penyusunan jadwal koordinasi dengan pihak terkait


Jadwal koordinasi disusun bertujuan untuk merencanakan pelaksanaan
pekerjaan bangunan gedung sesuai dengan dokumen kontrak
2. Persiapan bahan rapat
koordinasi dengan pihak terkait Rapat adalah berkumpulnya
sekelompok orang untuk menyatukan pemikiran guna melaksanakan
urusan perusahaan. Dalam ini membahas rapat formal yang
melibatkan empat orang atau lebih, rapat organisasi dimaksudkan
untuk berkomunikasi, perencanaan, penetapan kebijaksanaan,
pengambilan keputusan, atau pemberian motivasi kepada armada
penjualan. Agar berlangsung efektif, penyelenggaraan rapat perlu
direncanakan.
Dr. Peter Drucker, dalam bukunya The
Effective Executive, mengatakan:
Kita menyelenggarakan rapat karena
orang-orang yang melaksanakan pekerjaan
yang berbeda-beda harus bekerja sama
untuk melaksanakan tugas khusus. Kita
rapat karena pengetahuan dan pengalaman
diperlukan dalam suatu situasi tertentu tidak
terdapat di dalam pikiran satu orang,
melainkan terbagi dalam pikiran beberapa
orang.
Tahap-tahap dalam memimpin rapat
secara efektif dapat dilihat dibawah ini:
Tahapan Kegiatan Dalam tahap kegiatan ada beberapa saran yang
perlu dilakukan oleh pemimpin rapat.

• Membuka rapat Dalam hal ini pemimpin rapat bisa membuka kegiatan
rapat dengan memberikan salam, menjelaskan maksud dan tujuan rapat
diadakannya rapat. Hal ini supaya anggota tahu dari awal apa yang ingin
dicapai dari rapat tersebut dan mengapa rapat itu diadakan. Kemudian
bisa dilanjutkan dengan membacakan agenda kegiatan yang akan
dilaksanakan.
• Memastikan setiap agenda dapat dilaksanakan dengan baik Sebagai
pemimpin rapat, kita harus memastikan juga bahwa semua agenda yang
akan disajikan dalam rapat dapat dilaksanakan dengan baik dan
terstruktur. Selain itu pastikan juga setiap anggota tahu bahwa setiap
agenda atau kegiatan yang dilakukan memiliki batasan waktu.
• Memastikan anggota memperoleh kesempatan yang sama
dalam berpendapat Salah satu tujuan umum rapat adalah
untuk mengambil sebuah keputusan atau penyelesaian sebuah
masalah. Untuk itu kita sebagai pemimpin rapat harus
memastikan bahwa setiap anggota rapat memperoleh hak
yang sama untuk berpendapat.

• Memastikan tidak ada salah seorang anggota yang


mendominasi diskusi Hal yang paling umum terjadi dalam
rapat adalah munculnya satu atau beberapa pihak yang
mendominasi diskusi. Hal ini sering kali membuat pemimpin
rapat kuwalahan, terlebih jika orang yang mendominasi
diskusi adalah orang yang dianggap memiliki
a. Tahapan persiapan Satu hal yang harus dilakukan sebelum rapat
dilaksanakan adalah melakukan persiapan. Ada beberapa saran yang
perlu dipersiapkan oleh seorang pemimpin rapat untuk pelaksanaan rapat
yang baik dan efektif.

i. Pertama, seorang pemimpin rapat harus menetapkan tujuan. Apa yang


ingin dicapai dari rapat harus ditetapkan lebih dulu. Hal ini bertujuan
supaya rapat benar-benar fokus pada hasil akhir yang ingin dicapai.

ii. Kedua, membuat agenda rapat. Kita harus menuliskan apa saja
kegiatan atau acara yang akan dilakukan dalam rapat. Agenda rapat yang
telah dibuat harus segera diedarkan jauh hari sebelum rapat dilaksanakan.
Selain itu, apabila ada sebuah salinan dokumen yang akan dibahas
sebaiknya juga diberikan jauh hari sebelum rapat di mulai. Hal ini
bertujuan supaya semua anggota dalam rapat bisa bisa membaca salinan
iii. Ketiga, menentukan batasan waktu. Ingat rapat yang baik harus
memiliki waktu yang jelas, sehingga rapat tidak ngelantur atau molor.
Rapat yang tidak memiliki batasan waktu akan cenderung bias dan
membuat anggota rapat bosan atau mereka merasa telah membuang
waktu sia-sia.

iv. Keempat, membagi tugas. Sebagai pemimpin rapat Anda jelas tidak
bisa melakukan segala hal sendiri. Misalnya untuk menuliskan hasil
rapat, menuliskan hasil diskusi atau yang lain. Pastikan Anda sudah
menunjuk seseorang yang bertugas untuk itu. Supaya ketika rapat selesai
Anda mempunyai hasil tertulis sebagai bukti nyata hasil rapat yang sudah
dilaksanakan.
b. Tahapan Kegiatan Dalam tahap kegiatan ada beberapa saran yang perlu
dilakukan oleh pemimpin rapat. • Membuka rapat Dalam hal ini pemimpin
rapat bisa membuka kegiatan rapat dengan memberikan salam, menjelaskan
maksud dan tujuan rapat diadakannya rapat. Hal ini supaya anggota tahu dari
awal apa yang ingin dicapai dari rapat tersebut dan mengapa rapat itu diadakan.
Kemudian bisa dilanjutkan dengan membacakan agenda kegiatan yang akan
dilaksanakan. • Memastikan setiap agenda dapat dilaksanakan dengan baik
Sebagai pemimpin rapat, kita harus memastikan juga bahwa semua agenda
yang akan disajikan dalam rapat dapat dilaksanakan dengan baik dan
terstruktur. Selain itu pastikan juga setiap anggota tahu bahwa setiap agenda
atau kegiatan yang dilakukan memiliki batasan waktu.
3. Pelaksanaan koordinasi dengan pihak terkait Dalam pekerjaan persiapan
pelaksanaan struktur bangunan gedung dikenal istilah PCM atau Pra Construction Meeting.
Pra Construction Meeting (PCM) adalah pertemuan yang diselenggarakan oleh unsur-unsur
yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan, seperti pihak Direksi Pekerjaan sebagai unsur
pengendalian, Direksi Teknis sebagai pengawas teknis, dan penyedia jasa sebagai pelaksana
pekerjaan, wakil masyarakat setempat dan instansi terkai guna menyamakan presepsi
tersebut seluruh dokumen kontrak dan membuat kesepakatan tersebut hal-hal penting yang
belum terdapat dalam dokumen kontrak maupun kemungkinan-kemungkinan kendala yang
akan terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan. Prosedur melaksanakan koordinasi Pre
Construction Meeting (PCM) adalah:
a. Menentukan jadwal pelaksanaan koordinasi dengan pihak terkait.
b. Menentukan pihak-pihak yang berkepentingan dalam koordinasi.
c. Menentukan materi atau hal-hal yang akan dibahas dalam koordinasi. Dalam pekerjaan
pelaksanaan konstruksi, Materi agenda rapat yang dibahas dalam koordinasi adalah rencana
kerja, kesiapan sumberdaya, kemajuan
1. Persiapan Dokumen Kontrak Kerja Konstruksi Sesuai Pasal 22 Peraturan Pemerintah 29
Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Kontrak Kerja Konstruksi sekurang-
kurangnya memuat dokumen-dokumen yang meliputi:
a. Surat Perjanjian; b. Dokumen Lelang; c. Usulan atau Penawaran; d. Berita Acara berisi
kesepakatan antar pengguna jasa dan penyedia jasa selama proses evaluasi oleh pengguna
jasa antara lain klarifikasi atas hal-hal yang menimbulkan keragu-raguan; e. Surat Perjanjian
dari pengguna jasa menyatakan menerima atau menyetujui usulan penawaran dari penyedia
jasa; dan f. Surat pernyataan dari penyedia jasa yang menyatakan kesanggupan untuk
melaksanakan pekerjaan.
Sementara itu dokumen kontrak untuk pekerjaan-pekerjaan konstruksi bangunan
gedungcdengan dengan sistem Pelelangan Nasional (National/Local Competitive
Bidding) dalam urutan prioritas terdiri dari:
a. Surat Perjanjian termasuk Adendum Kontrak (bila ada);
b. Surat Penunjukan Pemenang Lelang;
c. Surat Penawaran;
d. Adendum Dokumen Lelang;
e. Data Kontrak;
f. Syarat-syarat Kontrak;
g. Spesifikasi;
h. Gambar-gambar;
i. Daftar Kuantitas dan harga yang telah diisi harga penawarannya;
j. Dokumen lain yang tercantum dalam Data Kontrak pembentuk bagian dari
kontrak; Sedangkan untuk kontrak-kontrak dengan sistem Pelelangan Internasional
(International Competitive Bidding), dokumen kontrak tersebut secara urutan
prioritas meliputi: a. the Contract Agreement; b. the Letter of Acceptance; c. the Bid
and the Appendix to Bid; d. the Conditions of Contract, Part II; e. the Conditions of
Contract, Part I; f. the Specifications; g. the Drawings; h. the priced Bill of Quantities;
and i. other documents, as listed in the Appendix to Bid
Sesuai ketentuan Pasal 22 Undang-undang
Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,
kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya
harus memuat uraian mengenai:
a. Para pihak, yang memuat secara jelas
identitas para pihak;
b. Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian
yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai
pekerjaan, batasan waktu pelaksanaan;
c. Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan,
yang memuat tentang jangka waktu
pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang
menjadi tanggung jawab penyedia jasa;
d. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang
jumlah, klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli
untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi;
e. Hak dan kewajiban, yang memuat hak
pengguna jasa untuk memperoleh hasil
pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk
memenuhi ketentuan yang diperjanjikan serta
hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi
dan imbalan jasa serta kewajibannya
melaksanakan pekerjaan konstruksi;
3. Kontrak Harga Satuan Kontrak berdasarkan Harga Satuan
adalah kontrak pekerjaaan jasa pemborongan yang berdasarkan harga satuan setiap jenis
pekerjaan yang disepakati. Pembayarannya dilakukan secara bulanan atas nilai pekerjaan
yang telah dilaksanakan sampai dengan saat bulan yang bersangkutan. Nilai pekerjaan
tersebut dihitung berdasarkan volume dan harga satuan masing-masing mata pembayaran
yang dimuat dalam daftar kuantitas dan harga Pada sistem kontrak harga satuan ini, yang
mengikat sebagai harga kontrak adalah harga satuan masing-masing mata pembayaran untuk
sejumlah volume yang dimuat dalam daftar kuantitas dan harga. Sedangkan nilai total
kontrak untuk seluruh pekerjaan yang merupakan penjumlahan semua hasil perkalian
volume dan harga satuan masing-masing mata pembayaran adalah merupakan nilai yang
“belum pasti” dan bukan merupakan nilai yang akan dibayarkan pada akhir kontrak apabila
seluruh pekerjaan telah terselesaikan.
Volume masing-masing jenis mata pembayaran yang ada di dalam daftar kuantitas dan harga
merupakan volume perkiraan sementara untuk menyelesaikan pekerjaan proyek dan
merupakan volume yang berlaku untuk setiap harga satuan yang ditawarkan oleh penyedia
jasa dalam penawarannya. Karena harga satuan adalah mengikat dalam kontrak, maka nilai
harga satuan masing-masing mata pembayaran tidak dapat diubah kecuali apabila terjadi
perubahan volume mata pembayaran dari volume awal melebihi nilai tertentu, misalnya
15%, atau karena adanya penyesuaian harga sebagai akibat fluktuasi harga yang resmi
misalnya berdasarkan data badan statistic. Sistem kontrak harga satuan ini umumnya
diterapkan pada jenis-jenis pekerjaan yang volumenya tidak dapat dihitung secara pasti
sehubungan dengan sifat perencanaannya sendiri masih harus disesuaikan dengan kondisi
lapangan sehingga akan mempengaruhi nilai volume awal yang disiapkan pengguna jasa.
4. Ketentuan Spesifikasi Teknis Spesifikasi
Teknis adalah suatu uraian atau ketentuan-
ketentuan yang disusun secara lengkap dan
jelas mengenai suatu barang, metode atau
hasil akhir pekerjaan yang dapat dibeli,
dibangun atau dikembangkan oleh pihak lain
sedemikian sehingga dapat memenuhi
keinginan semua pihak yang terkait.
4. Ketentuan Spesifikasi Teknis
Spesifikasi Teknis adalah suatu uraian atau
ketentuan-ketentuan yang disusun secara lengkap
dan jelas mengenai suatu barang, metode atau hasil
akhir pekerjaan yang dapat dibeli, dibangun atau
dikembangkan oleh pihak lain sedemikian sehingga
dapat memenuhi keinginan semua pihak yang
terkait.
4.1 Posisi Spesifikasi Dalam Dokumen Lelang Dokumen Pekerjaan
Konstruksi adalah dokumen yang berisi pengaturan atau prosedur dan
ketentuan administratif maupun teknis untuk penyelenggaraan suatu proyek
fisik (jalan/jembatan), yang pelaksanaannya akan diserahkan oleh pemilik
proyek (pengguna jasa konstruksi) kepada pihak lain (penyedia jasa konstruksi)
melalui proses pengadaan. Jika proses pengadaan yang dipilih adalah
pelelangan, biasanya Dokumen Pekerjaan Konstruksi itu disebut Dokumen
Lelang, dibedakan atas Dokumen Lelang LCB (Local Competitive Bidding) dan
Dokumen lelang ICB (International Competitive Biding). Dokumen Lelang
LCB terdiri atas dokumen-dokumen sebagai berikut :
1) Pengumuman / Undangan Lelang;
2) Instruksi Umum kepada Peserta Lelang;
3) Instruksi Khusus kepada Peserta Lelang;
4) Syarat-syarat Umum Kontrak;
5) Syarat-syarat Khusus Kontrak;
6) Daftar Kuantitas dan Harga;
7) Spesifikasi;
8) Gambar-gambar;
9) Bentuk-bentuk Jaminan Penawaran / Pelaksanaan / Uang
Muka; 10)Adendum (jika ada)
4.2 Posisi Spesifikasi Dalam Dokumen Kontrak
Spesifikasi adalah salah satu elemen dari Dokumen Kontrak yang
menguraikan secara rinci ketentuan-ketentuan teknis dari Pekerjaan
Konstruksi dimaksud. Dokumen kontrak nasional (NCB) sesuai urutan
kekuatan hukumnya terdiri atas sebagai berikut :
1) Surat Perjanjian;
2) Surat Penunjukan Pemenang Lelang;
3) Surat Penawaran;
4) Adendum Dokumen Lelang (bila ada);
5) Syarat-Syarat Khusus Kontrak;
6) Syarat-Syarat Umum Kontrak
7) Spesifikasi Teknis;
8) Gambar-gambar;
9) Daftar Kuantitas dan Harga yang telah diisi hargapenawarannya;
10)Dokumen lain yang tercantum dalam data kontrak pembentuk bagian
dari kontrak.
4.3 Jenis-jenis Spesifikasi Teknis
Secara umum spesifikasi teknis dibedakan atas 3 jenis yakni: spesifikasi hasil
akhir (end result specification), spesifikasi proses kerja (specification by
process), dan spesifikasi multi langkah dan metoda (multi step and method). a.
Spesifikasi Hasil Akhir (End Result Specification) Spesifikasi jenis ini
merupakan jenis spesifikasi yang mensyaratkan pencapaian dimensi dan kualitas
akhir suatu pekerjaan, tanpa mempersoalkan metode kerja yang digunakan
untuk mencapai produk akhir tersebut.
a. Spesifikasi Hasil Akhir (End Result Specification) Spesifikasi jenis ini
merupakan jenis spesifikasi yang mensyaratkan pencapaian dimensi dan
kualitas akhir suatu pekerjaan, tanpa mempersoalkan metode kerja yang
digunakan untuk mencapai produk akhir tersebut. Masih perlu penjelasan
lebih lanjut, apa yang dimaksud dengan hasil akhir suatu pekerjaan,
apakah hasil akhir dari suatu item pekerjaan ataukah hasil akhir dari
suatu Seksi Pekerjaan, ataukah hasil akhir dari suatu Divisi Pekerjaan
ataukah hasil akhir dari total pekerjaan konstruksi.
b. Spesifikasi Proses Kerja (Specification By Process)
Spesifikasi proses kerja ini merupakan spesifikasi dimana
yang diatur adalah semua ketentuan yang harus
dilaksananakan selama proses pelaksanaan pekerjaan,
dengan harapan hasil kerja yang diperoleh sesuai dengan
yang diinginkan.
Yang dimaksud dengan proses adalah upaya mencapai produk akhir yang
diatur sesuai dengan ketentuan yang ada pada setiap pay item.
c. Multi Step And Method Specification Merupakan spesifikasi yang
mengatur ketentuan tentang semua langkah, material yang harus
digunakan dan metode kerja, serta hasil kerja yang diharapkan.
4.4 Persyaratan Spesifikasi Teknis Sebagai bagian dari dokumen lelang, dalam
rangka memenuhi ketentuan pelelangan yang efektif, terbuka dan bersaing, dan
adil/tidak diskriminatif maka spesifiksi teknis harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut: • Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu kecuali untuk
suku cadang/komponen produk tertentu;
• Tidak menutup kemungkinan digunakannya produksi dalam negeri;
• Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional;
• Metode pelaksanaan pekerjaan harus logis, realistik dan dapat dilaksanakan; •
Mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
• Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan;
• Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produksi;
• Harus mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang
diinginkan;
• Harus mencantumkan tata cara pengukuran
5. Penerapan Spesifikasi Teknis Spesifikasi digunakan dalam
2 tahap yaitu tahap pra kontrak dan tahap pelaksanaan kontrak.
Baik pada tahap pra kontrak maupun tahap pelaksanaan
kontrak, ada 3 unsur yang berkepentingan terhadap spesifikasi
yaitu pemilik (pengguna jasa), kontraktor (penyedia jasa)
maupun konsultan (penyedia jasa). Berikut adalah penjelasan
lebih lanjut tentang apa kepentingan masing-masing unsur
tersebut dalam tiap-tiap tahapan kontrak
MENGENDALIKAN PEMBUATAN GAMBAR PELAKSANAAN (SHOP
DRAWING)
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengendalikan Pembuatan Gambar
Pelaksanaan (Shop Drawing) Gambar perencanaan terbagi menjadi 2 bagian
yaitu Gambar For Tender dan Gambar For Construction. Gambar yang
digunakan untuk kebutuhan pelelangan kontraktor dan digunakan untuk
menghitung penawaran RAB dari peserta lelang. Sementara itu, Gambar For
Construction adalah gambar yang digunakan untuk acuan pelaksanaan proyek di
lapangan, dimana gambar ini diberikan kepada kontraktor/konsultan perencana
setelah terpilih sebagai pemenang tender. Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing)
adalah gambar kerja yang dibuat oleh kontraktor/konsultan perencana baik
perencana arsitektural, struktur maupun MEP berdasarkan gambar For
Construction dari pihak pelelang. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa Gambar
Pelaksanaan (Shop Drawing) adalah pendetailan gambar yang dibuat
berdasarkan acuan kepada Gammbar For Construction sehingga tidak dapat jauh
berbeda secara prinsip terhadap Gambar For Construction. Gambar pelaksanaan
(Shop Drawing) digunakan untuk memudahkan komunikasi antara design dan
pelaksanaan pekerjaan.
MEMBUAT LAPORAN PEKERJAAN PERSIAPAN KONSTRUKSI
BANGUNAN GEDUNG
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Membuat Laporan Pekerjaan
Persiapan Konstruksi Bangunan Gedung Laporan pekerjaan persiapan
konstruksi bangunan gedung dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan
dan pelaporan jalannya proyek tertentu. Dalam menyusun sebuah laporan
pekerjaan diperlukan berbagai data yang dapat diperoleh dengan cara
pengamatan langsung, tanya jawab, data tertulis proyek, data foto proyek
dan data sekunder kepustakaan. Hal-hal yang dibahas dalam laporan
pekerjaan persiapan konstruksi bangunan gedung adalah sebagai berikut
ini; a. Membuat program kerja secara menyeluruh;
b. memantapkan program kerja;
c. menetapkan metode survey;
d. menggali dan menyusun sumber-sumber data;
e. menyusun fromat pendataan untuk pelaksanaan survey data sekunder;
f. menyiapkan peralatan survey;
g. menyusun jadwal kerja dan rapat koordinasi.
2. Persiapan Pembuatan Laporan Uraikan pekerjaan pembuatan
laporan pekerjaan bangunan gedung meliputi :
1)Pengumpulan bahan laporan kegiatan;
2)Identifikasi kesesuaian bahan laporan sesuai dengan jenis pekerjaan;
3)Pemilihan bahan laporan; Uraian pekerjaan tersebut akan diulas
secara lengkap pada bagian-bagian berikutnya. Pengumpulan bahan
laporan kegiatan Yang dimaksudkan dengan laporan pelaksanaan
pekerjaan proyek adalah laporan harian, laporan mingguan dan laporan
bulanan, untuk laporan penyerahan pekerjaan selesai menjadi tugasnya
Manajer Lapangan, dalam hal pelaporan pekerjaan selesai seorang
Pelaksana Lapangan mempunyai tugas untuk menyiapkan materi
laporannya. Untuk menyusun laporan-laporan tersebut dibutuhkan
kegiatan pengumpulan data/ bahan laporan.
a. Teknik pengumpulan data/ bahan laporan  data dikumpulkan
melalui laporan harian, mingguan dan bulanan;  data dikumpulkan
dari hasil-hasil pemeriksaan;  data dapat dikumpulkan melalui
pembuatan daftar simak;  data dapat dikumpulkan melalui dokumen
kontrak dan lampairannya bahan yang perlu dikumpulkan untuk
pembuatan laporan terdiri atas:
1)Bahan Pembuatan Laporan Harian
 Gambar kerja;
 Metode kerja;
 Jenis dan Jumlah tenaga kerja;
 Jenis dan Jumlah material;
 Data volume pekerjaan terpasang;
 Kondisi cuaca.
b. Prosedur pengumpulan data/ bahan laporan
 Seorang pelaksana lapangan membuat tabel / format laporan
pekerjaan yang terdiri atas format laporan harian, format laporan mingguan, dan
format laporan bulanan dan format laporan pekerjaan selesai.
 Format-format tersebut dikonsultasikan dengan manajer lapangan dan manajer
proyek untuk mendapatkan pengesahan.
 Setelah format-format tersebut disahkan, maka seorang pelaksana lapangan dalam
melaksanakan tugas pengawasannya mengisi format-format tersebut dengan kondisi
proyek yang sesungguhnya.
 Setelah diisi format-format laporan tersebut, maka laporan tersebut disampaikan
kepada manajer lapangan untuk disahkan dan dijadikan acuan monitoring progres
pembangungan, dan arsip disimpan oleh pelaksana lapangan dan bagian kearsipan
kantor proyek.
c. Pengumpulan data/ bahan laporan
1) Data gambar kerja Pekerjaan bangunan gedung memiliki banyak jenis gambar
kerja, antara lain :
 Gambar peta lokasi
 Gambar denah
 Gambar denah lantai
 Gambar prespektif
 Gambar potongan
 Gambar detail plat lantai
 Gambar detail kosen pintu dan jendela
 Gambar instalasi listrik
 Gambar plambing
 Gambar instalasi pipa hidran
 Gambar pondasi
 Gambar atap
 Gambar plafon
 Gambar ubin
 Gambar instalasi AC
2) Data spesifikasi teknis
3) Data instruksi kerja
4) Data laporan-laporan hasil pekerjaan (laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan,
laporan progres) Identifikasi kesesuaian bahan laporan sesuai dengan jenis pekerjaan
a. Maksud dan tujuan mengenali data/ bahan Maksud dan tujuan mengenali data/bahan
adalah mengumpulkan data/bahan yang benar-benar dibutuhkan dan memudahkan dalam
menyusun laporan.
b. Cara mengenali data/bahan laporan
1) Mengenali data/bahan laporan harian, meliputi :
 Jenis pekerjaan,  Hari, tanggal bulan tahun  Penggunaan material,  Penggunaan
alat,  Penggunaan tenaga kerja  Volume pekerjaan selesai  Cuaca / iklim
3. Pembuatan Laporan Akhir Pembahasan konsep laporan dengan
unit terkait
a. Maksud dan tujuan pembahasan konsep laporan dengan unit
terkait. Maksud dan tujuan membahas konsep laporan pekerjaan
adalah untuk mendapatkan gambaran apakah isi laporan pekerjaan
sudah memadai, dan sekaligus mendapatkan masukan-masukan
untuk menyempurnakan isi laporan
b. Prosedur pembahasan konsep laporan dengan unit terkait
 Konsep laporan pekerjaan disiapkan dan digandakan
 Mengundang pihak-pihak terkait untuk melakukan pembahasan
 Menyiapkan tempat, konsumsi dan akomodasi
 Membuat daftar hadir dan blanko berita acara
 Mencatat hasil pembahasan dan memasukan ke dalam be rita acara pembahasan
c. Mendiskusikan konsep laporan dengan unit terkait mendiskusikan konsep laporan berarti
membahas isi konsep laporan yang akan disusun cakupannya apa saja, sedang pihak-pihak
terkait dengan pekerjaan berarti seluruh lingkup pekerjaan bangunan gedung, baik itu
pelaksanaan pekerjaan persiapan, pelaksanaan pekerjaan tanah, pelaksanaan pekerjaan
pondasi, pelaksanaan pekerjaan struktur, pelaksanaan pekerjaan arsitektur, pelaksanaan
pekerjaan mekanikal dan elektrikal, pelaksanaan pekerjaan plambing dan pelaksanaan
pekerjan instalasi.
Penyusunan laporan.
a. Maksud dan tujuan menyusun laporan Maksud dan tujuan
menyusun laporan pekerjaan adalah untuk menyampaikan
informasi kepada pemberi tugas, bahwa tugas telah
dilaksanakan dengan hasil-hasil sebagaimana menjadi isi
laporan berikut lampirannya.
b. Cara/ prosedur membuat laporan
 Membuat outline laporan
 membuat isi laporan
 membuat data lampiran Pemeriksaan kembali laporan
a. Maksud dan tujuan memeriksa kembali laporan maksud dan tujuan memeriksa
kembali laporan pekerjaan adalah untuk mendapatkan kekurangan-kekurangan atas
kontrak kerja yang telah ditantadangani bersama.
b. Prosedur pemeriksaan kembali laporan
 Laporan pekerjaan disiapkan dan digandakan
 Mengundang pihak-pihak terkait untuk melakukan pembahasan  Menyiapkan
tempat, konsumsi dan akomodasi  Membuat daftar hadir dan blanko berita acara 
Mencatat hasil pembahasan dan memasukan ke dalam berita acara pembahasan
c. Pemeriksaan kembali laporan  Pemeriksaan terhadap landasan hukumnya 
Pemeriksaan terhadap isi bab per bab  Pemeriksaan terhadap kelengkapan
dokumen lampiran  Pemeriksaan terhadap rekomendasi perbaikan hasil
pembahasan konsep laporan
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Membuat Laporan Pekerjaan
Persiapan Konstruksi Bangunan Gedung
1. Menyiapkan data untuk membuat laporan berdasarkan kebutuhan
2. Menyusun hasil pekerjaan rekayasa (field engineering) berdasarkan
kondisi lapangan
3. Menyusun hasil pekerjaan penentuan tata letak bangunan sesuai dengan
pelaksanaan di lapangan
4. Menyusun gambar pelaksanaan (shop drawing) yang sudah dibuat ke
dalam laporan
5. Menyusun laporan pekerjaan persiapan berdasarkan format yang sudah
ditentukan
C. Sikap Kerja dalam Membuat Laporan Pekerjaan Persiapan Konstruksi Bangunan
Gedung
1. Menyiapkan data untuk membuat laporan berdasarkan kebutuhan secara teliti
2. Menyusun hasil pekerjaan rekayasa (field engineering) berdasarkan kondisi lapangan
secara cermat
3. Menyusun hasil pekerjaan penentuan tata letak bangunan sesuai dengan pelaksanaan di
lapangan secara teliti dan cermat
4. Menyusun gambar pelaksanaan (shop drawing) yang sudah dibuat ke dalam laporan
secara teliti
5. Menyusun laporan pekerjaan persiapan berdasarkan format yang sudah ditentukan secara
cermat

Anda mungkin juga menyukai