Anda di halaman 1dari 17

Modul

Ke:

02
Bersinar
Bersama Undira

Fera Riske Anggita


Fakultas : Program Studi:
Bisnis Dan Ilmu Sosial Akuntansi
Pengertian Entrepreneurial orientation (EO)

Menurut Robbins (1998: 248) mendifinisikan bahwa Budaya Organisasi adalah sebuah sistem
pemaknaan bersama dibentuk oleh anggota organisasi yang sekaligus menjadi pembeda dengan
organisasi lainnya.
Menurut Morris, Kuratko dan Covin (2008) mengatakan bahwa Budaya Organisasi yang
entrepreneurial adalah tipe Budaya Organisasi yang dapat mempengaruhi intensitas
entrepreneurship dalam perusahaan. Budaya Organisasi menanamkan nilai, simbol, kosakata,
mitos, aturan main dan metodologi pada perusahaan.
Pengertian Budaya Organisasi

Membangun yang telah menarik dari kegiatan penelitian. Umumnya penelitian ini menemukan
dukungan untuk hubungan yang positif antara semua dimensi (termasuk mengambil risiko EO) dan
berhubungan dengan kinerja. Dalam beberapa penelitian, Orientasi kewirausahaan mempunyai
hubungan mungkin benar-benar kebalikannya. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian yang
berhubungan dengan EO akan dapat memberikan perhatian lebih pada konteks organisasi.
Pengertian Budaya Organisasi

Husein Umar (2003: 74) bahwa faktor internal merupakan aspek-aspek yang ada di dalam perusahaan.
Faktor internal dikaji melalui beberapa pendekatan, yaitu:
• pendekatan fungsional
• pendekatan rantai nilai (value chain)
• kurva belajar/pengalaman (learning curve)
• core competence
• balanced scorecard.
Pengertian Budaya Organisasi

Menurut Bill Drayton (pendiri Ashoka Foundation) selaku penggagas social entrepreneurship
terdapat dua hal kunci dalam social entrepreneurship. Pertama, adanya inovasi sosial yang mampu
mengubah sistem yang ada di masyarakat. Kedua, hadirnya individu bervisi, kreatif, berjiwa
wirausaha (entrepreneurial), dan beretika di belakang gagasan inovatif tersebut.
Proses Kewirausahaan
Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha :
1. Tahap memulai
2. Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap “jalan”,
3. Mempertahankan usaha,
4. Mengembangkan usaha

Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996 : 3), proses kewirausahaan diawali dengan
adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi
maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan.
Faktor-faktor tersebut membentuk locus of control, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan
pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausaha yang besar.
Proses Kewirausahaan
Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu, seperti locus of
control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan
yang mempengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi
berkembangan menajdi kewirausahaan melalui proses yang dipengrauhi lingkungan, organisasi dan
keluarga (Suryana, 2001 : 34).
Proses Kewirausahaan
Berdasarkan analisis pustaka terkait kewirausahaan, diketahui bahwa aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam melakukan wirausaha adalah :
1. Mencari peluang usaha baru : lama usaha dilakukan, dan jenis usaha yang pernah dilakukan
2. Pembiayaan : pendanaan – jumlah dan sumber-sumber dana
3. SDM : tenaga kerja yang dipergunakan
4. Kepemilikan : peran-peran dalam pelaksanaan usaha
5. Organisasi : pembagian kerja diantara tenaga kerja yang dimiliki
6. Kepemimpinan : kejujuran, agama, tujuan jangka panjang, proses manajerial (POAC)
7. Pemasaran : lokasi dan tempat usaha
Intrapreneurship

Perhatikan

gambar

disamping …..
Intrapreneurship
Dalam organisasi yang sudah mapan, dimungkinkan bahwa untuk menjadi entrepreneurial
memerlukan kapabilitas dinamis yang ditanamkan dalam rutinitas organisasional yang
memungkinkan perusahaan secara kontinu mencari, mengenal, dan memanfaatkan peluang baru
(Zahra, 2008). Istilah-istilah seperti intrapreneuring (Pinchot, dalam Antoncic & Hisrich, 2001),
corporate entrepreneurship (Burgelman 1983; Vesper 1984; Guth and Ginsberg 1990; Hornsby et al.,
1993; Stopford & Baden-Fuller, 1994, dalam Antoncic & Hisrich 2001), corporate venturing
(MacMillan 1986; Vesper 1990 dalam Antoncic & Hisrich 2001), dan internal corporate
entrepreneurship (Schollhammer 1981, 1982; Jones & Butler, 1992; dalam Antoncic & Hisrich, 2001)
telah digunakan untuk menjelaskan fenomena intrapreneurship.
Intrapreneurship
Dalam riset sebelumnya, intrapreneurship dipandang sebagai proses dimana individu
dalam organisasi mengejar peluang tanpa menganggap sumber daya yang mereka
kendalikan saat ini (Stevenson & Jarillo, dalam Antoncic & Hisrich 2001) sebagai sesuatu
yang baru dan datang dari kebiasaan untuk mengejar peluang (Vesper, dalam Antoncic &
Hisrich, 2001), dan sebagai semangat entrepreneurship dalam organisasi saat ini (Hisrich
& Peters, dalam Antoncic & Hisrich, 2001).
Intrapreneurship
Dimensi Intrapreneurship Pandangan sebelumnya tentang intrapreneurship dapat
digolongkan dalam empat dimensi: new business venturing, innovativeness, self-renewal,
dan proactiveness. New business venturing merupakan karakteristik intrapreneurship yang
paling menonjol karena dapat menghasilkan penciptaan usaha baru dalam organisasi yang
ada saat ini (Stopford & Baden-Fuller, dalam Antoncic & Hisrich, 2001) dengan
merumuskan kembali produk atau jasa perusahaan (Rule & Irwin 1988; Zahra, 1991 dalam
Antoncic & Hisrich, 2001) dan/atau dengan pengembangan pasar baru (Zahra, 1991).
Intrapreneurship
Intrapreneur terdapat pada karyawan yang punya sense of ownership dan sense of business.
Bagaimana dengan cara pikir intrepeneurial?
Karyawan yang memiliki jiwa intrapre-neurial, adalah pembangkit perusahaan atau organisasi untuk
penciptaan bisnis ba-ru, yang dapat membuat sebuah perusahaan tetap maju
Mereka, bertindak sebagai motivator bagi kolega lainnya dan menjaga agar laba yang diperoleh oleh
perusahaan tetap dalam kondisi yang baik.
Mereka, enerjik, antusias, imajinatif, dan berdaya cipta
Memiliki ide untuk penciptaan produk dan jasa yang baru yang berhubungan dengan apa yang
tengah mereka kerjakan di orga-nisasi
Menciptakan ide, tentang bagaimana efisiensi dan efektivtas suatu proses bisnis da-pat ditingkatkan
Lanjutan gambar sebelumnya …
1. Entrepreneur dapat ditemui juga di dalam organisasi perusahaan, tanpa mereka harus memiliki
modal yang besar atau bertujuan untuk membuat suatu bisnis. Fokus pembicaraan pada
penulisan ini adalah, apakah yang dinamakan sebagai cara pikir entrepreneurial, ditinjau
nantinya dari tiga jenis entrepreneur, yakni: entrepreneur itu sendiri, intrapreneur dan
interpreneur.
2. Entrepreneurial Interpreneurial, orang yang mencapai entrepreneurship di dalam jaringan
organisasi disebut dengan interpreneur. Intrepreneur, seyogyanya harus mempertimbangan
tujuan dan pencapaian di dalam organisasi dimana dia berada, dan interpreneur harus
mempertimbangkan minat orang lain yang berada di jaringan yang sama. Interpreneur, secara
aktif mencari peluang baru bersama orang lain yang berada di jaringannya.
3. Intrapreneurial, jiwa ini terdapat pada karyawan yang punya sense of ownership dan sense of
business, sehingga, memerlukan empowerment (kewenangan dan akuntabilitas)
Referensi
Chandra Kartika. 2017. PENGARUH ENTREPRENEURIAL ORIENTATION, CULTURE ORGANIZATION INTERNAL FACTOR TERHADAP
PERFORMANCE ORGANIZATION MELALUI CORPORATE ENTREPRENUERSHIP CAPABILITY PADA UMKM BATIK TULIS DI JAWA TIMUR.
Kompetensi, Vol 11, No 1, April 2017
 
Irma P. Sofia. 2015. KONSTRUKSI MODEL KEWIRAUSAHAAN SOSIAL (SOCIAL ENTREPRENEURSHIP) SEBAGAI GAGASAN INOVASI
SOSIAL BAGI PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN. Jurnal Universitas Pembangunan Jaya #2 Volume 2 Maret 2015
 
Agustinus D. H. 2012. PERAN INTRAPRENEURSHIP DALAM MEMBANGUN DAYA SAING KULTURAL DI PERGURUAN TINGGI: SEBUAH
KERANGKA PENELITIAN. BINUS BUSINESS REVIEW Vol. 3 No. 1 Mei 2012: 255-266
 
Anita Maharani. 2009. CARA PIKIR ENTREPRENEURIAL, INTERPRENEURIAL DAN INTRAPRENEURIAL. FORUM ILMIAH INDONUSA ♦
VOL 6 NO 2 MEI 2009
 
https://bisnisukm.com/menumbuhkan-intrapreneurship-dalam-diri-karyawan.html
Terima Kasih

Salam Sehat Selalu

Sampai Jumpa di Materi Selanjutnya …

Anda mungkin juga menyukai