Anda di halaman 1dari 23

Ns.MUHAMMAD CHAIDAR.,M.

Kep

GANGGUAN IDENTITAS
DIRI
DEFINISI
Gangguan identitas diri merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai
ketidakmampuan mempertahankan keutuhan persepsi terhadap identitas diri.

Diagnosis ini diberi kode D.0084, masuk dalam kategori psikologis, subkategori
integritas ego dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
TANDA DAN GEJALA
Untuk dapat mengangkat diagnosis gangguan identitas diri, Perawat harus memastikan bahwa minimal 80% dari
tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:
Persepsi terhadap diri berubah
Bingung dengan nilai-nilai budaya, tujuan hidup, jenis kelamin, dan/atau nilai-nilai ideal
Perasaan yang fluktuatif terhadap diri

DO:
Perilaku tidak konsisten
Hubungan yang tidak efektif
Strategi koping tidak efektif
Penampilan peran tidak efektif
PENYEBAB (ETIOLOGI)

Penyebab (etiologi) untuk masalah gangguan identitas diri adalah:


1.Gangguan peran sosial
2.Tidak terpenuhinya tugas perkembangan
3.Gangguan neurologis
4.Ketidakadekuatan stimulasi sensori
LUARAN

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk


diagnosis gangguan identitas diri adalah: “identitas diri membaik.”
Identitas diri membaik diberi kode L.09070 dalam SLKI.
Identitas diri membaik berarti membaiknya kemampuan mempertahankan
keutuhan persepsi terhadap diri.
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa identitas diri membaik adalah:
1.Persepsi terhadap diri membaik
2.Kebingungan dengan nilai-nilai budaya menurun
3.Kebingungan dengan tujuan hidup menurun
4.Kebingungan dengan jenis kelamin menurun
5.Kebingungan dengan nilai-nilai ideal menurun
6.Perasaan fluktuatif terhadap diri menurun
7.Perilaku konsisten meningkat
8.Hubungan yang efektif meningkat
9.Strategi koping efektif meningkat
10.Penampilan peran efektif meningkat
LANJUTAN
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan
terdiri dari 3 komponen, yaitu:
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].
Contoh:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka identitas diri
membaik, dengan kriteria hasil:
1.Persepsi terhadap diri membaik
2.Kebingungan dengan tujuan hidup menurun
3.Perasaan fluktuatif terhadap diri menurun
4.Perilaku konsisten meningkat
5.Hubungan yang efektif meningkat
6.Strategi koping efektif meningkat
7.Penampilan peran efektif meningkat
Perhatikan:
1.Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
identitas diri
2.Ekspektasi = Membaik
3.Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,
INTERVENSI
❑Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien,
perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.
❑Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka
perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi
tanda/gejala.
❑Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat
mengukur luaran keperawatan.
LANJUTAN
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama
untuk diagnosis gangguan identitas diri adalah:
1.Orientasi realita
2.Promosi kesadaran diri
3.Promosi koping
ORIENTASI REALITA (I.09297)
Intervensi orientasi realita dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) diberi kode (I.09297).
Orientasi realita adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk
meningkatkan kesadaran terhadap identitas diri, waktu, dan lingkungan.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi orientasi realita berdasarkan SIKI,
antara lain:
Observasi
•Monitor perubahan orientasi
•Monitor perubahan kognitif dan perilaku
LANJUTAN
Terapeutik
•Perkenalkan nama saat memulai interaksi
•Orientasikan orang, tempat, dan waktu
•Hadirkan realita (mis: beri penjelasan alternatif, hindari perdebatan)
•Sediakan lingkungan dan rutinitas secara konsisten
•Atur stimulus sensorik dan lingkungan (mis: kunjungan, pandangan, suara,
pencahayaan, bau, dan sentuhan)
•Gunakan simbol dalam mengorientasikan lingkungan (mis: tanda, gambar, warna)
•Libatkan dalam terapi kelompok orientasi
•Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup, sesuai kebutuhan
•Fasilitasi akses informasi (mis: televisi, surat kabar, radio), jika perlu
LANJUTAN
Edukasi
•Anjurkan perawatan diri secara mandiri
•Anjurkan penggunaan alat bantu (mis: kacamata, alat bantu dengar, gigi
palsu)
•Ajarkan keluarga dalam perawatan orientasi lansia
PROMOSI KESADARAN DIRI
(I.09311)
Intervensi promosi kesadaran diri dalam Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09311).
Promosi kesadaran diri adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat
untuk meningkatkan pemahaman dan mengeksplorasi pikiran, perasaan,
motivasi, dan perilaku.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi kesadaran diri
berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
•Identifikasi keadaan emosional saat ini
•Identifikasi respons yang ditunjukkan berbagai situasi
LANJUTAN
Terapeutik
•Diskusikan nilai-nilai yang berkontribusi terhadap konsep diri
•Diskusikan tentang pikiran, perilaku, atau respons terhadap kondisi
•Diskusikan dampak penyakit pada konsep diri
•Ungkapkan penyangkalan tentang kenyataan
•Motivasi dalam meningkatkan kemampuan belajar
LANJUTAN
Edukasi
•Anjurkan mengenali pikiran dan perasaan tentang diri
•Anjurkan menyadari bahwa setiap orang unik
•Anjurkan mengungkapkan perasaan (mis: marah atau depresi)
•Anjurkan meminta bantuan orang lain, sesuai kebutuhan
•Anjurkan mengubah pandangan diri sebagai korban
•Anjurkan mengidentifikasi perasaan bersalah
•Anjurkan mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
•Anjurkan mengevaluasi Kembali persepsi negatif tentang diri
•Anjurkan dalam mengekspresikan diri dengan kelompok sebaya
•Ajarkan cara membuat prioritas hidup
•Latih kemampuan positif diri yang dimiliki
PROMOSI KOPING (I.09312)
Intervensi promosi koping dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) diberi kode (I.09312).
Promosi koping adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk
meningkatkan upaya kognitif dan perilaku untuk menilai dan merespon
stresor dan/atau kemampuan menggunakan sumber-sumber yang ada.
LANJUTAN
Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi koping berdasarkan SIKI,
antara lain:
Observasi
•Identifikasi kegiatan jangka pendek dan Panjang sesuai tujuan
•Identifikasi kemampuan yang dimiliki
•Identifikasi  sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
•Identifikasi pemahaman proses penyakit
•Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
•Identifikasi metode penyelesaian masalah
•Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial
Terapeutik
•Diskusikan perubahan peran yang dialami
•Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
•Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
•Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
•Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
•Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
•Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
•Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam perawatan
•Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
•Tinjau Kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
•Hindari mengambil keputusan saat pasien berada dibawah tekanan
•Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
Edukasi
•Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama
•Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
•Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
•Anjurkan keluarga terlibat
•Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
•Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
•Latih penggunaan Teknik relaksasi
•Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
•Latih mengembangkan penilaian obyektif
DIAGNOSIS TERKAIT
Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori psikologis dan subkategori integritas ego adalah:
1.Ansietas
2.Berduka
3.Distres spiritual
4.Gangguan citra tubuh
5.Gangguan persepsi sensori
6.Harga diri rendah kronis
7.Harga diri rendah situasional
8.Keputusasaan
9.Kesiapan peningkatan konsep diri
10.Kesiapan peningkatan koping keluarga
11.Kesiapan peningkatan koping komunitas
12.Ketidakberdayaan
13.Ketidakmampuan koping keluarga
Referensi
1.PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
2.PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
3.PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Anda mungkin juga menyukai