Anda di halaman 1dari 89

ILMU PERUNDANG-

UNDANGAN

Bahan Kuliah Semester Genap (II)


Fakultas Hukum
Universitas Medan Area

Arie Kartika, SH.,M.H

Dr. Mahmud Mulyadi, SH.,M.Hum 1


Dr. Mahmud Mulyadi, SH.,M.Hum 2
A. Latar Belakang

 Hukum merupakan landasan pembangunan di bidang lainnya yang


bermakna teraktualisasinya fungsi hukum sebagai alat rekayasa sosial/
pembangunan (law as a tool of social engineering), instrumen
penyelesaian masalah (despute resolution), dan instrumen pengatur
perilaku masyarakat (social control). Negara sebagai contoh umum
dari sebuah sistem yang terdiri dari komponen-komponen yakni
provinsi yang berhubungan satu sama lain dan memiliki tujuan yang
sama dan rakyat sebagai penggeraknya sangat membutuhkan suatu
peraturan (aturan hukum).

Arie Kartika, SH.,M.H 3


Dalam Pembukaan UUD 1945 tersirat suatu
makna, bahwa negara Republik Indonesia
adalah Negara berdasar atas Hukum
(Rechtsstaat). Strategi pembangunan hukum
Nasional berpedoman pada apa yang dikenal
sebagai Visi dan Misi Pembangunan Hukum
Nasional.

Arie Kartika, SH.,M.H 4


Visi Pembangunan Hukum Nasional adalah

terwujudnya negara hukum yang adil dan demokratis


melalui pembangunan sistem hukum nasional yang
mengabdi kepada kepentingan rakyat dan bangsa di
dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia
untuk melindungi segenap rakyat dan bangsa, serta
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI Tahun 1945.

Arie Kartika, SH.,M.H 5


Pengertian Undang-Undang

1. Undang-Undang/ Perundangan adalah peraturan perundang-


undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dengan persetujuan bersama Presiden.

2. Undang-Undang adalah kumpulan-kumpulan prinsip yang


mengatur kekuasaan pemerintah, hak rakyat, dan hubungan
di antara keduanya.

Arie Kartika, SH.,M.H 6


• Menurut Hans Nawiasky setidaknya ada 4 (empat) norma hukum,
yang tersusun secara berlapis dan berjenjang, yang ada disetiap
negara, termasuk Indonesia, yakni:

1. Staatsfundamentalnorm (Pancasila dan Pembukaan UUD 1945)


atau norma fundamental negara merupakan norma hukum yang
tertinggi dan merupakan kelompok pertama dalam hierarki norma
hukum negara.
2. Staatsgrundgesetz (Batang tubuh UUD 1945, TAP MPR, Konvensi-
Konvensi) berisi aturan mengenai pembagian kekuasaan negara
dan aturan mengenai hubungan antara negara dan warga negara
serta menjadi sumber dan dasar bagi pembentukan Formell Gesetz.

Arie Kartika, SH.,M.H 7


3. Formell Gesetz (Undang-Undang) merupakan produk dari
kewenangan legislatif yang dapat berbentuk atas norma
hukum tunggal maupun berpasangan serta merupakan
sumber dan dasar dari pembentukan Verordnung (peraturan
pelaksana) dan Autonome Satzung (peraturan otonom).

4. Verordnung adalah peraturan pelaksana dan Autonome


Satzung adalah peraturan otonom. Kedua peraturan ini
terletak dibawah Undang-Undang yang berfungsi
menyelenggaran ketentuan dari Undang-Undang.

Arie Kartika, SH.,M.H 8


PENGERTIAN
Peraturan perundang-undangan adalah penyebutan
atas norma hukum yang utamanya bersifat
pengaturan (umum, abstrak, dan terus menerus)
yang:
1. dibentuk berdasarkan kekuasaan legislatif;
2. meliputi undang-undang (formell gesetz) yang
dibentuk oleh DPR bersama dengan Presiden
sebagai jenis yang tertinggi; dan
3. jenis peraturan (satzung) lain yang dibentuk oleh
lembaga pemerintahan berdasarkan atas atribusi
ataupun delegasi kewenangan pengaturan dari
undang-undang.
Arie Kartika, SH.,M.H 9
Dengan demikian, hierarki peraturan perundang-undangan
Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah
sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3. Undang-Undang (UU)/ Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perpu);
4. Peraturan Pemerintah (PP);
5. Peraturan Presiden (Perpres);
6. Peraturan Daerah (Perda); dan
7. Peraturan Desa.

Arie Kartika, SH.,M.H 10


Arie Kartika, SH., MH 11
A. Sejarah Terbentuknya Peraturan Perundang-
Undangan
1. Masa Yunani Romawi
• Pada masa ini hierarki Perundang-Undangan
sebagai berikut:
a. Undang-Undang atau suatu ketentuan yang dibuat
oleh Tuhan;
b. Undang-undang yang disepakati atau dibuat oleh
masyarakat;
c. Undang-undang yang dibuat oleh pemerintah.

Arie Kartika, SH., MH 12


2. Pada masa Kolonial Belanda

Selain perintah dari raja belanda dikenal pula


suatu aturan dengan nama Heeren Zewentie
yakni peraturan yang dibuat untuk kepentingan
VOC, dan dikodifikasi menjadi “ Statuta Van
Batavia”. Selanjutnya Komisi Undang-undang
untuk Hindia Belanda membuat peraturan yang
terdiri dari:

Arie Kartika, SH., MH 13


a. Reglement of de rechterlijke organisatie (RO) atau
Peraturan Organisasi Pengadilan;
b. Aglemene Bapalingen van wetgeving (AB) atau
ketentuan Umum tentang peraturan Per UU an;
c. Burgerlijke Wetboek (BW) Kitab Undang-Undang
Hukum Sipil;
d. Wetboek dan Kophandel (WvK) KUHD;
e. Reglement op de Burgerlijke Rechtvrodering (RV)
peraturan tentang acara perdata.

Arie Kartika, SH., MH 14


3. Masa Kemerdekaan dan Orde Lama sebelum Dekrit
5 Juli 1959

• Masa sebelum 5 Juli dapat dibagi menjadi 2, yakni:


a. Berdasarkan Konstitusi Republik Indonesia Serikat
(KRIS) (1949) terdiri atas:
1. Undang-undang Federal (Pasal 127 s/d Pasal 138);
2. Undang-undang Darurat (Pasal 139 s/d Pasal 140);
3. Peraturan pemerintah (Pasal 141).
Pada masa KRIS ini telah dikeluarkan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1950 tentang Peraturan
tentang Jenis dan Bentuk Peraturan.

Arie Kartika, SH., MH 15


b. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Sementara
Tahun 1950 (UUDS 1950) terdiri atas:
1. Undang-undang (Pasal 89 s/d Pasal 95);
2. Undang-undang Darurat (Pasal 96 dan Pasal 97);
3. Peraturan Pemerintah (Pasal 98).

Arie Kartika, SH., MH 16


4. Peraturan Perundang-Undangan pada masa Orde
Lama setelah Dekrit 5 Juli 1959
• Peraturan-peraturan Negara, yakni:
1. Undang-Undang;
2. Peraturan Pemerintah;
3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
4. Penetapan Presiden;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Pemerintah untuk melaksanakan
Peraturan Presiden;
7. Keputusan Presiden; dan
8. Peraturan Keputusan Menteri

Arie Kartika, SH., MH 17


5. Peraturan Perundang-Undangan Masa Orde Baru

Berdasarkan TAP MPRS No. XX/MPRS/1966 bentuk peraturan


perundang-undangan yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1) Undang-Undang Dasar 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang;
4) Peraturan Pemerintah;
5) Keputusan Presiden;
6) Peraturan-peraturan Pelaksana Lainnya.
Arie Kartika, SH., MH 18
6. Peraturan Perundang-Undangan pada Masa
Reformasi
• Berdasarkan TAP MPRS No. XX/MPRS/2000,
yakni:
1. Undang-undang Federal RI;
2. Ketetapan TAP MPR;
3. Undang-undang;
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang(Perpu);
5. Peraturan Pemerintah (PP);
6. Keputusan Presiden (Kepres);
7. Peraturan Daerah (Perda).

Arie Kartika, SH., MH 19


karena adanya dominasi dan kekuatan dari MPR
yang dirasaterlalu besar, maka dikeluarkanlah
Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 yang
menentukan Tata Peraturan Perundang-
Undangan sebagai berikut:
1) Undang-Undang Dasar Tahun1945;
2) Undang-Undang dan Peraturan Penganti Undang-
Undang (Perpu);
3) Peraturan Pemerintah (PP);
4) Peraturan Presiden (Perpres); dan
5) Peraturan Daerah (Perda).
Arie Kartika, SH., MH 20
Arie Kartika, SH.,M.H 21
1. PENGERTIAN  ILMU PERUNDANG-
UNDANGAN

• Ilmu perundang-undangan adalah salah satu ilmu hukum yang


objeknya perundang-undangan. lalu akan muncul pertanyaan
''Apakah hanya Ilmu Perundang-undangan yang objeknya perundang-
undangan??'' jawabannya TIDAK karena Teknik Perancangan
Perundang-undangan juga objeknya perundang-undangan.

Arie Kartika, SH., M.H


Perbedaannya:

• Teknik Perancangan Perundang-undangan lebih menekankan pada

aspek praktis atau teknisnya saja sedangkan Ilmu Perundang-

undangan menekankan pada aspek keilmuannya yaitu:

1. Aspek Antologis ( apa itu Perundang-undangan ? );

2. Aspek Epistomologis ( bagaimana perundang-undangan itu

dibentuk dan ada ? ), dan

3. Aspek Aksiologis ( apa etika/ kegunaan/ manfaat perundang-

undangan itu ?)

Arie Kartika, SH., M.H


2. PENGERTIAN PERUNDANG-UNDANGAN
  
• Menurut pasal 1 ayat 2 UU NO 12 tahun 2011 tentang Pembentukan
Perundang-undangan  menyatakan bahwa : perundang-undangan
adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat
secara umum dan dibentuk dan ditetapkan oleh lembaga negara atau
pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan, sedangkan menurut Menurut Bagir
Manan ;
• Perundang-undangan adalah setiap putusan tertulis yang dibuat,
ditetapkan, dan dikeluarkan oleh lembaga dan atau pejabat negara yang
mempunyai dan menjelmakan fungsi legislatif sesuai dengan atat cara
yang berlaku.
 
Arie Kartika, SH., MH
• Unsur-Unsur dari pengertian diatas adalah:

1. Peraturan Tertulis;
2. Dibuat atau dibentuk oleh pejabat atau lembaga negara yang
berwenang; dan
3. Hukum yang mengikat secara umum.

Arie Kartika, SH., MH


1. Untuk memenuhi kebutuhan hukum
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara yang senantiasa berkembang;

Fungsi 2. Untuk menjembatani lingkup hukum


Perundang- adat dengan hukum yang tidak tertulis
undangan lainnya; atau

3. Untuk memenuhi kebutuhan kepastian


hukum tidak tertulis bagi masyarakat.

Arie Kartika, SH.,M.H 26


III
LEGAL SYSTEM
(SISTEM HUKUM)

AieKartika, SH., MH 27
A. NORMA DAN NORMA HUKUM

 Norma atau kaidah adalah patokan atau


ukuran sebagai pedoman bagi manusia
dalam berperilaku atau bertindak dalam
hidupnya.
 Dalam pergaulan hidup, manusia
memerlukan norma atau kaidah yaitu
sesuatu yang diperlukan dalam pergaulan
hidup yang memberi arahan kepada manusia
bagaimana dia harus hidup , agar
kepentingan bersama dalam kesatuan sosial
dapat terjamin.
 Pada garis besarnya norma dibedakan antara
norma etika dan norma hukum.
28
Arie Kartika, SH., MH
Norma Etika meliputi

Norma Susila;
Norma Agama;
Norma Kesopanan.

Arie Kartika, SH., MH 29


TEORI JENJANG NORMA
(Stufentheorie)

 Norma hukum berjenjang-jenjang, berlapis-


lapis dalam suatu hierarki tata susunan.
Suatu Norma Hukum selalu berlaku,
bersumber dan berdasar pada norma hukum
diatasnya, tetapi kebawah norma hukum itu
juga menjadi sumber/ dasar menjadi norma
hukum dibawahnya.
 Norma hukum yang lebih tinggi berlaku dan
berdasar pada norma hukum yang lebih
tinggi lagi, demikian seterusnya sampai pada
norma hukum yang tidak dapat ditelusuri
lagi, bersifat hipotesis, dan fiktif : Norma
Tertinggi/ Norma Dasar (Grundnorm).
30
Arie Kartika, SH., MH
 Pada dasarnya norma etika datang dari diri
manusia, yaitu berupa hasrat untuk hidup yang
sepantasnya. Walaupun demikian tidak jarang
norma etika merupakan norma yang datang dari
luar, misalnya datang dari Tuhan YME, yakni norma
agama yang diajarkan melalui Rasul. Kaedah juga
dapat lahir karena adanya hubungan manusia
dengan manusia karena hidup manusia mempunyai
dua demensi, yaitu dimensi hidup pribadi dan
dimensi hidup antar pribadi. Jadi, ada kaedah yang
berkaitan dengan kehidupan pribadi manusia,
seperti kaedah kepercayaan atau agama. Dan
kaedah kehidupan antar pribadi meliputi norma
susila, norma kesopanan, dan norma hukum.

Arie Kartika., SH., MH 31


1. Norma Fundamental Negara

Apakah yang dimaksud dengan norma


fundamental negara? Norma fundamental
negara (staatsfundamentalnorm) adalah
norma hukum tertinggi dalam suatu negara.
Sebagai norma hukum tertinggi, norma
fundamental negara tidak dibentuk oleh suatu
norma hukum yang lebih tinggi lagi, tetapi pre-
supposed atau ditetapkan terlebih dahulu oleh
masyarakat dalam suatu negara dan
merupakan suatu norma hukum yang menjadi
tempat bergantungnya norma-norma hukum
di bawahnya.

Arie Kartika, SH., MH


 Norma fundamental negara berisi norma
hukum yang merupakan dasar bagi
pembentukan konstitusi atau Undang-Undang
Dasar (UUD) suatu negara, termasuk norma
perubahannya. Hakikat hukum suatu norma
fundamental negara adalah syarat bagi
berlakunya suatu konstitusi atau UUD.
Keberadaannya eksis lebih dahulu daripada
Konstitusi/ UUD.

Arie Kartika, SH., MH


Norma Fundamental Negara

1. bersifat presupposed dan axiomatis;


2. norma tertinggi dalam tata susunan norma
hukum negara;
3. landasan filosofis bagi pengaturan lebih lanjut
penyelenggaraan negara; dan
4. sumber dan dasar bagi pembentukan Staats-
grundgesetz.
Di Indonesia terdapat pada Pembukaan UUD
1945.
2. Aturan Dasar/
Aturan Pokok Negara

Apakah yang dimaksud dengan aturan dasar/


aturan pokok negara? Aturan dasar/ pokok
negara (staatsgrundgesetz) adalah kelompok
norma hukum yang berada dibawah norma
fundamental negara.
Ciri Staatsgrundgesetz

1. bersifat general dan garis besar;


2. berbentuk norma hukum tunggal;
3. aturan mengenai pembagian kekuasaan negara;
aturan mengenai hubungan antara negara dan warga
negara; dan
4. sumber dan dasar bagi pembentukan Formell Gesetz.
Di Indonesia terdapat dalam Batang Tubuh UUD 1945,
TAP MPR, dan Konvensi Ketatanegaraan.

Arie Kartika, SH., MH


3. Undang-Undang Formal
Undang-Undang Formal adalah kelompok
norma hukum yang berada dibawah aturan
dasar negara/ aturan pokok negara. Undang-
Undang formal dibentuk guna merumuskan
aturan-aturan hukum negara secara lebih
konkret dan terperinci, dan sudah dapat
langsung mengikat warga negara.

Arie Kartika, SH., MH


Ciri Formell Gesetz

1. Bersifat spesifik dan rinci;


2. Berbentuk norma tunggal atau
berpasangan;
3. Produk dari kewenangan legislatif; dan
4. Sumber dan dasar bagi pembentukan
Verordnung dan Autonome Satzung.
Di Indonesia contohnya: Undang-Undang.

Arie Kartika, SH., MH


4. Peraturan Pelaksana dan Peraturan
Otonom

Apakah yang dimaksud dengan peraturan


pelaksana dan peraturan otonom? Peraturan
pelaksana dan peraturan otonom merupakan
peraturan-peraturan yang ada dibawah
Undang-Undang yang memiliki fungsi yang
sama, yaitu menyelenggarakan ketentuan-
ketentuan yang tercantum didalam Undang-
Undang.
Peraturan Pelaksana (Verodnung Satzung)
 Perat. per-uu-an yang dibentuk oleh lembaga pemerintah
berdasarkan pelimpahan kewenangan pengaturan
(delegated legislation) dari suatu UU kepada peraturan
per-uu-an yang bersangkutan.
 Tujuan dari pelimpahan kewenangan pengaturan ini
adalah agar ketentuan-ketentuan dalam UU atau
peraturan yang lebih tinggi itu bisa implementatif.
Contoh: Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan
Peraturan Menteri.
Arie Kartika, SH.,M.H 41
Peraturan Otonom (Autonome Satzung)
 Perat. per-uu-an yang dibentuk oleh lembaga pemerintah
berdasarkan pemberian kewenangan pengaturan
(atributive legislation) dari suatu UU kepada lembaga
pemerintah tersebut.
 Tujuan dari pemberian kewenangan pengaturan ini adalah
sebagai alat bagi lembaga pemerintah tersebut dalam
menyelenggarakan kewenangan pemerintahan yang diatur
dalam UU itu.
Contoh : Peraturan BI, dan perat. Lembaga-lembaga
pemerintahan penunjang lainnya.
Arie Kartika, SH.,M.H 42
1.3 Sistem Hukum Indonesia

Sistem Hukum Indonesia, yakni terdiri dari:


1. Hukum Barat (Negara Eropa) ;
2. Hukum Islam; dan
3. Hukum Adat
1. Hukum Barat (Negara Eropa)
Civil Law, yakni suatu sistem hukum sipil yang berdasarkan pada kode
sipil yang sudah terkodefikasi (dipraktekkan negara-negara Eropa
Kontinental, termasuk juga negara-negara jajahannya).

Contohnya Hukum Perdata

Hukum Perdata adalah hukum antara perorangan, hukum yang


mengatur hak dan kewajiban dari perseorangan yang satu terhadap
yang lainnya di dalam pergaulan masyarakat dan didalam hubungan
keluarga. Misalnya, terkait untuk perjanjian dan Perbuatan Melawan
Hukum.

Arie Kartika, SH., M.H


2. Hukum Islam
Yakni , sebagian besar masyarakat Indonesia menganut agama
islam, maka dominasi hukum atau syariat islam lebih banyak
terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan, dan warisan.

Contoh Hukum Pidana Islam Qanun .


Qanun adalah Peraturan Perundang-undangan sejenis peraturan
daerah yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan dan
kehidupan masyarakat di Aceh. Terangkum dalam hukum
tertulis yakni Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 Tentang
Pemerintahan Aceh.

Arie Kartika, SH., MH


3. Hukum Adat
Hukum adat adalah seperangkat norma dan aturan adat
yang berlaku di suatu wilayah, diserap dalam perundang-
undangan atau Yurisprudensi, yang merupakan penerusan
dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah
Nusantara.

• Perbedaan antara kebiasaan dan adat adalah perbedaan


asal. Adat bersumber agak sakral(suci) berhubungan dengan
tradisi rakyat Indonesia yang telah turun menurun,
sedangkan
• Kebiasaan wilayah berlakunya biasanya di kota belum
merupakan tradisi rakyat, sebagian besar hasil akulturasi
Timur dengan Barat yang belum diresapi sebagai tradisi.

Arie Kartika, SH., MH


Arie Kartika, SH., MH 47
Pengertian
 Menurut bentuknya :
1. Hukum tertulis, yaitu hukum yang dicantumkan
pada berbagai perundangan
2. Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan), yaitu
hukum yang masih hidup dalam keyakinan
masyarakat, tapi tidak tertulis, namun berlakunya
ditaati seperti suatu peraturan perundangan.

Arie Kartika, SH., MH 48


1. Hukum Pidana
Pengertian hukum pidana adalah keseluruhan aturan hukum yang menyangkut sanksi
atau hukuman khusus yang dijatuhkan kepada pelanggar hukum.

2. Hukum Acara Pidana


Pengertian hukum acara pidana adalah hukum yang berisi tata cara penyelesaian
perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum pidana.
Isi Hukum acara pidana mengatur tentang :
a. Proses penyelidikan
b. Proses penangkapan
c. Proses penahanan
d. Proses pemeriksaan
e. Proses persidangan
f. Proses penuntutan
g. Proses penjatuhan hukuman
h. Proses pelaksanaan hukuman

49
Arie Kartika, SH., MH
3. Hukum Tata Negara
Pengertian hukum tata negara adalah keseluruhan aturan
hukum yang mengatur bentuk-bentuk dan susunan negara,
alat-alat perlengkapan negara, tugas-tugas negara serta
hubungan alat-alat perlengkapan negara.
 Contohnya adalah mengatur tentang tugas lembaga Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).
4. Hukum Tata Usaha Negara
Pengertian hukum tata usaha negara adalah hukum yang
mengatur cara-cara menjalankan tugas dari kekuasaan alat-
alat perlengkapan negara.
• Contohnya adalah mengatur bagaimana Presiden dalam
menjalankan tugasnya sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan.
Arie Kartika, SH., MH 50
5. Hukum Perdata
Pengertian hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan
antara orang yang satu dengan yang lain dengan menitik beratkan
kepada kepentingan perseorangan.
Hukum perdata memuat :
a. Hukum Perorangan atau personenrecht yang mengatur manusia
sebagai subjek hukum, mengatur manusia dalam kepemilikan dan
menjalankan hak-hak yang dimilikinya.
b. Hukum Keluarga atau familierecht yang mengatur perkawinan
beserta hak-haknya, perwalian, pengampuan, hubungan antara
keluarga.
c. Hukum Harta Kekayaan yang mengatur hak mutlak tiap orang dan
hak perorangan terhadap harta kekayaan yang dapat diukur dengan
nilai uang.
d. Hukum Waris atau erfrecht yang mengatur harta kekayaan
peninggalan seseorang jika terjadi kematian atau meninggal dunia.

Arie Kartika, SH,. MH 51


6. Hukum Dagang
Pengertian hukum dagang adalah hukum yang
mengatur tingkah laku manusia yang turut
melakukanperdagangan dalam usahanya
memperoleh keuntungan. Dalam bidang
perdagangan, pelaku yang diatur adalah
manusia dan badan hukum yang terlibat
dalam keterikatan hubungan perdagangan.

Arie Kartika, SH., MH


Arie Kartika, SH., MH 53
A. Landasan Peraturan Perundang-undangan

Suatu peraturan perundang-undangan yang baik sekurang-


kurangnya, harus memiliki 3 landasan, yakni:

1. Landasan Filosofis Tambahan


2. Landasan Sosiologis Landasan Teknik Perancangan
3. Landasan Yuridis dan landasan politis.

Arie Kartika, SH.,M.H 54


1. Landasan Filosofis (filosofische grondslag)

Filsafat atau pandangan hidup suatu


bangsa tiada lain berisi nilai-nilai yang baik
dan tidak baik. Nilai yang baik adalah
pandangan dan cita-cita yang dijunjung
tinggi. Didalamnya ada nilai kebenaran,
keadilan, kesusilaan dan berbagai nilai
lainnya yang dianggap baik.
2. Landasan Sosiologis (Sociologische grondslag)

Semua peraturan perundang-undangan


dikatakan mempunyai landasan
sosiologis apabila ketentuan-ketentuan
sesuai dengan keyakinan umum atau
kesadaran hukum masyarakat. Bahwa
pembuatan peraturan perundang-
undangan haruslah mengacu dan bisa
mengayomi kebutuhan hidup
masyarakat, sesuai dengan kesadaran
hukum atau keyakinan masyarakat.

Arie Kartika, SH.,M.H 56


3. Landasan Yuridis (juridische grondslag)

Landasan yuridis adalah landasan hukum


yang menjadi dasar kewenangan
pembuatan peraturan perundang-
undangan. Peraturan perundang-
undangan harus memiliki hukum dasar
atau landasan hukum atau legalitas yang
terdapat di dalam ketentuan lain yang
lebih tinggi.
Landasan Yuridis ini bisa dibagi menjadi 2, yakni:

1. Landasan Yuridis Formil, yaitu berupa ketentuan yang memberi


wewenang kepada suatu lembaga untuk membentuknya.
2. Landasan Yuridis Materiil, yaitu berupa ketentuan tentang persoalan
atau masalah yang harus diatur.

 Dasar yuridis sangat penting dalam pembuatan peraturan perundang-


undangan karena ;
a. Keharusan dari kewenangan dari pembuat peraturan perundang-
undangan;
b. Harus ada kesesuaian antara materi dan jenis peraturan perindang-
undangan;
c. Keharusan mengikuti tata cara tertentu; dan
d. Keharusan tidak bertentangan dengan peraturan yang kedudukannya
lebih tinggi tingkatannya.

Arie Kartika, SH.,M.H 58


Arie Kartika, SH., MH 59
Asas-Asas Peraturan Perundang-Undangan

• Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto


memperkenalkan enam asas perundang-undangan, yaitu:
1. Undang-Undang tidak berlaku surut;
2. Undang-Undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi, yang
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula;
3. Undang-Undang yang bersifat khusus mengenyampingkan Undang-
Undang yang bersifat umum (Lex Specialis Derogat Legi Generali);
4. Undang-Undang yang paling baru melumpuhkan peraturan yang
lama (Lex Posterior Derogat Legi priori);
5. Undang-Undang tidak dapat diganggu gugat; dan
6. Undang-Undang sebagai sarana untuk semaksimal mungkin dapat
mencapai kesejahteraan spiritual dan material bagi masyarakat
maupun individu, melalui pembaharuan atau pelestarian.
• Menurut Amiroeddin Syarif menetapkan
adanya lima asas perundang-undangan, yaitu:
a. Asas Tingkatan Hirarki;
b. Undang-Undang tak dapat diganggu gugat;
c. Undang-Undang yang bersifat khusus
menyampingkan undang-undang yang
bersifat umum (lex specialis derogat lex
generalis);
d. Undang-undang tidak berlaku surut; dan
e. Undang-undang yang baru menyampingkan
undang-undang yang lama (lex posteriori
derogat lex priori)
Sistematika/ susunan Undang-Undang
terdiri dari 3 hal, yakni:

1. Konsideran (pertimbangan) yang berisi pertimbangan


mengapa diterbitkan Undang-Undang yang bersangkutan.
Umunya tiap alinea dimulai dengan kata-kata“ Menimbang..”
“Membaca..” , “Mengingat..”, atau “ Berpendapat..” kata-kata
yang berbunyi seperti itu disebut desideratum.
2. Diktum yaitu bagian utama Undang-Undang yang berisi Pasal
per pasal.
3. Ketentuan peralihan, yang fungsinya untuk memelihara
kesinambungan berlakunya kaedah hukum dan mencegah
terjadinya kekosongan hukum (rechts vacuum).
Asas Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan
• Pasal 5 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011
a. Asas Kejelasan Tujuan;
b. Asas Kelembagaan atau Pejabat Pembentuk yang
tepat;
c. Asas Kesesuaian antara jenis, hierarki dan materi
muatan;
d. Asas dapat dilaksanakan;
e. Asas Kedayagunaan dan kehasilgunaan;
f. Asas Kejelasan Rumusan; dan
g. Asas Keterbukaan.
• Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No. 12 Tahun 2011
menyatakan bahwa muatan peraturan perundang-undangan
harus mencerminkan asas sebagai berikut:
a. Asas Pengayoman;
bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan
harus berfungsi memberikan perlindungan untuk menciptakan
ketentraman masyarakat
b. Asas Kemanusiaan ;
asas kemanusiaan adalah setiap materi muatan peraturan
perundang-undangan harus mencerminkan perlindungan dan
penghormatan HAM serta harkat dan martabat setiap warga
negara dan penduduk Indonesia secara proporsional
c. Asas Kebangsaan;
asas kebangsaan adalah mencerminkan sifat dan watak bangsa
Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga Prinsip NKRI.
d. Asas Kekeluargaan;
asas kekeluargaan adalah bahwa setiap materi
muatan peraturan perundang-undangan harus
mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat
dalam setiap pengambilan keputusan
e. Asas Kenusantaraan;
asas kenusantaraan adalah bahwa setiap materi
muatan peraturan perundang-undangan senantiasa
memperhatikan kepentingan seluruh wilayah
Indonesia dan materi muatan peraturan perundang-
undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian
dari sistem hukum Nasional berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
f. Asas Bhinneka Tunggal Ika;
Asas ini merupakan asas yang harus memperhatikan
keragaman penduduk, agama, suku dan golongan,
kondisi yang khusus daerah serta budaya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan juga
bernegara
g. Asas Keterbukaan.
asas keterbukaan adalah bahwa pembentukan
peraturan perundang-undangan mulai dari
perencanaan, penyusunan, pembahasan,
pengesahan/ penetapan, dan pengundangan yang
sifatnya transfaran.
 Proses Pembentukan Undang-Undang perlu
mewujudkan asas-asas pembentukan peraturan yang
baik. Asas-asas tersebut diperlukan sebagai pedoman
dalam melaksanakan tahapan pembentukan
peraturan yang baik. Asas-asas tersebut diperlukan
sebagai pedoman dalam melaksanakan tahapan
pembentukan Undang-Undang. Didalamnya
termasuk tahap perencanaan, pembahasan,
pengesahan, pengundangan dan penyebarluasan.
Arie Kartika, SH.,MH 68
A. Materi Muatan Undang-Undang Dasar

 Materi muatan adalah materi muatan yang khas dan


hanya semata-mata dimuat dalam Undang-Undang
dan oleh karena itu menjadi materi muatan Undang-
Undang. Yang dimaksud adalah isi kandungan atau
substansi yang dimuat dalam Undang-Undang
khususnya dan peraturan perundang-undangan pada
umumnya.
Secara garis besar undang-undang dasar berisi tujuan atau
cita-cita politik (political objective) dari suatu negara atau
bangsa,

 Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok


pikiran yang terkandung dalam pembukaan di dalam
pasal-pasalnya. Pokok pikiran tersebut meliputi
suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara
RI. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita
hukum (Rechtsidee) yang menguasai hukum dasar
negara, baik hukum yang tertulis (Undang-Undang
Dasar maupun Hukum Tidak Tertulis.
Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok
pikiran ini di dalam pasal-pasalnya.

Arie Kartika, SH.,M.H 70


Menurut Sri Soemantri bahwa Undang-Undang Dasar
sebagai dokumen formal berisi:

a. Hasil perjuangan politik bangsa diwaktu yang lampau;


b. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan;

c. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan


baik untuk waktu sekarang maupun masa yang akan datang;
d. Suatu keinginan, dengan mana perkembangan kehidupan
ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin.
Materi muatan yang harus diatur dengan Undang-
Undang berisi:

1. Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan UUD 1945.


Undang-Undang digunakan sebagai sarana yang digunakan
mengatur lebih lanjut ketentuan dalam UUD 1945;
2. Perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan
Undang-Undang;
3. Pengesahan Perjanjian Internasional tertentu, makna dari
perjanjian internasional tertentu adalah perjanjian
Internasional yang menimbulkan akibat yang meluas dan
mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban
keuangan negara atau mengharuskan perubahan atau
pembentukan Undang-Undang dengan persetujuan DPR;
4. Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan
5. Pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.
B. Materi Muatan Undang-Undang

 Undang-Undang adalah kunci pokok dalam


pelaksanaan pemerintahan berdasarkan atas
hukum. Dengan demikian semua aspek
kehidupan dapat diatur dengan Undang-
Undang. Materi muatan Undang-Undang ada
dua yaitu yang disebut dalam Undang-Undang
Dasar bahwa materi tersebut harus diatur
dengan Undang-Undang, dan hal-hal lain yang
oleh pembentuk Undang-Undang perlu diatur
dengan Undang-Undang.
Menurut Bagir Manan, dalam mengajukan empat ukuran untuk
menetapkan materi atau obyek yang harusdiatur dengan
Undang-Undang, yaitu;

a. Materi yang ditetapkan dalam UUD 1945. Ada 16


hal materi muatan yang secara tegas diperintahkan
UUD 1945 untuk diatur dengan Undang-Undang.
b. Materi yang oleh Undang-Undang terdahulu akan
dibentuk dengan Undang-Undang. Misalnya
Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang
kekuasaan kehakiman terdapat ketentuan susunan,
kemudian dibentuk Undang-Undang tentang
susunan tersebut.
c. Undang-Undang dibentuk dalam rangka mencabut
atau menambah Undang-Undang yang sudah ada.
d. Undang-Undang dibentuk karena menyangkut hal-
hal yang berkaitan dengan hak-hak dasar atau hak
asasi manusia.
e. Hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan atau
kewajiban orang banyak.
“ Maka telah cukup jikalau Undang-Undang Dasar hanya memuat Aturan-
aturan Pokok, hanya memuat Garis-Garis Besar sebagai Instruksi kepada
pemerintah pusat dan lain-lain penyelenggara negara untuk
menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial. Terutama
bagi Negara Baru dan Negara Muda lebih baik Hukum dasar yang tertulis
itu hanya memuat aturan-aturan pokok sedangkan aturan-aturan yang
menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada Undang-Undang
yang lebih muda caranya, membuat merubah dan mencabut.”

 Berdasarkan hal itu maka suatu UU dapat melaksanakan atau mengatur


lebih lanjut hal-hal yang ditentukan secara tegas oleh UUD 1945 maupun
hal-hal yang secara tidak tegas menyebutkannya. Selain itu, Undang-
Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang tertinggi di Negara
RI, sehingga UU juga merupakan sumber dan dasar bagi peraturan
pelaksana atau peraturan otonom.
Arie Kartika, SH.,MH 77
• Yang dimaksud dengan “hierarki”
adalah penjenjangan setiap jenis
Peraturan Perundang-undangan yang
didasarkan pada asas bahwa Peraturan
Perundang-undangan yang lebih rendah
tidak boleh bertentangan dengan
Peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi.

Arie Kartika, SH., MH


Maka jelas hierarki Peraturan Perundang-undangan diatur
dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Pasal 7 ayat
(1):

a. Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945;


b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota.
Arie Kartika, SH.,MH 79
a. Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun
1945
1. Pembukaan UUD 1945 yang merupakan
Staatsfundamentalnorm / Norma Fundamental
Negara (Norma Hukum tertinggi) yang merupakan
landasan dasar filosofis yang mengandung kaidah-
kaidah dasar bagi pengaturan Negara.
2. Batang Tubuh UUD 1945 merupakan
Staatsgrundgesetz/ Aturan Dasar Negara yang
merupakan garis-garis besar atau pokok-pokok
kebijaksanaan Negara untuk menggariskan Tata cara
membentuk Peraturan Perundang-undangan yang
mengikat umum.
Arie Kartika, SH.,MH 80
b. Ketetapan MPR
Merupakan Putusan Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) sebagai pengemban kedaulatan
rakyat yang ditetapkan dalam sidang-sidang MPR
atau bentuk Putusan MPR yang berisi hal-hal yang
bersifat penetapan.
Contoh : TAP MPR NOMOR III TAHUN 2000
Tentang Sumber Hukum.
c. Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang

Yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan


persetujuan bersama Presiden. Undang-undang merupakan
produk bersama dari Presiden dan DPR (Produk legislatif) dalam
pembentukan Undang-undang ini dapat pula Presiden yang
mengajukan RUU dan akan sah menjadi Undang –Undang apabila
DPR menyetujuinya, dan begitu pula
sebaliknya.

Contoh : Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2010 tentang


Larangan Merokok.

Arie Kartika, SH.,MH 82


Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(Perpu)

 Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh


Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang
memaksa(negara dalam keadaan darurat), dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Perpu dibuat oleh Presiden saja tanpa ada keterlibatan DPR;
2. Perpu harus diajukan kepada DPR dalam persidangan
berikut;
3. DPR dapat menerima/ menolak Perpu dengan tidak
mengadakan perubahan; dan
4. Jika ditolak DPR maka Perpu tersebut harus dicabut.

Arie Kartika, SH.,MH 83


Contoh: Bahwa UU No. 17 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji, sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan
tuntutan masyarakat sehingga perlu diganti
dengan Undang-Undang yang baru, diganti
dengan UU No. 13 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji.
d. Peraturan Pemerintah

Adalah Peraturan Perundang-undangan di Indonesia


yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan
Undang-Undang sebagaimana mestinya.
Contoh: PP Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Pembangunan Sarana dan Prasarana
e. Peraturan Presiden

Adalah Peraturan Perundang-undangan yang


ditetapkan oleh Presiden, untuk menjalankan
perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan
pemerintahan.
• Peraturan hidup itu memberikan petunjuk
kepada manusia bagaimana ia harus
bertingkah laku dan bertindak didalam
masyarakat. Peraturan hidup kemasyarakatan
yang bersifat mengatur dan memaksa untuk
menjamin tata tertib dalam masyarakat itulah
yang disebut sebagai peraturan hukum atau
kaedah hukum.

Arie Kartika, SH., MH


f. Peraturan Daerah Provinsi
Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh
dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan
persetujuan bersama Gubernur.
Contoh: Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil di
Provinsi Daerah
g. Peraturan Daerah Kabupaten

Peraturan Perundang-undangan yang


dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kapubaten atau Kota dengan
persetujuan bersama Bupati atau Walikota.
Contoh: Peraturan Daerah Kota Medan Nomor
7 Tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan
Parkir Ditepi Jalan Umum, Tempat Khusus
Parkir dan Perizinan Pelataran Parkir.

Arie Kartika, SH.,M.H 89

Anda mungkin juga menyukai