Anda di halaman 1dari 10

Ketidakadilan Gender Dalam Musik

Indonesia
Pendahuluan
• Musik dilihat hanya sebagai hiburan semata
• Di dunia industri hiburan musik khususnya Indonesia tidak sedikit dari
musisi menciptakan karya-karya yang melanggengka ketidakadilan Gender
• Mendongkrak penjualan dan menarik para pendengar.
• Didengar oleh semua kalangan, dari anak-anak remaja sampai orang dewasa.
• Melanggengkan pelecehan seksual khususnya kepada perempuan.
• Menambah deretan ketidakadilan gender dimana selera dan pilihan musik
ditentukan dan dibuat sesuai selera patriarki dengan melecehkan dan
mengolok-olok kaum perempuan sehingga menciptakan langgengnya
ketidakadilan gender di masyarakat.
Daftar Lagu yang teridentifikasi
• WANITA LUBANG BUAYA KARYA CAHYADI JAYANATA
• TELAT TIGA BULAN KARYA JAMRUD BAND
• MADU TIGA KARYA P. RAMLEE
MADU TIGA KARYA P. RAMLEE
Aih senangnya dalam hati
Kalau beristri dua
Oh seperti dunia
Ana yang punya

Kepada istri tua


Kanda sayang padamu
Oh kepada istri muda
I say i love you

Istri tua merajuk


Balik ke rumah istri muda
Kalau dua dua merajuk
Ana kawin tiga

Mesti pandai pembohong


Mesti pandai temberang
Oh tetapi jangan sampai
Eh pecah temberang
ANALISIS - Bentuk ketidakadilan gender model subordinasi (Tindakan menempatkan
seseorang dalam dominasi karna adanya perbedaan jenis kelamin).
Siapa pelaku ketidakadilan gender?
Siapa Korban dari ketidakadilan gender? - dalam lagu ini, suami/laki-laki memainkan peran yang dominan dan memiliki
Dimana letak dan Ketidakadilan gender kuasa untuk memutuskan dengan siapa dia ingin bersama. Seperti pada lirik
seperti apa yang dimaksud? “ istri tua merajuk balik kerumah istri muda, kalua dua-duanya merajuk,
ana kawin tiga”

- Hal ini dapat dilihat sebagai refleksi dari ketidakadilan gender, di mana laki-
laki dianggap memiliki kekuasaan dan kendali penuh atas perempuan.

- Lagu ini juga memperlihatkan bahwa kehidupan dalam poligami tidaklah adil
bagi perempuan, karena memperkuat stereotipe bahwa perempuan hanya
sebagai objek yang dapat dipertukarkan dan diperlakukan sesuai keinginan
laki-laki. Mereka tidak memiliki suara dalam hubungan ini dan harus tunduk
pada keputusan suami.

- Feminisme Liberal melihat lagu ini seperti : menempatkan perempuan pada


posisi marginal dan subordinatif sehingga perempuan tidak pilihan-pilihan
dan hidup dalam hagemoni laki-laki. Pola-pola seperti ini menunjukan
Aliran feminism Falosentrime di mana penindasan dalam pemilihan hak.
kekuasaan terletak pada siapa yang
memiliki penis. Lacan Penis-Envy privilege atau kekuasaan istimewa yang
dimiliki laki-laki.
TELAT TIGA BULAN
ANALISI - Bentuk ketidakadilan Gender model “Streotipe” dimana dalam lagu ini

S perempuan dianggap tidak bisa mengambil keputusan penting, terbukti pada


lirik “Hei kenapa kaupun mau dan kita langsung berguling bergerak diatas
pasir.

- Perempuan juga digambarkan sebagai sosok yang cengeng pada lirik


“kutanya kabar kau malah menangis”.

- Kemudian pada Lirik “lagi membeli susu dan sambil berbisik aku telat tiga
bulan” ini juga merupakan bentuk ketidakadilan model Beban ganda
Anggapan bahwa perempuan memiliki sifat memelihara dan fungsinya
sebagai ibu rumah tangga mengakibatkan segala urusan rumah tangga
menjadi tanggungjawabnya.

- Pada lagu ini memperlihatkan jelas bentuk ketidakadilan : bahwa


perempuan masih harus menanggung beban yang lebih berat dalam situasi
kehamilan, sementara laki-laki dianggap tidak memiliki tanggung jawab yang
sama.
FEMINISME RADIKAL : Isu tentang tubuh dan FEMINISME LIBERAL : Hak setiap individu atas
seksualitas menjadi sangat penting, otonomi dirinya harus lebih besar daripada
karena menurut paham ini penindasan intervensi masyarakat luas.
berawal dari
dominasi atas seksualitas perempuan.
WANITA LUBANG
BUAYA
ANALISIS
- Dalam lagu ini perempuan maupun laki-laki, mendaptkan
pelabelan. Laki-laki distreotipekan sebagai “buaya” sedangkan
perumpuan distreotipekan memiliki lubang buaya.

- Ketidakadilan gender dalam lagu ini merupakan model “Streotipe”


yaitu pelabelan atau penandaan tertentu terhadap suatu
kelompok, Pelabelan ini memiliki kecenderungan ke arah yang
merugikan pihak atau kelompok tersebut.

- Dari pelabelan ini pihak yang paling dirugikan adalah perempuan,


karena perempuan dalam lagu ini distreotipekan sebagai sosok
yang lemah, dan gampang digoda seperti pada lirik “memang
Wanita dia punya lubang buaya wajar saja lelaki mau
menggodanya”.

- Feminisme Psikoanalisis menurut Freud memandang pemilik plaki-laki sebagai enis, diasosiasikan kuat dan superior, di
dalam lagu ini buaya dianggap predator yang kuat dan agresif, sementara perempuan di gambarkan memiliki klitoris
“lubang buaya” diasosiasikan dengan lemah, dan inferior.
Kesimpulan
Lagu/ musik bukan lagi soal hiburan dan alat bersenang-senang yang
dapat didengar dan dinikmati dengan apa adanya, musik juga
dihadirkan atas kepentingan ideologi dan kepentingan ekonomi. Narasi
gender salah satunya dianggap sebagai alat untuk mencapai
kepentingan tersebut. Lagu/music di atas merupakan bentuk
bagaimana ketidakadilan gender terjadi, penghinaan, ejekan terhadap
gender/kelompok tertentu mejadi bukti bahwa music yang kita dengar
sehari-hari pantut dicurigai motifnya.

Anda mungkin juga menyukai