Sebagian orang, khususnya para feminis, berpendapat bahwa pop culture atau budaya
populer sangat berpatisipasi dalam pengikisan derajat wanita dan penguatan patriarki.
Bagaimana iklan, film hingga musik memfokuskan wanita sebagai objek birahi dan
eksploitasi seksual menjatuhkan diri perempuan. Namun di lain pihak, sebagian feminis
memperjuangkan prinsip kaumnya melalui budaya populer, termasuk musik dan nyanyian.
Subkelompok ini melantunkan lirik dan syair yang berusaha secara eksplisit dan implisit
menyampaikan perjuangan kesetaraan gender, serta menumbuhkan semangat feminisme bagi
para pendengar mereka khususnya wanita. Fakta standar ganda ini menggarisbawahi bahwa
ada hubungan rumit antara budaya populer dan feminisme.
Feminisme selalu menjadi isu yang menarik untuk dibahas terlebih dalam memahami
dinamika dunia perempuan. Sejak beberapa abad terakhir, kaum perempuan mulai
menyuarakan dan menuntut persamaan gender serta keinginan untuk menghancurkan budaya
patriarki. Menurut Joanne Hollows dalam bukunya Feminisme, Feminitas dan Budaya
Populer, feminisme dianggap sebagai suatu bentuk politik yang bertujuan untuk
mengintervensi dan mengubah hubungan kekuasaan yang tidak setara antara laki-laki dan
perempuan.
Seiring dengan usaha tersebut, budaya populer juga memasuki masyarakat melalui
media massa dan kapitalisme dengan melahirkan sub-budaya termasuk di dalamnya musik
populer. Menurut S. Frith, budaya pop (pop culture) merupakan refleksi produk komersial
yang ditujukan pada massa dan kemudian melahirkan musik populer yang mudah dipahami
dan diakses publik (S. Frith, W. Straw, and J. Street 94 in osisa.org)
Budaya populer menjadi perdebatan bagi kaum feminis. Pihak pertama berpendapat
bahwa apa yang menjadi produk budaya pop memperkuat patriarki dan merugikan
perempuan. Misalnya dalam pornografi, iklan kecantikan, musik populer mengobjektifikasi
wanita secara seksual. Namun di sisi lain, banyak wanita-wanita yang berkecimpung dalam
insdustri musik menyuarakan semangat perempuan dan memperjuangkan kesetaraan gender.
Jika mencari wanita yang paling gencar dalam menyuarakan feminisme melalui
musik,Beyonce Knowles menjadi nama pertama yang akan muncul. Beyonce yang memang
mengaku dirinya sebagai seorang feminis ini memiliki catatan karir dalam industri musik
yang banyak melagukan nyanyian yang wanita banget.. Mulai sejak ia tergabung dalam grup
Destinys Child hingga saat ini bersolo karir, penyanyi RnB ini memantapkan dirinya sebagai
seorang feminis melalui musik dan mendapat dukungan positif dari banyak pihak. Benyak
nyanyian yang ia bawakan memiliki semangat feminis secara implisit maupun eksplisit.
Salah satu yang terkenal adalah lagu Run the World (Girls) dari album 4. Lagu ini
sebagian besar menyuarakan bagaimana peran wanita dalam kehidupan bermasyarakat dan
bagaimana hubungan laki-laki dan perempuan. Lagu ini terkenal dengan kalimat, who run
the world? Girls! yang diulang-ulang sepanjang lagu yang bermakna bahwa ini saatnya bagi
perempuan untuk menguasai dunia dan melawan kesewenangan laki-laki. Coba simak bagian
lirik berikut,
This goes out to all the women getting it in youre on your grind
To other men that respect what I do please accept my shine
Boy you know you love it how were smart enough to make these millions
Strong enough to bear the children then get back to business.
Beyonce memberikan dukungan kepada kaumnya, perempuan bahwa mereka pantas
untuk mendapatkan hal yang lebih baik berupa kesetaraan dan melawan segala ketidakadilan
yang menimpa perempuan. Baris strong enough to bear the children then get back to
business memberikan keyakinan bbahwa perempuan merupakan makhluk yang kuat. Di saat
ia bisa hamil dan melahirkan keturunan, namun ia akan kembali ke usaha bisnis dimana hal
tersebut belum tentu bisa dilakukan laki-laki.
Tidak hanya lagu Run the World (Girls), Beyonce memiliki banyak tembang dengan
nada serupa yang menancapkan dirinya sebagai ikon pop feminis. Berikut lagu-lagu dan
kutipan lirik dari musik yang dinyanyikan oleh penyanyi ini.
1. Irreplaceable
You must not know about me, you must not know about me
sebanyak 8,3 juta orang ini tentunya menimbulkan pro dan kontra, namun tetap memantapkan
Beyonce sebagai seorang feminis.
Beyonce tentunya memiliki pengaruh besar atas apa yang ia lagukan terkait
feminisme. Secara kualitas, dia sudah banyak meraih penghargaan seperti dua puluh Grammy
Awards, lalu di Video MTV Awards, World Music Awards, Billboard Music Awards, Golden
Globe Awards dan masih banyak lagi. Kemudian secara komersial, Beyonce sudah berhasil
menjual lebih dari 118 juta album di seluruh dunia. Keberhasilan tersebut membuat ia
memiliki basis fans fanatik yang disebut dengan Beyhive.
Selain Beyonce, ada banyak sekali musisi perempuan yang sama-sama menyuarakan
semangat feminisme. Setiap tahun selalu ada lagu-lagu yang membawakan suara perempuan.
Lagu-lagu tersebut datang dari penyanyi-penyanyi populer yang mendominasi tangga lagu
Billboard seperti Taylor Swift, Nicki Minaj, Ariana Grande, Lily Allen, Shakira, Gwen
Stefani, serta vokalis Kurt Cobain yang merupakan seorang laki-laki. Selain itu, semangat
feminisme juga dilantunkan oleh beberapa penyanyi yang bersifat independen namun
memiliki basis fans tersendiri seperti Tegan and Sara, Jenny Lewis, Kimya Dawson dan Dar
Williams.
Daftar Pustaka
Anonim. 13 feminist songs for a fierce playlist. http://www.timeout.com/newyork/music/10great-feminist-anthems, diakses 3 April 2016 pukul 12:24 WIB.
Anonim. Feminism in Pop Culture: the Good, the Bad, and the Topless. http://theartifice.com/fem inism-in-pop-culture/, diakses 3 April 2016 pukul 13:54 WIB.