Anda di halaman 1dari 28

SEMINAR HASIL

Dampak Manajemen
Perkebunan Kelapa Sawit
Terhadap Dinamika Status
Kesuburan Tanah di Sumatera
Barat (Studi Kasus PT. Incasi
Raya Group)

Ikhsanul Adli
1821622002
Ilmu Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Aprisal, MP Dr. Jabang Nurdin


Pembimbing I Pembimbing II
Dampak Manajemen Perkebunan Kelapa Sawit
Terhadap Dinamika Status Kesuburan Tanah di Sumatera
Barat (Studi Kasus PT. Incasi Raya Group)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri minyak sawit memiliki peran strategis dalam
Penghasil devisa terbesar
perekonomian makroekonomi Indonesia.

Kedaulatan energi

Pendorong sektor ekonomi kerakyatan

Lokomotif perekonomian nasional

Penyerapan tenaga kerja

Berkembang di 22 Provinsi di Indonesia

Sumatera

Kalimantan
Historis Perkembangan Luas Perkebunan
Kelapa Sawit Indonesia

1967 1997 2003 2010 2019

105.808 Ha 2,5 jt Ha 3,8 jt Ha 8 jt Ha 14,60 jt Ha


Tahun 1990 – 1997 terjadi Perkembangan pesat pada Salah satu wilayah yang
peningkatan rata-rata 200 Tahun 1999 - 2003, dari memiliki luas areal tanam
rb Ha tiap tahunnya 2,96 jt Ha menjadi 3,8 jt terluas saat ini yaitu Provinsi
Ha Riau (2,82 jt Ha)
Data Produksi Perkebunan Kelapa Sawit 2017 - 2021
Tabel 1. Data Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Di Beberapa Provinsi di Sumatera

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan


Keterangan: *) Angka Sementara; **) Angka estimasi; -) Data tidak tersedia
Wujud produksi: Minyak sawit
Perkembangan Jenis Pertanian yang di terapkan
Sistem Pertanian Konvensional
Sistem Pertanian Organik
Penggunaan bahan input kimia yang berlebihan dengan
asumsi bahan input kimia = produksi tanaman Namun tidak sepenuhnya menggunakan bahan
organik, akan tetapi masih menggunakan bahan
input kimia dalam jumlah yang sedikit.
Bertujuan dapat menjamin sustainability lahan
dan produksi tanaman

Gambaran saat ini:


 Masih terasa dampak sistem pertanian konvensional
 Beberapa wilayah masih menggunakan sistem pertanian
konvensional
 Sistem Manajemen lahan perkebunan yang dinilai kurang Dengan demikian, di galakkan Sistem
Pertanian yang mengacu pada manajemen
tepat dengan aspek tanaman, tanah dan lingkungan
lahan (perencanaan, penggorganisasian,
penggerakan dan pengawasan) dari segi
tanaman, tanah dan lingkungan.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana dampak manajemen perkebunan (perlakuan perusahaan) kelapa sawit terhadap dinamika status kesuburan tanah?
2. Bagaimana hubungan jenis tanah dan manajemen perkebunan (perlakuan perusahaan) kelapa sawit terhadap dinamika status kesuburan
tanah?

C. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui dampak manajemen perkebunan (perlakuan perusahaan) kelapa sawit terhadap dinamika status kesuburan tanah.
b. Menganalisis hubungan jenis tanah dan manajemen perkebunan (perlakuan perusahaan) kelapa sawit terhadap status kesuburan tanah

D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembang ilmu pembangunan berkelanjutan khususnya perkebunan kelapa sawit berkelanjutan;
2. Menjadi referensi bagi pengelola Perkebunan Kelapa Sawit untuk lebih memperhatikan aspek tanah, tanaman dan lingkungan pada setiap
tahap budidaya di samping kepentingan ekonomi.
II. Tinjauan Pustaka
A. Manajemen Perkebunan Kelapa Sawit
1. Defenisi Manajemen
2. Defenisi Manajemen Lahan Perkebunan
kelapa Sawit
Beberapa aspek yang diperhatikan dalam manajemen perkebunan
kelapa sawit, yaitu:
• Sumber daya lahan

• Sumber daya manusia

• Budidaya tanaman kelapa sawit dari hulu hingga hilir

Saling terkait satu sama lain, namun pada penelitian ini lebih
memperhatikan manajemen lahan berdasarkan aspek sumber daya lahan
yaitu kesuburan dan pengelolaan lahan yang tepat sehingga lahan dapat
digunakan secara berkelanjutan.
1. Faktor-faktor yang harus diketahui dalam manajemen lahan 2. Manajemen Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Secara Umum
secara berkelanjutan
Dalam Naskah Akademis Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (2008) dimuat
f. Integrasi Tanaman dan Ternak beberapa peraturan yang mengikat pengusaha dan sebagai pedoman calon
pengusaha kelapa sawit antara lain undang-undang, peraturan pemerintah,
keputusan /peraturan singkat Menteri, peraturan daerah, keputusan gubernur dan

e. Integrasi Tanaman Pangan diantara aturan lainnya seperti Prinsip dan Kriteria RSPO (Roundtable on Sustainable Palm
Tanaman Kelapa Sawit g. Peningkatan Kapasitas Oil) National Interpretation Republik Indonesia, HCVF Toolkit versi 2 tahun
Kelembagaan Petani
2008, dan Petunjuk Teknis Praktek Pengelolaan Terbaik/Better Management
Practices (BMP) Mitigasi Konflik Manusia - Orangutan di Dalam dan Sekitar
Perkebunan Kelapa Sawit.

d. Pemberian Mulsa
h. Jenis – Jenis Tanah
Perkebunan Kelapa Sawit Dalam setiap peraturan yang dibuat menekankan pada beberapa hal yaitu: pembukaan
lahan tidak dengan membakar, memberikan kesempatan yang sama pada penduduk
c. Pemupukan Berimbang lokal dalam kegiatan budidaya (tenaga kerja), pengelolaan perkebunan secara
berkelanjutan dengan resiko kerusakan lingkungan seminimal mungkin, pemanfaatan
hasil perkebunan harus dilakukan dengan efisien dengan meminimalkan dampak

b. Pemanfaatan Bahan Organik negatif terhadap lingkungan, melindungi kearifan lokal, dan aturan lain sebagainya.

a. Pengelolaan dan teknik konservasi lahan dan air


B. Kesuburan Tanah

Sifat Fisika Tanah Sifat Kimia Tanah Sifat Biologi Tanah


Antara lain: Antara lain: Antara lain:
Bulk Density, Kadar Air, Reaksi Tanah (pH), C-organic, Mikroba tanah yang berperan penting
Tekstur Tanah, dsb N-total, P-tersedia, Kalium dalam perombakan bahan organic dan
(K), Kapasitas Tukar Kation siklus hara sebagai factor penting
(KTK) dalam memelihara kesuburan dan
produktivitas tanah.
C. Tanaman Kelapa Sawit
1. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Curah Hujan;
Jumlah Penyinaran;
Temperatur/Suhu;
Kecepatan Angin untuk penyerbukan;
Media Tanam, dsb.

2. Klasifikasi tanaman kelapa sawit

3. Klasifikasi penggunaan produk kelapa sawit

Produk pangan;
Produk nonpangan, dan
Produk samping/limbah

4. Indonesia menjadi salah satu produsen minyak sawit mentah (CPO) terbesar di dunia
III. METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Alat dan Bahan
Penelitian
Selengkapnya ada
Feb s/d Mei 2022 di Perkebunan pada Lamp. 1
Kelapa Sawit anak perusahaan
PT. Incasi Raya Group yang ada
di Solsel

Waktu, Bahan dan


Metode Penelitian
Prosedur Penelitian Simple PowerPoint
Metode Penelitian Presentation
Sampel tanah diambil pada
Metode Kuantitatif manajemen lahan yang
Deskriptif sama dengan jenis tanah
yang berbeda
Prosedur Penelitian
Tabel 2. Pengambilan Sampel pada Faktor Jenis Tanah yang Berbeda
1. Penentuan Titik Sampel di Lapangan
Titik Sampel berdasarkan manajemen lahan yang sama dengan
faktor tanah yang berbeda

2. Pengambilan Sampel Tanah


Sampel tanah bor

3. Analisa Lapangan dan Laboratorium


Lapangan: Profil, lingkungan sampel, iklim, dsb
Laboratorium : Analisa sifat kimia tanah

4. Analisa Data Dengan Rancangan Percobaan


Data yang diperoleh dari hasil analisis sampel tanah (ulangan dan
faktor pembeda sampel) diolah dengan menggunakan rancangan
percobaan RAK (Rancangan Acak Kelompok) dan diuji korelasi
antar variable (sifat kimia tanah) yang diteliti menggunakan aplikasi
SPSS versi 25
Peta Titik Pengambilan Sampel per masing-masing Wilayah
Peta Titik Pengambilan Sampel per masing-masing Wilayah
IV. HASIL
DAN
PEMBAHASAN
A. pH Tanah

Hasil analisis pH tanah diperoleh nilai pH berbeda-beda setiap tahunnya. Dibawah ini nilai pH tanah yang diperoleh disajikan dalam bentuk
grafik dan tabel untuk mengetahui keeratan hubungan antara nilai pH selama 5 tahun periode 2017-2021 budidaya kelapa sawit.

Gambar 1. Grafik pH Tanah


PT SJAL *) PT SMP *) PT IR Sodetan *)
5.4 5
4.6
5.2 4.8 f(x) = − 0.228 x + 4.788
5 4.2 R² = 0.652966889413656
4.6 f(x) = 0.0739999999999999 x + 4.3
4.8
R² = 0.137976214472889
4.6 4.4 3.8
f(x) = − 0.041 x + 4.681
4.4 R² = 0.0232477734137296 4.2
4.2 3.4
4 4
2017 2018 2019 2020 2021 3
2017 2018 2019 2020 2021
2017 2018 2019 2020 2021

Tabel 3. Nilai pH Tanah


Tahun PT SMP *) PT SJAL-SS *) PT IR Sodetan *)
2017 4.37 SM 4.59M 4.40 SM
2018 4.64 M 4.20 SM 4.60 M
2019 4.08 SM 5.25 M 4.21 SM
2020 4.92 M 4.53 M 3.50 SM
2021 4.60 M 4.22 SM 3.81 SM
Rata-rata 4.52M a 4.56M a 4.10 SM a
Keterangan : *) Kriteria berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah, Bogor (1983, cit Hardjowigeno, 2003).
Kriteria SM = Sangat Masam, M = Masam. Angka yang diikuti huruf tebal berbeda menurut kolom berbeda nyata pada
taraf uji 5%
B. Distribusi %C-organik, %N-total, Rasio C/N dan P-tersedia

Tabel 4. Distribusi %C-organik, N-total dan P-tersedia pada PT SMP, PT SJAL-SS dan
PT IR. Sodetan
• Tinggi rendahnya %C-organik yang diperoleh dipengaruhi oleh perlakuan
perusahaan dengan mengembalikan unsur hara melalui pemupukan dan
penambahan bahan organik (abu janjang kelapa sawit) serta penggunaan
mulsa organik (tandan kosong kelapa sawit) yang umum dilakukan di
perkebunan kelapa sawit. PT SMP dan PT SJAL bahan organiknya
tergolong berbeda dengan manajemen lahan yang sama. Hal ini diduga
karena adanya sifat dan karakteristik jenis tanah.

• Menurut Hardjowigeno (2015) nitrogen dalam tanah berasal dari bahan


organik tanah baik bahan organik halus maupun bahan organik kasar,
pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara, pupuk, dan air hujan

• Nurmegawati et al (2007), bahwa sebagian N terangkut panen, sebagian


kembali sebagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan kembali lagi, hilang
melalui pencucian.

• Jika nilai rasio C/N dalam tanah semakin rendah maka tingkat pelapukan
bahan organik oleh mikroorgnisme dalam tanah berlangsung sangat cepat
dan sebaliknya (Hakim et al., 1986; Brady, 1990).

• ketersediaan unsur P dalam tanah dipengaruhi oleh yaitu pH (reaksi tanah),


waktu reaksi, temperatur, dan bahan organik tanah
Keterangan : *) Kriteria berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah, Bogor (1983, cit Hardjowigeno, 2003).
Kriteria SR = Sangat Rendah, R = Rendah, ST = Sangat Tinggi, S = Sedang, T = Tinggi. Angka yang diikuti huruf
berbeda menurut kolom berbeda nyata pada taraf uji 5%
C. Distribusi KTK, Basa basa yang dapat Dipertukarkan (K, Na, Ca, Mg) dan %Kejenuhan Basa

Tabel 5. Distribusi Nilai KTK, Basa basa yang dapat dipertukarkan (K, Na, Ca, Mg) dan Kejenuhan dilokasi penelitian

• Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi


mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan
bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowigeno, 2007).

• Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa KTK sangat beragam pada setiap
jenis tanah dan besarnya KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah itu
sendiri antara lain reaksi tanah (pH), tekstur tanah atau jumlah liat, jenis
mineral liat, bahan organik tanah, pengapuran, dan pemupukan.

• Nilai KTK pada PT Incasi Raya Sodetan berbeda nyata dengan lokasi
lainnya dan relatif meningkat serta sejalan dengan pola kadar
C-organik.

• Nilai KB tanah biasanya berbanding lurus dengan nilai KTK tanah karena
kejenuhan basa menggambarkan tingginya jumlah kation pada koloid tanah
(Bohn et al, 2009).

• Hakim, dkk (1986) menyatakan bahwa persen KB merupakan perbandingan


antara jumlah miliekuivalen kation basa dengan miliekuivalen KTK, bila
KB tanah tergolong rendah, maka kation bersifat asam yang dominan
terjerap pada permukaan koloid, salah satunya Al yang banyak dijumpai
pada tanah ultisol.
Keterangan : *) Kriteria berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah, Bogor (1983, cit Hardjowigeno, 2003).
Kriteria SR = Sangat Rendah, R = Rendah, ST = Sangat Tinggi, S = Sedang, T = Tinggi. Angka yang diikuti
huruf berbeda menurut kolom berbeda nyata pada taraf uji 5%
D. Evaluasi kesuburan tanah di lokasi penelitian
Tabel 6. Status Kesuburan Tanah Perkebunan Kelapa Sawit pada PT SMP, SJAL, dan PT Incasi Raya dalam kurun 5 Tahun Periode 2017-2021.

• Pada PT SMP dan PT SJAL memiliki parameter kesuburan tanah yang tergolong sangat
rendah hingga rendah, selama 5 tahun periode 2017-2021. Oleh sebab itu, tingkat
kesuburan tanah pada kedua perusahaan ini tergolong rendah.

• PT IR Sodetan yang memiliki hampir semua parameter tergolong sangat tinggi kecuali
%kejenuhan basa yang sangat rendah. Status kesuburan tanah PT IR Sodetan tergolong
sedang, namun secara nilai rataan dari setiap tahun diperoleh status kesuburan tanah yang
rendah.

• Hartatik, et al (2011) menyatakan bahwa tanah gambut merupakan tanah yang


membutuhkan perhatian khusus karena secara alami tanah gambut memiliki tingkat
kesuburan yang rendah karena sedikitnya unsur hara yang tersedia per satuan volume yang
sama bila dibandingkan dengan tanah mineral.

• Tanah gambut memiliki KTK yang sangat tinggi, namun berbanding terbalik dengan
kejenuhan basa yang rendah. Hal Ini disebabkan oleh kemampuan gambut dalam menjerap
kation monovalen lemah sehingga mudah tercuci.

Keterangan : *) Kriteria berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah, Bogor (1983, cit Hardjowigeno, 2003). • Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan kandungan bahan organik terkait
Kriteria SR = Sangat Rendah, R = Rendah, ST = Sangat Tinggi, S = Sedang, T = Tinggi. Klasifikasi status dengan nilai pH di lokasi penelitian yang tergolong cukup masam adalah pengapuran dan
kesuburan tanah berdasarkan Pusat Penelitian Tanah (1983). Angka yang diikuti huruf berbeda menurut pengembalian bahan organik dengan menggunakan tanda kosong kelapa sawit sekaligus
kolom berbeda nyata pada taraf uji 5%
sebagai mulsa
E. Korelasi Manajemen Pekebunan (Perlakuan Perusahaan) Kelapa Sawit dengan Status Kesuburan Tanah
Tabel 7. Hasil uji korelasi antar variabel manajemen perkebunan (perlakuan perusahaan) dan kesuburan tanah

Gambar 3. Produksi kelapa sawit di lokasi penelitian


Keterangan : * korelasi signifikan pada tingkat 0,05 , ** korelasi signifikan pada tingkat 0,01
F. Korelasi Jenis Tanah dan Manajemen Perkebunan (Perlakuan Perusahaan) terhadap Status Kesuburan
Tanah

Tabel 8. Hasil uji korelasi antar varibel jenis tanah, manajemen perkebunan (perlakuan perusahan) dan kesuburan
tanah.

Keterangan : * korelasi signifikan pada tingkat 0,05 , ** korelasi signifikan pada tingkat 0,01
V. KESIMPULAN
&
SARAN
A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

a. Dampak manajemen perkebunan (perlakuan perusahaan) berupa input TKKS, wet decanter solid dan pupuk (Urea, NPK, MOP) memberikan
dampak positif terhadap produksi, tetapi masih belum dapat meningkatkan status kesuburan tanah.

b. Jenis tanah dilokasi penelitian bercurah hujan tinggi, menyebabkan tercucinya basa-basa dari komplek jerapan dan hilang melalui air drainase,
dengan manajemen perkebunan (perlakuan perusahaan) yaitu pemberian pupuk yang tidak optimal berpotensi menurunkan kualitas air permukaan
(sungai, waduk, dll).

c. Jenis tanah gambut pada PT. IR. Sodetan dengan adanya manajemen perkebunan (perlakuan perusahaan) tambahan berupa drainase, dengan tinggi
muka air tanah berkisar 40-60 cm sampai permukaan tanah, namun jika musim hujan berkisar 20-40 cm dari muka air tanah sampai permukaan
tanah, dapat mengendalikan laju subsidensi tanah, jika laju subsidensi tanah cepat beresiko ancaman kebakaran semakin tinggi.

d. Perbedaan jenis tanah jelas menunjukkan perbedaan setiap parameter yang dijadikan indikator kesuburan tanah walaupun manajemen perkebunan
(perlakuan perusahaan) terhadap tanah sama. PT. SMP jenis tanah ultisols memiliki kriteria kesuburan tanah rendah dengan faktor pembatas peka
terhadap erosi akibat CH tinggi meskipun lapuk cepat dan PT. SJAL dengan jenis tanah inceptisols memiliki kriteria kesuburan tanah rendah
dengan faktor pembatas hara mikro dapat dipertukarkan sangat rendah akibat lambat tersedia (lapuk sedang) sehingga kejenuhan basanya juga
rendah. PT Incasi Raya Sodetan dengan jenis tanah gambut memiliki kriteria kesuburan tanah sedang dengan faktor pendukung dengan adanya
drainase yang stabil.
B. Saran

Tanah mineral (PT. SMP dan PT. SJAL-SS) dapat meningkatkan efisiensi pemupukan dan meminimalkan resiko polusi air
permukaan dengan melakukan penambahan bahan organik dalam bentuk biochar (dalam hal ini yaitu arang tandan kosong
kelapa sawit) berdasarkan karakterisktik jenis tanah. Hal ini disebabkan untuk meningkatkan efektivitas biochar dalam
memperbaiki tanah gambut perlu dilakukan penambahan bahan lain berupa kapur seperti dolomit.
LAMPIRAN
A. Jadwal Rencana Penyelesaian Tesis B. Alat-alat yang digunakan dilapangan
C. Alat-alat Yang Digunakan Di Laboratorium

Lampiran selengkapnya ada pada bahan kolokium


Sekian
&
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai