Anda di halaman 1dari 9

Nama-nama Kelompok 2

Bencana di Suku Saireri


● Togar P. Sitompul (2021071014062)
● Dyvano M. R. Bangalino
(2021071014037)
● Hermanus Murib (2021071014020)
● Rena Siska F. Sitorus
(2021071014066)
● Ribka Logo (2021071014044)
● Fitri A. Lestari (2021071014051)
● Meyshie M. Patiung (2021071014030)
● Ice Wisal (2021071014059)
● Disman Tabuni -> Tidak ikut
mengerjakan
Suku Yang Menempati Wilayah Saireri
Saireri atau disebut juga Saerari adalah wilayah adat yang dihuni oleh suku-
suku yang menghuni wilayah pesisir di Utara Provinsi Papua Tengah dan
wilayah kepulauan Provinsi Papua, suku-suku yang menghuni wilayah adat
Saireri tersebut antara lain : Suku Biak, Suku Serui, Waropen, Yaur, Yerisiam,
dan suku-suku lainnya.
Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh
faktor alam dan atau faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis. Mengingat letak geografis Indonesia yang berada pada garis
cincin api Pasifik atau Ring of Fire sehingga bencana alam dapat terjadi
kapanpun.

Bencana dibagi kedalam 3 kategori, yaitu :


1. Bencana Alam
2. Bencana Non-Alam
3. Bencana Sosial
1. Bencana Alam
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Contoh bencana alam yang pernah terjadi diwilayah Saireri adalah gempa bumi
yang terjadi pada Rabu, 16 Juni 2010 pukul 12.16 WIT dengan kekuatan 7.1 skala
Richter yang berpotensi terjadinya tsunami di kota Serui dan mengakibatkan
kebakaran dan kerusakan rumah masyarakat yang terkena dampak gempa bumi
tersebut.
Dari bencana alam gempa bumi tersebut tercatat korban jiwa sebanyak 123 orang
dengan rincian 5 orang meninggal, 18 orang luka berat, 86 orang mengalami luka
ringan, dan 12 orang hilang.
Penanggulangan Yang Perlu Dilakukan Untuk
Mengantisipasi Bencana Alam Gempa Bumi di
Wilayah Saireri

Penanggulangan yang perlu dilakukan saat terjadi gempa bumi, antara lain segera
mencari tempat perlindungan seperti berlindung dibawah meja agar terhindar dari
reruntuhan bangunan, segera lari ketempat yang terbuka yang jauh dari bangunan.
2. Bencana Non-alam
Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-
alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Contoh bencana non-alam diwilayah Saereri adalah penyakit frambusia (penyakit kulit).
Penyakit Frambusia merebak di Serui, Kepulauan Yapen. Penyakit yang disebarkan oleh bakteri
Treponema Pallidum ini menyerang kulit hingga mengalami infeksi. Saat ini, temuan dari Dinas
Kesehatan setempat terdapat 70 kasus Frambusia Menular (P2M). Dinas Kesehatan Papua, Aaron
Rumainum, menyebutkan penyakit frambusia berkembang biak didaerah tropis.
Sementara untuk gejala penyakit Frambusia ditandai dengan munculnya kutil pada muka, kaki,
tangan, dan bagian tubuh lainnya.
Kebanyakan penyakit Frambusia diderita oleh anak berusia 6-12 tahun. Namun, usia dewasa juga
bisa terkena penyakit ini jika lingkungan sekitarnya.
Gejala awal akan bertahan hingga berbulan-bulan. Penyakit ini sifatnya kronik, artinya jika tidak
segera diobati, akan merusak jaringan kulit dan bisa menimbulkan cacat pada penderitanya.
3. Bencana Sosial

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peritiwa yang diakibatkan oleh manusia
yang meliputi konflik sosial antar kelompok antar komunitas masyarakat, dan teror.
Contoh bencana sosial diwilayah adat Saereri adalah konflik Tanah Ulayat yang berada di Kecamatan Serui, Kabupaten
Yapen Waropen, Papua. Awal mula terjadinya konflik ini dikarenakan perbedaan nilai, kepentingan tujuan dari perebutan
akan sumber daya tanah. Dimana pihak-pihak yang berkonflik dalam perebutan Tanah Ulayat ini, yaitu PT Telkom Serui,
Gereja Kristen Imanuel Serui, Pemerintah Daerah Serui, dan keluarga Maipon.
Isu yang dikonflikan terbagi dalam 2 isu besar, yaitu isu mengenai status kepemilikan tanah adat dan isu mengenai
pembayaran ganti rugi tanah adat, konflik ini sudah terjadi selama 34 tahun dan dalam kurun waktu tersebut sedikitnya telah
terjadi 2 kali eskalasi (pertambahan atau peningkatan) dengan ditandai adanya pemalangan. Eskalasi konflik secara khusus
dipengaruhi oleh disahkannya UU No. 21 Tahun 2001 mengenai Otonomi Khusus Papua. Dan menemui titik terang setelah
pembayaran uang muka ganti rugi tanah adat,dan pada akhirnya konflik ini selesai dengan bantuan mediasi dari pemerintah
di tahun 2008 dan dilakukan upacara pembebasan tanah adat bagi tanah yang berkonflik.
Cara Menanggulangi Penyakit Frambusia (penyakit kulit) :

1. Tidak berbagi peralatan pribadi dengan orang lain


seperti alat makan dan mandi
2. Menghindari kontak langsung dengan kulit orang yang
terinfeksi
3. Melakukan vaksinasi terutama untuk penyakit seperti
cacar air
4. Menghindari paparan alergen atau bahan iritan seperti
produk kimia yang keras
5. Menghindari paparan sinar matahari berlebih langsung
ke kulit
6. Tidak menggaruk kulit yang gatal, meradang, atau
iritasi
7. Membersihkan terlebih dahulu peralatan umum sebelum
digunakan misal sendok di warung makan.
8. Menjaga sistem kekebalan tubuh dengan makan
makanan bergizi seimbang dan cuku istirahat.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH, JIKA
ADA YANG INGIN BERTANYA
KAMI AKAN SIAPKAN JAWABAN
BUKAN KEPASTIAN

Anda mungkin juga menyukai