Anda di halaman 1dari 67

‫ِم‬ ‫ِحي‬ ‫َّر‬ ‫ال‬ ‫ِن‬‫م‬ ‫ْح‬ ‫َّر‬ ‫ال‬ ‫ِبْس ِم ِهللا‬

Patofisiologi Gangguan
Darah
(Haematologi in nursing)
Oleh : Joni Haryanto

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FK – UNAIR SURABAYA
2006
Pendahuluan

 Terdiri atas unsur-unsur padat ; eritrosit, leukosit


& trombosit yg tersuspensi dlm plasma
 Plasma terdiri atas : air, elektrolit, metabolit,
nutrien, protein, hormon.
Fungsi Utama Darah
1. Respirasi mengangkut O2 & CO2
2. Nutrisi mengangkut bahan makanan yg diserap
3. Eksresi mengangkut sampah metabolik ke
ginjal, paru-paru, kulit dan intestinum untuk dikeluarkan
4. Mempertahankan keseimbangan asam basa
5. pengaturan keseimbangan air melalui efek darah thd
pertukaran air antara cairan yg bersirkulasi &
cairan jaringan
6. Pengaturan suhu tubuh melalui distribusi panas tubuh
7. Pertahanan oleh leukosit & antibody yg beredar thd
infeksi
8. Pengangkutan hormon & pengaturan metabolisme
9. Pengangkutan metabolit
10. Koagulasi
Protein Plasma
 Total protein dalam plasma 7-7.5 g/dl
 Merupakan campuran protein yang berupa
Glikoprotein - Lipoprotein
 Komposisi protein plasma mayoritas adalah
Fibrinogen, Albumin dan Globulin
 Separasi protein plasma dapat dilakukan
dengan metode elektrophoresis
Sintesa Protein Plasma
 Sebagian besar protein plasma disintesa oleh
hepar, gama globulin oleh sel plasma
sedangkan lainnya oleh endotel
 Disintesa oleh ribosom yang menempel pda
membran retikulum endoplasma, berikutnya
akan disekresi setelah melewati aparatus golgi
 Sebagian besar protein plasma berupa
glikoprotein
 Protein plasma menunjukkan polimorfisme
dan memiliki waktu paruh dalam sirkulasi
Protein Plasma & Inflamasi
 Kadar protein plasma meningkat selama
fase inflamasi atau sekunder karena
kerusakan jaringan
 Acute phase protein dihasilkan oleh
hepatosit selama terjadi inflamasi
 Acute phase protein al: CRP, alfa1-
antitripsin, haptoglobin, fibrinogen, dll
Albumin
 Albumin merupakan protein utama dalam
plasma dan menyusun 60 % dari total
protein plasma
 40 % dari albumin terdapat dlm palsma, 60
% dalam ruang ekstraseluler
 Hepar menghasilkan 12 gr albumin/hr
 Albumin matur terdiri atas satu rantai
popipeptida yg tersusun dari 585 asam dan
mengandung 17 buah ikatan disulfida
Albumin
 Protein terbanyak dalam plasma
(3.4-4.7g/dl) atau 60% protein plasma
 Albumin diproduksi oleh hepar 12 g/hari,
Penyakit liver akan menurunkan produksi
albumin
 Albumin mature terdiri atas 585 asam amino
dengan 17 jembatan disulfida
 Albumin mengatur tekanan Osmotik dan
berhubungan dengan Edema
 Albumin berfungsi sebagai binding Ligand
bagi hormon, bilirubin, calcium, lemak dan
obat
Haptoglobin
 Haptoglobin adalah plasma Glikoprotein
yang mengikat hemoglobin ekstra
korpuskular sehingga Besi tidak lolos
bersama urin, BM Hp 90 kd
 Ikatan Hb-Hp cukup besar untuk melewati
filtrasi glomerulus
 Ikatan kompleks tersebut akan di
katabolisme di hepar, besi dapat disimpan
atau digunakan kembali
Transferrin
 Transferrin adalah Beta1 Globulin dg BM
76 kd, Glikoprotein yang disintesa di hepar
 Berfungsi sebagai transportasi Besi ke
seluruh jaringan yang membutuhkan
 Banyak sel mempunyai reseptor
transferrin, ikatan dengan ferritin akan
mengalami internalisasi endositosis, pH
endosom mengakibatkan disosiasi besi dan
masuk ke sitoplasma
Ferritin
 Adalah glikoprotein dengan BM 440 kd
yang memiliki 26 subunit
 Fungsinya adalah menyimpan besi dan
akan dilepaskan bila dibutuhkan
 Terutama terdapat pada liver dan limpa
 Hemosiderin adalah ferritin yang
mengalami degradasi tapi masih
mengandung besi
Ceruloplasmin
 Ceruloplasmin adalah alfa 2 globulin yang
mempunyai BM 160 kd
 Mempunyai fungsi mengikat tembaga (Cu),
mengangkut 90% tembaga dalam plasma
 Ceruloplasmin juga diproduksi oleh
hepatosit
 Tembaga banyak dibutuhkan sebagai
kofaktor berbagai macam enzim
Alfa 2 Macroglobulin
 Alfa 2 Macroglobulin adalah glikoprotein
plasma yang besar sekitar 720 kd
 Memiliki 4 subunit dengan BM 180 kd
 8-10% total protein plasma
 Mengikat banyak proteinase dan dikenal
sebagai panproteinase inhibitor
 Juga mengikat cytokines (PDGF, TGFb)
Imunoglobulin
 Adalah protein yang dihasilkan oleh
limfosit B yang berubah jadi sel plasma di
bone marrow
 Berperan dalam innate immunity dan
adaptive immunity sebagai humoral
immune respons
 Beredar dalam plasma darah dan memiliki
spesifisitas terhadap antigen
IMUNOGLOBULIN
 Sitem imun terdiri atas 2 komponen utama :
limfosit B & limfosit T
 Limfosit B berasal dari bone morrow dan masuk
di plasma darah
 Limfosit T berasal dari bone morrow dan
dimatangkan pada thymus
 Sel B bertanggungjawab atas sintesis antibodi
humoral yg bersirkulasi (imunoglobulin)
 Sel T bertanggungjawab atas proses imunologik
yg diantarai oleh sel
Bagian Antibodi
Class Switching
Kelas Antibodi
Hibridoma

Hibridoma
Hemostasis
 Hemostasis membutuhkan 3 faktor:
 Endotel vaskular
 Thrombosit
 Faktor pembekuan
 Proses hemostasis melibatkan ketiga faktor
tersebut, defisiensi pada salah satunya akan
berakibat fatal
Fibrin dan Bekuan Darah
Faktor pembekuan
 Faktor pembekuan berupa protein atau mediator
yang terlarut dalam plasma atau disekresi sel,
yang teraktivasi secara enzimatis dan membentuk
kaskade
 Teraktivasi melalui 2 jalur yaitu jalur ekstrinsik
dan jalur instrinsik
 Pada Jalur bersama terjadi aktivasi protrombin
menjadi trombin
 Trombin akan mengaktivasi fibrinogen menjadi
fibrin
FAKTOR PEMBEKUAN
 Faktor I : Fibrinogen
 Faktor II : Protrombin
 Faktor III : Faktor jaringan
 Faktor IV : Ca2+
 Faktor V : Proakselerin, faktor labil, unsur globulin
akselerator
 Faktor VII : prokonvertin, unsur akselerator konversi
protrombin serum, kotromboplastin
 Faktor VIII: Faktor antihemofillia A, globulin
antihemofilia (AHG)
 Faktor IX : Faktor antihemofillia B, faktor chrismas,
komponen tromboplastin plastin
(PTC)
 Faktor X : Faktor stuart-prower
 Faktor XI : Plasma thromboplastin antecedent (PTA)
 Faktor XII : faktor hageman
 Faktor XIII: Faktor penstabil fibrin, fibrinoligase
Proliferasi dan Diferensiasi
Perkembangan
Sel Darah Merah & Putih
Sel Darah Merah
 Fungsi utama menyampaikan oksigen ke jaringan &
mengeluarkan CO2 serta proton yg terbentuk oleh
metabolisme jaringan
 Dalam eritrosit tdk terdapat organel intrasel
(mitokondria, lisosom, aparatus golgi) dan tidak
mempunyai inti
 ATP disintesis dari glikolisis  unsur penting dlm
membantu SDM mempertahankan bentuk
bikonkafnya & dlm proses pengaturan transportasi
ion (Na, K, ATPase)
 Bentuk Bikonkaf dpt meningkatkan rasio
permukaan SDM thd volumenya shg memperlancar
pertukaran gas
Sel Darah Merah
 Jumlah pada laki-laki : 4,6-6,2 juta/µL ; wanita 4,2-5,4
juta/µL
 Jumlah total yg bersirkulasi ± 2,5 X 1013
 Kadar normal Hb : 14-18 d/dL (laki-laki) & 12-16 g/dL
(wanita)
 HCT : 42-52 % (laki-laki) & 37-47 % (wanita)
 Masa hidup sel darah merah 120 hari  ( < 1 %) atau
± 2 juta sel per detik akan digantikan setiap harinya
 SDM baru muncul dlm sirkulasi darah mengandung
ribosom & unsur-unsur dari retikulum endoplasma 
disebut “retikulosit” (normal : 1 % dari jumlah total SDM)
Metabolisme Sel Darah Merah
 SDM sangat tergantung pada glukosa sebagai
sumber energinya, membran SDM mengandung
afinitas yang tinggi thd transporter glukosa
 Glikolisis menghasilkan laktat adalah tempat
pembentukan ATP
 SDM tidak memiliki mitokondria  tidak ada
produksi ATP oleh fosforilasi oksidatif
 SDM memiliki beragam transporter yang
mempertahankan keseimbangan ion & air
Metabolisme Sel Darah Merah
 Pembentukan 2,3 bisfosfogliserat oleh reaksi yang
sangat berhubungan dengan glikolisis  penting
dalam pengendalian kemampuan Hb mengangkut
O2
 Sintesa glikogen, asam lemak, protein dan asam
nukleat tidak terjadi dalam SDM  akan tetapi
beberapa lipid (ex. Kolesterol) dlm membran
SDM dapat berganti dengan lipid plasma
 Bila SDM mencapai akhir dari usia hidupnya,
globin akan dipecahkan menjadi asam amino (yg
akan digunakan kembali dlm tubuh),  besi
dilepaskan dari heme & juga akan digunakan
kembali, & komponen tetrapirol heme diubah
menjadi bilirubin, yg terutama dieksresikan
kedalam usus melalui empedu.
Kelainan & Penyebab Kelainan
Pembentukan SDM
 Anemia defisiensi besi  asupan yang tdk
mencukupi/ kehilangan zat besi yg berlebihan
 Methemoglobinemia  asupan atau kelebihan zat
oksidan (zat kimia & obat), defisiensi genetik
dalam sistem methemoglobin reduktase
tergantung NADH, sistem penurunan dari HbM
 Anemia sel sabit  rangkaian untuk kodon 6 dari
rantai β berubah dari GAG pada gen yang normal
menjadi GTG pada gen sel sabit, sehingga
menimbulkan substitusi valin menjadi asam
glutamat
Kelainan & Penyebab Kelainan
Pembentukan SDM
 Talasemia-  mutasi gen a-globin, terutama
persilangan yang tidak sebanding & pengurangan
dalam jumlah besar serta kemungkinan kecil
mutasi nonsense & frameshift
 Talasemia-β  beragam mutasi dalam gen b-
globin, termasuk pengurangan, mutasi nonsense
& frameshift, & mutasi lain yg mempengaruhi
semua aspek dari struktutnya (mis. Tempat
penyambungan, mutan promoter)
 Anemia megaloblastik defisiensi vit. B12 
penurunan absorpsi vitamin B12, sering
disebabkan defisiensi faktor instrinsik yg biasanya
disekresikan oleh sel-sel parietal gaster.
Kelainan & Penyebab Kelainan
Pembentukan SDM
 Defisiensi asm folat  penurunan asupan,
gangguan absorpsi, atau peningkatan kebutuhan
(ex. Kehamilan) terhadap folat
 Sterositosis herediter  defisiensi jumlah atau
struktur spektrin
 Defisiensi glukosa-6 fosfat dehidrogennase (G6PD)
 beragam mutasi dalam gen (terangkai-X)
terhadap G6PD, terutama sekali mutasi titik
tunggal (single point mutation)
 Defisiensi piruvat kinase (PK)  kemungkinan
beragam mutasi gen untuk isozim piruvat kinase
SDM
Proses Kejadian Anemia Hemolitik
Mutasi gen G6PD
Penurunan aktivitas G6PD Penurunan
kadar NADPH
Penurunan regenerasi GSH dari GSSG oleh
glutation reduktase (yang menggunakan NADPH)

Oksidasi, disebabkan penurunan kadar GSH dana


peningkatan kadar oksidan intraseluler (mis. O2),
dari gugus SH Hb, protein membran mengubah
struktur membran & meningkatkan kerentanan
thd pencernaan oleh makrofag

Hemolisis.
Eritropoitin
 ERITROPOITIN MENGATUR PRODUKSI SDM

 Merupakan glikoprotein dengan 166 asam amino


 Merupakan regulator utama eritropoisis
 Disintesis oleh ginjal dan dilepaskan sebagai
respon thd keadaan hipoksia ke dlm aliran darah
menuju sumsum tulang
 Dlm sumsum tulang eritropoitin berinteraksi dg
progenitor SDM melalui reseptor spesifik yaitu
protein transmembran
 Reseptor berupa tirosinkinase
Eritropoitin Mengatur Produksi SDM
 Eritropoitin berinteraksi dg progenitor SDM 
dikenal dg “ BFU-E” (burst-forming unit
erythroid) dan menyebabkan progenitor tsb
berproliferasi serta berdeferensiasi
 Eritropoitin juga dpt mengadakan interaksi
dengan progenitor SDM berikutnya “CFU-E
(colony-forming unit erythroid) dan menyebabkan
progenitor berproliferasi dan berdiferensiasi
 Untuk menghasilkan efek tsb diatas, eritropoitin
memerlukan kerjasama dengan faktor lain
(interleukin-3, insulin-like growth factor)
Skema diferensiasi sel induk
menjadi SDM
Sel induk
Sel induk
pluripoten
pluripoten Epo
GM-CSF
IL-3
BFU-E CFU-E

Epo

Prekursor SDM
eritoid matur
SDM memiliki transporter glukosa
dlm membrannya
 Masuknya glukosa ke dalam SDM melalui
difusi difasilitasi yaitu difasilitasi protein
spesifik (transporter glukosa/ glukosa
permease)
 Glukosa dlm SDM berfungsi sebagai
sumber bahan bakar utama
Retikulosit bekerja aktif dalam
sintesis protein
 SDM matur tdk dapat mensintesis protein,
retikulosit bekerja aktif dalam sintesis protein
 Prosesnya :
 Retikulosit memasuki sirkulsi darah
Sel tsb akan kehilangan organel intraselnya
(ribosom, mitokondria, dll)
Dalam waktu 24 jam kemudian berubah menjadi
SDM muda & bersamaam itu pula terjadi
kehilangan kemampuan untuk mensintesa protein
Faktor Pertumbuhan Yg Mengatur Produksi
SDM

 2 faktor pertumbuhan :

G-CSF (granulocyte colony stimulating


factor) merupakan faktor pertumbuhan
yg relatif spesifik dengan menginduksi
terutama granulosit,makrofag dan eosinofil

GM-CSF (granulocyte macrophage colony


stimulating factor)
Golongan Darah
 Pada manusia terdapat 21 sistem golongan darah
yg sudah dikenal : sistem ABO, Rh (Rhesus), serta
MN
 Tipe A : memiliki antibodi anti-B dlm plasma
mengaglutinasikan darah tipe B atau tipe AB
 Tipe B : mengaglutinasikan tipe A atau AB
 Tipe AB tidak mempunyai anti bodi anti A atau
anti B disebut :”resipien universal”
 Tipe O tidak mempunyai substansi A atau B
disebut “donor universal”
Rh (Rhesus)
 Merupakan sistem yg komplek
 Antigen D (Rho) merupakan antigen utama yg
memiliki makna penting disebut faktor Rh
 Jika individu dengan Rh negatif mendapat transfusi
darah dg Rh positif akan membentuk antibodi
terhadap antigen D (Rho) bahaya bila terjadi pada
wanita yang pramenapouse (hamil) karena darahnya
akan mengandung antibodi anti D (Rho) jika bayinya
lahir dg Rh positif maka antibodi akan menyebabkan
sel darah merah bayi lisis & timbul penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir
 Setelah bayi dilahirkan/ abortus, wanita tsb
diberikan globulin imun Rho(D) secara rutin untuk
mencegah pemebentukan antibodi secara aktif thd
setiap antigen RHo (D) yg ada didalm tubuhnya.
MN
 Gol darah MN dikenali oleh antiserum yg
membedakan bentuk-bentuk polimorfik
glikoforin A
 Pada tingkat gen terdpt 2 bual alel
kodominan : M dan N dengan 3 genotipe :
M/M, M/N, N/N dan 3 fenotipe M, N, N
Sel Darah Putih
Neutrofil
 65% - 75% of WBC, 7-9 microns
 Polymorphonuclear - lobulated nucleus
 Cytoplasmic Granules, Neutral Staining =
purple, cytoplasm pinkish
 Granules = Lysosomes
 Function: Highly phagocytic dan motile (~25
bacteria)
 Meningkat pada Inflammasi, Infeksi, Cells of
Acute Inflammatory process, pus corpuscles
Neutrofil
Neutrofil
 Merupakan sel fagositik yg bergerak (motil) dan berperan
dalam inflamasi akut
 Jika ada bakteri masuk tubuh respon inflamasi akut,
meliputi :
* Peningkatan permeabilitas vaskuler
* Pemasukan sel neutrofil aktif ke dalam jaringan
* Aktivasi trombosit
* Resolusi spontan jika mikroorganisme yg menyerang tubuh
dapat teratasi dengan baik
 Pada inflamasi akut sejumlah substansi & protein plasma
akan dilepas dari dlm sel meningkatkan permeabilitas
vaskuler sehingga terjadi edema jaringan
 Pada inflamasi akut neutrofil akan ditarik dari aliran darah
ke dalam jaringan untuk membantu mengeliminasi penyerang
asing
 Neutrofil akan tertarik ke jaringan oleh faktor kemotaktik
(fragmen komplemen C5a yaitu peptida kecil yg berasal dari
bakteri (N-formil-metionil-leusil-fenilalanin) & sejumlah
leukotrien
 Untuk mencapai jaringan neutrofil melekat pada sel endotel
dinding kapiler
Patofisiologi Neutropenia
 Neutropenia Imunologik
 Merupakan kasus yang relatif jarang
 Sistem Antigen Dari Neutrofil
 Antigen neutrofil dibagi 2 golongan
 Shared antigen, yaitu sistem antigen yang
dipunyai juga oleh sel-sel jaringan lain, seperti
(A, B, H, U, I, I, HLA, 5 dsb)
 Antigen khusus neutrofil; yaitu sistem antigen
NA1, NA2. NB, NC (vaz), ND, NE, 9.
Klasifikasi Neutrofil Imunologi
 Allo Immun Neutropenia
 Allo immune neonatal neutropenia (ANN)
 Decrease post transfusion survival of granulocytes after
repeated transfusion
 Post transfusion neutropenia
 Auto Immun Neutropenia
 Idiopathic autoimun neutropenia
 AIN associated with other disorders (SLE etc)
 AIN anemia aplastic
 Drug Induced Immune Neutropenia
 Drug adsorption mechanism
 Immune complex mechanism
 Auto antibody mechanism
Mekanisme Destruksi Sel in Vivo
 Mekanisme adsorbsi obat
 Penicilline dosis tinggi dapat diadsorbsi di permukaan
sel seperti pada “Penicilline induced haemolitic
anemia”
 Mekanisme Immune complex
 Fragmen F(ab) tidak dapat bereaksi dg sel in vitro,
meskipun ada obat (quanine) tersebut. Ini
menunjukkan Fc diperlukan untuk penempelan
immune complex pada membran sel
 Pembentukan auto-antibody
 Mekanisme mirip anemia hemolitik oleh aldomet,
dimana diduga bahwa obat menghambat funksi sel T
suppressor, hingga produksi Ig.G berlebihan. Reaksi
dapat terjadi walaupun obat sudah tidak ada.
Penentuan Dx
 Tes agglutinasi
 Serum Px + Suspensi Netrofil Agglutinasi
(beberapa pengenceran) (Normal)
 Deteksi dari cold reactive leucoagglutinins ;

Normal neutrofil + Antiserum fase kontras


suspensi mikroskopis

 Test immunofluorescensi
 Complement fixation test
 Antiglobulin consumption test
WoC OBAT
(Penicilline)

Dosis Tinggi
Diabsorpsi di Usus Peningkatan
Suhu tubuh
Masuk Ke Sirkulasi

Neutrophil Lisis Ab – Penicilline


Immune complex
Fc immune complex + Fc reseptor
membrane sel eritrosir
Menyebabkan lesis sel
Gangguan
Haemolisis transport O2

Resiko Infeksi Gangguan


Rasa Nyaman
WoC OBAT
(Aldomet)
Resiko Infeksi
Merusak T Resiko Injury
supresor IL-4 & IL5
Sel B
IL-6
Neutropenia Plasma

Ig.G Granulocytopenia
Immune Complex

Anemia Haemolitik

Gangguan Perubahan
transport O2 Suhu tubuh
WoC OBAT
(Quinine)
Peningkatan
Dosis Tinggi Suhu tubuh
Diabsorpsi di Usus

Masuk Ke Sirkulasi
Granulocyte-matching
Merusak T
supresor
Ab – neutrofil spesifik
Granulositopeni 
a Neutrophil Lisis
Quinine-hemolitik anemia
Resiko Injury
Gangguan Gangguan
Resiko Infeksi transport O2 Rasa Nyaman

Anda mungkin juga menyukai