1. Heme
Heme adalah penyusun hemoglobin, mioglobin, dan sitokrom
Tiga porfiria dikenal sebagai Porfiria akut dan dapat menjadi penyebab rawat inap darurat
dengan nyeri perut (yang perlu dibedakan dari berbagai penyebab pembedahan), juga
menyebabkan gejala neuropsikiatri.
1. Acute intermittent porphyria (AIC) disebabkan oleh kekurangan
hydroxymethylbilane synthase, enzim yang mengubah PBG menjadi tetrapyrrole;
pada gangguan ini konsentrasi 5-ALA dan PBG meningkat dalam plasma dan urin.
2. Coproporphyria herediter disebabkan oleh kerusakan pada konversi
coproporphyrinogen III menjadi protoporphyrinogen III (coprooxidase).
3. Porfiria beraneka ragam, yang manifestasi klinisnya sangat mirip dengan AIC.
Porfiria lain, seperti porfiria kutanea tarda, muncul secara klinis sebagai sensitivitas kulit
terhadap cahaya (fotosensitifitas) yang dapat menyebabkan kerusakan dan jaringan parut.
Juga, jalur tersebut dihambat oleh timbal pada tahap sintase porphobilinogen.
2. Metabolisme Bilirubin
2.1 Bilirubin
Bilirubin adalah produk katabolik heme. Sekitar 75% dari semua bilirubin berasal dari
pemecahan hemoglobin dari sel darah merah tua, yang difagositosis oleh sel mononuklear
dari limpa, sumsum tulang, dan hati (sel retikulo-endotel). Pada orang dewasa normal, beban
harian bilirubin adalah 250–350mg (kerusakan setiap jamnya dan menghasilkan sekitar 6
gram hemoglobin).
Pada proses katabolisme hemoglobin menghasilkan globin dan heme. Globin didegradasi
menjadi asam amino, yang akan digunakan kembali, dan Fe dari heme akan disimpan dan
digunakan kembali. Porfirin merupakan bagian dari heme, di degradasi terutama di dalam sel
retikuloendotelial hepar, limpa dan sumsum tulang.
Dengan bantuan enzyme bilirubin reductase, biliverdin direduksi menjadi bentukan bilirubin
bebas. Dari metabolism 1 gram hemoglobin akan dihasilkan 35mg bilirubin bebas atau
bilirubin indirek. Pada orang dewasa, bilirubin bebas diproduksi sekitar 250-350mg/hari dan
terutama bersumber dari katabolisme hemoglobin dan sebagian kecil dari hemoprotein lain.
Pada fase selanjutnya, bilirubin bebas akan ditransport masuk ke sel hepar dengan bantuan
albumin plasma sebagai transporter. Di hepar terjadi 3 proses metabolism bilirubin :
1. Uptake atau penyerapan bilirubin bebas oleh sel hepatosit
2. Konjugasi bilirubin bebas dengan bantuan enzym glukuronat di dalam
retikuloendoplasmik
3. Bilirubin bebas akan berubah menjadi bilirubin terikat atau direk dan akan disekresi
dan disimpan dalam kandung empedu dan akan digunakan untuk metabolisme lemak.
Setiap molekul albumin plasma memiliki satu lokasi dengan afinitas tinggi dan satu lokasi
dengan afinitas rendah untuk bilirubin. Dalam kondisi fisiologis, didalam 100ml plasma
mengandung 25mg bilirubin yang seharusnya berikatan dengan albumin. Pada keadaan
jumlah bilirubin yang sangat berlebihan, ikatan dengan albumin terpaksa terjadi pada lokasi
dengan afinitas rendah sehingga mudah terlepas dan masuk ke jaringan yang banyak
mengandung lemak. Kompetitor terbesar ikatan dengan albumin adalah antibiotika dan obat-
obatan tertentu, jadi pemberian obat-obatan seharusnya juga dipertimbangkan karena akan
menggeser ikatan bilirubin dengan albumin dan menyebabkan peningkatan kadar bilirubin
bebas dalam plasma dengan segala akibatnya.
Dalam hepar, bilirubin bebas akan terlepas dari albumin dan masuk ke sel hepatosit melalui
system transport yang berkapasitas cukup besar. Di dalam hepatosit, bilirubin akan diikat
oleh protein sitosolik ligadin dan protein Y untuk menjaga kelarutan bilirubin sebelum proses
konjugasi dan mencegah refluks bilirubin ke aliran darah sistemik. Proses konjugasi bilirubin
terjadi dengan bantuan enzim glukoroniltransferase didalam reticulum endoplasmic dengan
menggunakan UDP-asam glukoronik sebagai donor glukoronisil
Penyebab Hyperbilirubinemia :
1. Produksi bilirubin lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan hepar untuk
mengkonjugasi dan mengekskresikan bilirubin ke kandung empedu dan ke intestine
(pre hepatic)
2. Kelainan atau penyakit hepar yang menyebabkan gangguan fungsi hepar untuk
mengkonjugasikan bilirubin bebas dan mengekskresikan bilirubin yang sebenarnya
masih dalam jumlah normal (Intra hepatic)
3. Obstruksi ductus choledokus yang menyebabkan bilirubin yang sudah terkonjugasi
(bilirubin terikat) tidak dapat dialirkan ke kandung empedu dan terjadi refluks
bilirubin Kembali ke hepar dan masuk ke sirkulasi darah sistemik (ekstra hepatic)
Pada situasi demikian terjadi akumulasi bilirubin dalam darah dan jika mencapai sekitar 2-2.5
mg/dL, bilirubin akan berdifusi ke jaringan dan menimbulkan pewarnaan kuning yang
dikenal dengan jaundice atau icterus.
Terdapat 2 jenis bilirubin yang ada di plasma yakni bilirubin bebas atau bilirubin yang belum
terkonjugasi dan bilirubin terikat atau bilirubin yang sudah terkonjugasi. Perbedaan mendasar
dari ke 2 bilirubin tersebut adalah perbedaan kelarutannya. Bilirubin bebas memiliki afinitas
yang tinggi dalam lingkungan yang kaya lemak (hidrofobik), sedangkan bilirubin terikat
memiliki sifat hidrofilik yang menyebabkan bilirubin ini larut dalam air sehingga dapat
dibuang melalui urine dan feses.
Bilirubin yang tidak terkonjugasi bersifat memiliki afinitas kelarutan yang tinggi kedalam
jaringan yang banyak mengandung lemak sehingga dapat menembus sawar darah otak dan
berdifusi ke jaringan saraf pusat yang menyebabkan bilirubin ensefalopati yang bersifat
permanen
KLASIFIKASI HYPERBILIRUBINEMIA
I. Hyperbilirubinemia tidak terkonjugasi (bilirubin bebas):
Ikterus fisiologis
Hampir setiap bayi baru lahir, terutama bayi prematur yang tanpa faktor risiko hemolisis
lainnya akan mengalami peningkatan kadar bilirubin bebas dalam serum selama minggu
pertama setelah lahir, tersering pada hari ke 2-3 dan mengalami penurunan secara spontan
dengan bertambahnya usia bayi. Tetapi hal ini juga patut diwaspadai karena tergantung pada
derajat prematuritasnya, semakin prematur tentunya semakin diwaspadai karena imaturitas
fungsi hepar dan fungsi organ lainnya yang terlibat dalam metabolisme bilirubin. Ikterus
yang timbul dalam 24 jam pertama setelah kelahiran digolongkan ke ikterus patologis dan
harus ditelaah penyebabnya.
Kriteria eksklusi:
Kadar bilirubin bebas > 12,9 mg/dL pada bayi cukup bulan
Kadar bilirubin bebas > 15 mg/dL pada bayi prematur
Kecepatan peningkatan kadar bilirubin > 5 mg/dL/hari
Ikterus yang tampak pada usia 24 jam
Kadar bilirubin terikat > 2 mg/dL
Secara klinis tampak ikterik menetap sampai > 1 minggu pada bayi cukup bulan, atau
>2minggu pada bayi prematur
Bayi cukup bulan : Kadar bilirubin bebas dalam serum meningkat secara progresif mencapai
puncak 10mg/dL pada hari ke 3-4 pada bayi asia.
Bayi premature : Fungsi hepar masih belum matur dan karenanya icterus sering dijumpai dan
timbul lebih dini. Konsentrasi puncak 10-12mg/dL pada hari ke 5
A. Anemia hemolitik :
a. Anemia hemolitik bawaan : Defek SDM misalnya : hereditary spherocytosis, infantile
pyknocytosis, pyruvate kinase deficiency, G6PD deficiency, thalassemia, vitamin K-
induced hemolysis
b. Anemia hemolitik dapatan misalnya: inkompatibilitas ABO, Rh incompatibility,
sepsis
B. Polycythemia : jumlah SDM yang berlebihan jika mengalami lisis akan menyebabkan
peningkatan kadar bilirubin bebas yang berlebihan juga dan tidak sesuai dengan kapasitas
hepar untuk melakukan konjugasi
E. Icterus karena ASI : Etiologi pasti masih belum jelas. Sebagian besar etiologi yang
dipikirkan adalah factor yang berada didalam ASI, hipotesis lain adalah mutasi genetik pada
neonatus tertentu. Faktor yang berada di dalam ASI yang dicurigai adalah pregnane-3a,20-
diol karena dapat menginhibisi konjugasi bilirubin yang selanjutnya menghambat ekskresi
bilirubin. Factor lain di dalam ASi adalah glukoronidase yang dapat menghambat konjugasi
bilirubin dalam brush-border intestine dan menyebabkan peningkatan reabsorbsi serum
dibanding dengan ekskresi bilirubin
H. Darah yang tertelan pada saat persalinan dan penurunan intake kalori juga merupakan
factor yang memberi kontribusi.
I. Bahan atau kondisi yang mempengaruhi ikatan bilirubin pada albumin : misalnya :
chloral hydrate, penicillin, gentamycin, asam lemak dalam produk makanan, , asphyxia,
acidosis, sepsis, hypothermia, hyperosmolality, hypoglycemia
A. Obstruksi saluran empedu : Obstruksi ductus hepatikus dan choledokus akibat batu
empedu atau keganasan pancreas menyebabkan bilirubin terikat tidak bisa di ekskresi
dan terjadi refluks kembali ke hepar dan limfatik
Tabel 1.
3.1 Prahepatik: peningkatan produksi atau gangguan pengambilan bilirubin oleh hati
(Gbr. 4 ).
Gambar 7. Prehepatic (hemolytic) jaundice.
Pada Prehapatik jaundice didapatkan peningkatan konsentrasi bilirubin total plasma karena
kelebihan fraksi tak terkonjugasi ( Tabel 1.)
Hiperbilirubinemia prepatik, hasil dari kelebihan produksi bilirubin yang disebabkan oleh
hemolisis, atau kelainan genetik pada pengambilan bilirubin tak terkonjugasi di hati
Hemolisis biasanya disebabkan oleh penyakit kekebalan, adanya sel darah merah yang
abnormal secara struktural, atau kerusakan darah yang diekstravasasi. Hasil hemolisis
intravaskular dalam pelepasan hemoglobin ke dalam plasma, di mana ia dioksidasi menjadi
methemoglobin atau dikomplekskan dengan haptoglobin. Lebih umum, sel darah merah
mengalami hemolisis secara ekstravaskuler, di dalam fagosit, dan hemoglobin diubah
menjadi bilirubin, yang tidak terkonjugasi. Bilirubin tak terkonjugasi dan terkonjugasi dapat
dibedakan di laboratorium sebagai bilirubin tidak langsung dan langsung.
3.2 Intrahepatik: gangguan metabolisme hati atau sekresi bilirubin (Gambar 5).
Pada neonatus, ikterus transien sering terjadi, terutama pada bayi prematur, dan disebabkan
oleh ketidakmatangan enzim yang terlibat dalam konjugasi bilirubin. Bilirubin tak
terkonjugasi beracun bagi otak yang belum matang dan menyebabkan kondisi yang dikenal
sebagai kernikterus. Jika konsentrasi bilirubin plasma dinilai terlalu tinggi, fototerapi
dengan cahaya biru-putih, yang mengisomerisasi bilirubin menjadi pigmen yang lebih larut
yang mungkin dikeluarkan dengan empedu, atau melakukan transfusi darah untuk
menghilangkan kelebihan bilirubin, diperlukan untuk menghindari kernikterus.
3.3 Posthepatik: obstruksi ekskresi bilier.
Tes Laboratorium
Tes laboratorium:
Serum : bilirubin, ALP,ALT,AST
Urin : bilirubin, urobilinogen
Feses : urobilinogen
Ringkasan
1. Hati memainkan peran sentral dalam metabolisme manusia.
2. Hati terlibat dalam metabolisme bilirubin yang berasal dari katabolisme heme.
3. Proses penyakit sering menyebabkan pasien datang dengan ikterus karena
hiperbilirubinemia.
4. Fungsi biokimianya dinilai dalam praktik klinis menggunakan panel tes darah, tes
fungsi hati, kelainan yang dapat mengarah ke penyakit yang mempengaruhi sistem
hepatoseluler atau bilier.
Daftar Pustaka
1. Rosenthal MD & Glew RH. 2009 Medical Biochemistry :Huan Metabolism in Heath
and Disease.John Wiley & Sons : 372-391
2. Jones AF. Role of the Liver in Metaboilism [https://doctorlib.info/
medical/biochemistry/32.html