Anda di halaman 1dari 18

FARMASI KLINIK

Kelompok 13
Nur Maulid Yulia (050218A156)
Nur Muhammadiah (050218A165)
Ovie Asiska (050218A175)
Rana SHR (050218A191)
Sarah Arpianti (050218A211)
Thea Ikmasia T D (050218A230)
Wirya Hadi Aji Rizki (050218A252)
Yohana Kristi H (050218A255)
Riwayat Pasien
Ny. J umur 61th alamat bancak, MRS 10 juni 2019 jam
11.30 WIB rujukan dari puskesmas dengan diagnosis
Grastritis CHF.
Pemeriksaan saat MRS : Sesak + 4 Hari, Nyeri
dada sebelah tengah tidak menjalar kebahu, batuk 1
minggu, mual (+), muntah (-), BAK-BAB: dbn,
demam(-).
Diagnosis sementara : Dyspepsia cc Pneumonia,
Gastritis.
Test Nilai Rujukan Unit Hasil
Hemoglobin 13.0 – 16.0 g/dL 14.8
Hematokrit 40.0 – 48.0 % 42.3
Leukosit 5.00 – 10.00 10*3/uL 2400
Trombosit 150 – 400 10*3/uL 231

Terapi Obat Di Puskesmas: Terapi Obat Di RS


 IV RL  IV RL tpm
 Ceptriakson inj 1 g/ 12 jam
 Inj Ranitidine
 Ranitidien 1 A / 12 jam
 Omeprazole  Nebu Farbivent / 8 jam
 ISDN  GG / 8 jam
 CTM / 8 jam
 Dexamet / 8 jam
Hasil Lab di Rumah Sakit
Test Nilai Rujukan Unit 13/6/15 Hasil
pH 4,8 – 7,4 - 6,5 Normal
BJ 1,015 – 1,025 - 1,015 Normal
Urobilin - Mol/L 3,2 Negatif
Protein - - - Negatif
Keton - - - Negatif
Bilirubin - - - Negatif
Leukosit - - - Negatif
Hemoglobin - - - Negatif
Warna Kuning muda/Jernih

TTV saat di RS

TD : 130/90mmHg nilai normal : <150 dan <90 mmHg(JNC 8)


Nadi : 86x/Menit nilai normal : 60-80x/menit (Hermawan dkk, 2012)
RR : 26x/menit nilai normal : 12-24x/menit (Fardan, 2014)
METODE SOAP
 Subjek
Sesak + 4 Hari, Nyeri dada sebelah tengah tidak menjalar kebahu, batuk 1
minggu, mual (+), muntah (-), BAK-BAB: dbn (dalam batas normal), demam(-).

 Objek
TD : 130/90mmHg nilai normal : <150 dan <90 mmHg(JNC 8)
Nadi : 86x/menit nilai normal : 60-80x/menit (Hermawan dkk,
2012)
RR : 26x/menit nilai normal : 12-24x/menit (Fardan, 2014)
3. Pemeriksaan Laboratorium

4. Pemeriksaan Penunjang :
Diagnosis di puskesmas yaitu gastritis dan CHF dan
diagnosis di rumah sakit yaitu dyspepsia cc pneumonia,
gastritis.
Assesment
No Medical Therapy (past and DRP Subjective Indication and
Problem current medication) (Drug Related mecanism
Problem)
1 Gratitis dan Omeprazole caps Terapi adekuat, Subjective : Golongan obat PPI
dyspepsia penggunaan PPI nyeri ulu (Pump Proton
merupakan first choice hati, mual. Inhibitor) sebagai
untuk pasien dengan terapi pemeliharaan
riwayat gastritis jangka pendek
(NICE dyspepsia, dengan kerjanya
November 2014 P. 7) menghambat sekresi
dan pasien mendapat asam lambung
nitrat yang dapat
menimbulkan Golongan obat
dispepsia (NICE antagonis reseptor
Ranitidin dyspepsia, Agustus H2 dengan
2014 P. 11) mekanisme kerja
Terapi duplikasi : memblokir histamin
pemberian H2-blocker pada reseptor H2 sel
diberikan pada pariental sehingga
penderita dyspepsia tidak terangsang
bila penggunaan PPI mengeluarkan asam
tidak adekuat lagi lambung (Novia S.,
(NICE dyspepsia, dkk, 2017)
November 2014 P. 7)
2 CHF ISDN Nyeri dada Penggunaan ISDN (Nitrat) pada pasien
(Chronic di bagian CHF dimana obat ini dapat mengatasi
Heart tengah rasa nyeri pada pasien dan untuk
Failure) melebarkan pembuluh darah,
meningkatkan aliran darah, serta
memperlancar aliran darah dan
oksigen (Jenny thalia dkk., 2018)
4 Pneumonnia Ceftriaxon Ceftriaxone di berikan pada pasien
pneumonia karena merupakan
antibiotik spektrum luas alasannya
karena dalam kasus ini belum di
ketahui penyebab terjadinya
pneumonia.
Sedangkan pemberian kombinasi
antibiotik ceftriaxone dengan
azitromisin, karena azitromisin profil
keamanan yang lebih baik dan
memiliki aktivitas yang lebih poten
terhadap bakteri gram negatif. Serta
waktu paruh dari azitromisin cukup
lama. Ceftriaxone bekerja membunuh
bakteri dengan menginhibisi sintesis
dinding sel bakteri. (Lisa dkk., 2019)
5 Batuk GG GG merupakan salah satu obat batuk
yang tergolong sebagai ekspektoran
yangmembantu mengeluarkan lendir
(dahak) dari saluran napas. Penggunaan
guaiafenesindapat membantuk pasien
melegakan batuk yang disertai dahak
serta chest congestionyang disebabkan
karena flu. Guaiafenesin juga dapat
digunakan sebagai lini kedua
dalampenanganan bronkitis kronis (Lili,
2018)

CTM Klorfeniramin maleat adalah


propylamine derivative, yaitu antagonis
reseptor H1 yang juga memiliki efek
antikolinergik dan efek sedasi.
Klorfeniramin maleat dapat menurunkan
reaksi inflamasi yang terjadi pada
saluran pernapasan sehingga
menurunkan rangsangan terhadap
reseptor batuk sehingga impuls batuk
yang diteruskan ke pusat batuk
berkurang (Maulidar dkk., 2018)
5 Sesak Dexamet Dexamethason merupakan obat golongan
kortikosteroid yang sering digunakan oleh
masyarakat dalam menanganin inflamasi
dengan mekanisme kerja mencegah aktivasi
pelepasan zat-zat dalam tubuh yang
menyebabkan reaksi inflamasi. (M. Farid
dkk., 2018)

6 Sesak Nebul Efek samping : Sakit kepala. pusing. gelisah.


Farbivent takikardi. tremor halus pada otot rangka.
(Ipratropium palipitasi hipokalemia berat batuk. iritasi lokal
bromide + mual. muntah. berkeringat. otot lemah.
Salbutamol) mialgia. kram otot Mulut kering. disfonia,
Nebulisasi juga menyebabkan tenggorokan
terasa kering dan iritasi, karena farbivent
mengandung ipratropium bromida, yang
mengurangi produksi lendir saluran napas.
Karena berbagai efek samping tersebut, dalam
penggunaannya combivent harus berada
dalam pengawasan dokter.
PLAN
TERAPI FARMAKOLOGI TERAPI NON
 IV RL tpm
FARMAKOLOGI
 Ceptriakson inj 1g/12 jam
 Istirahat cukup
 Ranitidien 1 A / 12 jam
 Hindari stress
 Nebu Farbivent / 8 jam
 Hindari makanan yang
 GG / 8 jam

 CTM / 8 jam
pedas dan asam
 Kurangi kafein
 Dexamet / 8 jam
 Hindari pencetus asama

Obat yang diberikan kepada pasien  Gunakan masker saat keluar

tidak ditemukan ada interaksi saat rumah


dikombinasikan. Jadi semua obatnya  Jaga kebersihan rumah
dapat dilanjutkan atau jika perlu dapat
ditambahkan.
METODE PCNE
Problem Medik
1. Gratitis dan dyspepsia Masalah Terapi Obat :
M.2 Keamanan Terapi
P1.1 Pemilihan Obat tidak sesuai Guideline
Alasan ? Menurut NICE dyspepsia and GERD, November Target :
2019 : Perbaikan keluhan mual, muntah dan nyeri
Terapi adekuat : penggunaan PPI merupakan first choice untuk ulu hati
pasien dengan riwayat gastritis.
Terapi duplikasi : pemberian H2 blocker diberikan pada
penderita dyspepsia bila penggunaan PPI tidak adekuat lagi

Kemungkinan Solusi ? Monitoring efek samping obat, monitoring


Penggunaan obat bisa dikombinasikan lagi antara omeprazole keluhan mual muntah, nyeri ulu hati
dan ranitidine seperti saat di puskesmas, karena banyaknya obat
yang diresepkan untuk indikasi yang
sama, dimana pada pasien yang mengalami keluhan nyeri ulu
hati/perut dialami dan diterapi
menggunakan ranitidin dan omeprazol atau pemberian bersama
dengan jenis obat lain
seperti sukralfat. Belum ada penelitian terhadap manusia
mengenai ROTD terkait
pemberian kombinasi ranitidin dan omeprazole, namun
pemberian keduanya secara
bersamaan pada awalnya memberikan efek penyembuhan lebih
cepat namun apabila
omeprazol dihentikan dan ranitidin tetap diterapikan dapat
menimbulkan perburukan
gastric ulcer atau jika diberikan ranitidine saja dapat
ditambahkan sukralfat untuk melindungi lapisan mukosa
lambung (Stefanus dan Laura, 2017).
Heart Failure) M.2 Keamanan Terapi
P1.1 Pemilihan Obat tidak sesuai Guideline
Alasan : Target :
Menurut Pharmacotherapy Handbook edisi 9 tahun 2015 (Dipiro et al., 2015) terapi gagal jantung kongestif (CHF) : Menghilangkan nyeri pada dada
1. ACEI dan rasa sesak.
2. Beta bloker
3. ARB
4. Diuretik
5. Antagonis aldosteron
6. Digoksin
7. Nitrat dan hidralazin
Terapi adekuat : Penggunaan ISDN (Nitrat) pada pasien CHF dimana obat ini dapat mengatasi rasa nyeri pada pasien
dan untuk melebarkan pembuluh darah, meningkatkan aliran darah, serta memperlancar aliran darah dan oksigen (Jenny
thalia dkk., 2018)

Kemungkinan Solusi : Monitoring :


Tetap digunakan ISDN tunggal. ISDN sebaiknya dipertimbangkan sebagai pilihan terapi paling sesuai untuk pasien Efek samping obat.
yang tidak mampu menggunakan ACE inhibitor karena gangguan fungsi ginjal dan kemungkinan hipertensi (Dipiro, Melakukan uji lanjutan untuk
2008) memastikan apakah pasien CHF
atau tidak (uji troponin I dan uji
EKG)

Pneumonia Masalah Terapi Obat :


M.2 Keamanan Terapi
P1.1 Pemilihan Obat tidak sesuai guideline
Alasan ? Menurut IDSA/ATS 2016 Target ?
Batuk hilang
Gejala mual muntah hilang
Kemungkinan Solusi ? Monitoring?
Karena pasien sudah diberikan ceftriaxon (golongan betalaktam yang masuk dalam sefalosporin) jadi dapat Rontgen Thorax
ditambahkan dengan golongan makrolida azithromycin. Monitor ESO
Dalam pemberian antibiotika pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan mikroorganisme dan hasil uji
kepekaannya.
Pemberian antibiotik sebenarnya harus berdasarkan dari hasil kultur. Akan tetapi pada pneumonia diberikan terapi
empiris.
Pemberian terapi seftriakson pada pasien ini dikarenakan pada pneumonia komunitas disebabkan kebanyakan
oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. Sefriakson merupakan sefalosporin generasi III yang memiliki aktivitas broad
spectrum yang dapat membunuh bakteri gram positif dan gram negatif termasuk Streptococcus pneumonia (Pradila dkk.,
2016).
Batuk Masalah Terapi Obat tidak ditemukan. Monitoring ;
Penggunaan kombinasi antara GG Efek samping dari CTM
dan CTM sudah efektif dalam dapat menyebabkan
mengatasi keluhan pasien untuk mengantuk.
batuk. Efek jangka panjang
penggunaan dexa

M.2 Keamanan Terapi Target?


Sesak Penggunaan kortikosteroid oral sudah sesuai Pasien dapat bernafas
dengan guideline yang ada. Menurut Jurnal
dengan tidak terganggu
Ilmiah Manntung, tentang pengobatan asma
pada pasien rawat inap di suatu RS di Monitoring?
bojonegoro menunjukan ADR dengan nilai Efek samping obat
naronjo scale sebesar 3. jadi harus selalu
dimonitoring penggunaannya.
Solusi yang diberikan?
Tetap dilanjutkan penggunaan
dexamethasone oral yang bisa juga
digabungkan dengan terapi untuk
pengobatan batuknya.
Nebul Farbivent juga diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
 Jenny Thalia Karundeng, Wisnu Cahyo Prabowo, dan Adam M. Ramadhan., POLA PENGOBATAN PADA
PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD ABDUL WAHAB
SJAHRANIE KOTA SAMARINDA., Proceeding of the 8th Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
November 2018
 Lisa Citra N. Kuluri1, Fatimawali , dan Widdhi Bodhi., EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN
ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF.
DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013 – JULI 2014., PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi –
UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 - 2493
 Lily Cyntia Fauzi., Bingung Memilih Obat Batuk? Kenalilah Jenis Batuk Anda!., Majalah Farmasetika, 3 (4)
2018, 81-84
 Muhammad Farid Rizal, Endang Noerhartati, Dini Fadhilla Samjaya, dan Aeliyyah Nur Jannah., KOMPARASI
BERAT BADAN MENCIT (Mus muscullus) YANG DIINDUKSI DEXAMETHASONE PRA DAN PASCA
TERAPI EKSTRAK METANOL AKAR SORGUM MERAH (Sorgum bicolor)., Seminar Nasional
Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460-8696
 Maulidar Saputra, Ardi Zulfariansyah, dan Budiana Rismawan., Perbandingan Angka Kejadian Batuk
Pascabronkoskopi pada Kelompok Premedikasi Kombinasi Kodein 10 mg dan Klorfeniramin Maleat 4 mg
dengan Premedikasi Tunggal Kodein 10 mg., Majalah Kedokteran Bandung, Volume 50 No. 4, Desember 2018
 Novia Srikandi, alwiyah Mukaddas dan Ingrid Faustine., Profil Penggunaan Obat Pda Pasien Dispepsia di RSU
Anutapura Palu. Jurnal Farmasi Galenika 2017;3 (2):126-131
 Pradila Desti Sari, Ade Yonata, Haryadi, dan Bobby Swadharma. 2016. Penatalaksanaan Gagal Jantung NYHA
II disertai Pleurapneumonia pada Laki-laki Usia 38 Tahun. Jurnal Medula Unila Volume 6 No 1

Anda mungkin juga menyukai