KASUS TUBERKULOSIS
Disusun oleh :
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2016
1. KASUS
Tn. Budi datang ke Apotek dengan membawa resep dari dr. Wahyu
Sp.PD. Keluhan : batuk lebih dari 3 minggu, sulit bernapas, batuk tidak
berdarah, tes BTA positif, baru di diagnosis TB yang dapat dinyatakan
sebagai kasus TB baru.
Tn. Budi mendapatkan resep sebagai berikut :
3. PEMBAHASAN
Tn. Budi datang ke Apotek dengan membawa resep dari dr. Wahyu
Sp.PD yang mengindikasikasikan penyakit TB. Setelah dilakukan penggalian
informasi oleh Apoteker, Tn. Budi mengeluhkan batuk lebih dari 3 minggu,
sulit bernapas, batuk tidak berdarah, tes BTA positif, baru di diagnosis TB yang
dapat dinyatakan sebagai kasus TB baru. Pasien belum pernah menjalankan
terapi TB. Pasien bekerja sebagai pemilik bengkel yang memiliki jam kerja
pukul 08.00-20.00 WIB sehingga pasien menginginkan aturan pakai obat yang
lebih praktis, seperti hanya 1 kali minum sehari dengan obat yang tidak terlalu
banyak. Oleh karena itu, masalah terkait obat yang mungkin terjadi pada pasien
ini adalah ketidak patuhan minum obat. Resep yang diberikan dokter adalah
OAT dalam sediaan kombipak yang terdiri dari rifampisin 450 mg, isoniazid
300mg, pirazinamid 500 mg, etambutol 250 mg, sehingga dalam 1 hari pasien
harus menelan obat sejumlah 8 tablet. Hal tersebut dapat menyebabkan pasien
enggan minum obat dan dapat menyebabkan kegagalan terapi. Kami
merekomendasikan untuk mengganti OAT sediaan kombipak dengan OAT-
KDT karena memiliki aturan pakai yang lebih praktis, yaitu 5 tablet untuk 1
kali minum per hari. Dosis OAT-KDT ini dapat disesuaikan dengan berat badan
pasien sehingga dapat menjamin efektivitas terapi dan mengurangi efek
samping yang terjadi (PDPI, 2007). Selain itu, pemberian OAT-KDT
diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan mencegah resistensi
karena ketidakpatuhan pasien.
Jika pemberian OAT dalam sediaan kombipak, terdapat masalah terkait
obat yang terjadi pada pasien, yaitu dosis yang terlalu rendah (underdose)
ditemukan pada dosis obat Rifampisin dan Etambutol. Dosis Rifampisin dan
Etambutol pada kasus lebih rendah dibandingkan dosis minimal harian yang
direkomendasikan oleh PDPI. Penggunaan OAT-KDT terbukti tidak mengalami
masalah terkait underdose. Berikut ini perhitungan dosisnya:
Maka, dosis minimal harian untuk pasien (75 kg) dalam sehari adalah:
b. Resep Kasus:
Masalah terkait obat yang terjadi pada pasien ini adalah pasien
membutuhkan terapi tambahan untuk mengatasi efek samping yang mungkin
terjadi pada pasien, yaitu kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki akibat
penggunaan Isoniazid. Oleh karena itu, kami merekomendasikan pemberian
vitamin B6 (Piridoxin) dengan dosis 1 x 100 mg per hari (Depkes, 2005; PDPI,
2007). Vitamin B6 ini dapat diminum bersamaan dengan OAT-KDT pada
malam hari sebelum tidur. Namun, pada saat diskusi praktikum, dosen
menyarankan untuk memberikan OAT-KDT dan vitamin B6 pada pagi hari,
sebelum pasien berangkat kerja, untuk mencegah pasien lupa minum obat.
Kami harus memberikan KIE pada pasien apabila OAT-KDT dan vitamin B6
diminum pada pagi hari, pasien harus sarapan pada pukul 06.00, karena OAT-
KDT harus diminum 2 jam setelah makan.
(Watt et al., 2011).
KIE
1) KIE Pasien
- Menganjurkan minum obat secara rutin
- Menganjurkan menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan.
- Memberikan edukasi (kepatuhan) dan motivasi terkait penyakitnya
- Mengatur intake nutrisi
- Menganjurkan penggunaan APD saat berinteraksi dengan orang lain
- Mengatur aktifivitas tubuh, dengan tidak melakukan aktivitas yang dapat
memperparah penyakit, contohnya berlari dan mengangkat beban berat.
- Memberitahu bahwa pengobatan penyakit TB membutuhkan waktu lama
(6-12 bulan)
- Menginfokan bila patuh minum obat, dalam 2-4 minggu penderita akan
merasa nyaman, tetapi obat masih harus diteruskan sampai Dokter
menghentikannya.
- Memberi edukasi bahaya bila tidak patuh yaitu resisten
- Memberitahu efek samping yang mungkin akan dialami serta tindakan
yang perlu diambil jika mengalaminya bila lupa minum obat, minum
sesegera mungkin, tetapi bila dekat waktu dosis berikutnya, kembali ke
jadwal semula jangan didobel dosisnya.
- Memberikan informasi terkait air kencing yang berwarna merah
merupakan hal yang wajar karena penggunaan rifampisin yang berwarna
merah.
- Memberikan informasi jika mengalami efek samping atau hal yang dirasa
beru terjadi dapat mengomunikasikan pada dokter.
2) KIE keluarga pasien
- Mengingatkan pasien untuk minum obat atau sebagai pengawas minum
obat
- Memberikan dorongan dan motivasi pada pasien
- Membantu pasien dalam menjaga kebersihan dan menghindari penularan
kepada orang sekitar
- Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
- Memenuhi kebutuhan cairan pasien dengan mengingatkan untuk minum
air minimal 8 gelas sehari
- Mengajak pasien untuk olahraga ringan
- Mengawasi penderita TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan.
- Mengingatkan penderita untuk segera menemui petugas kesehatan (dokter
atau peugas kesehatan lain) yang memberikan obat, jika terjadi gejala efek
samping, atau kondisi penyakit yang bertambah parah atau ada kelainan
lain.
- Mengingatkan penderita, tindakan untuk segera meneruskan meminum
obat, jika lupa meminum obat.
- Mengingatkan penderita untuk menyimpan obat pada tempat yang kering,
tidak terkena cahaya matahari, jauh dari jangkauan anak anak.
- Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada waktu-waktu
yang telah ditentukan.
- Melakukan pemeriksaan kedokter jika tejadi hal yang tidak biasa terjadi
pada pasien, seperti efek samping.
3) KIE tenaga medis
- Melakukan pemeriksaan penunjang BTA
- Melakukan pemeriksaan X-ray
- Melakukan pemeriksaan Respiratori rate (pemeriksaan paru-paru)
- Melakukan pemeriksaan yang berkaitan ESO dari penggunaan obat
- Melakukan pemantauan minum obat walaupun pasien telah keluar dari
rumah sakit
(Binfar, 2005)
4. LEMBAR DOKUMEN LAYANAN KEFARMASIAN
DATA PENGOBATAN
PENGOBATAN SEBELUMNYA PENGOBATAN SEKARANG
Nama obat/ Dosis Frekue Durasi Nama Dosis Frekuensi Durasi
rute nsi obat/ rute
pemberian pemberian
Rifampicin 450mg 1 tab 1xsehari 2 bulan OAT KDT 25 mg 3x/hari 2 bulan
Isoniasid 300mg 1 tab 1xsehari 2 bulan Vitamin B6 23 mg 3x/hari 2 bulan
Pirazinamid 500mg 3 tab 1xsehari 2 bulan Fartolin 150 mg 2x/hari Selama
batuk dan
sesak
Etambutol 250mg 3 tab 1xsehari 2 bulan
Respon Respon
terapi: terapi :
Tanggal Monitoring : 1 hari setelah pengambilan resep kerumah untuk KIE ke PMO (istri),
memberitahukan setelah 2 bulan masa pengobatan disarankan unutk melakukan Tes BTA. Setiap
satu minggu sekali secara rutin berkunjung ke rumah pasien untuk memantau terapi obat
(Respon, Outcome, ADR)
Komunikasi Informasi dan Edukasi
KIE kepada Pasien: menganjurkan minum obat secara rutin, menganjurkan menjaga kebersihan
dan sanitasi lingkungan, memberikan edukasi (kepatuhan) dan motivasi terkait penyakitnya,
mengatur intake nutrisi, menganjurkan penggunaan APD saat berinteraksi dengan orang lain,
mengatur aktivitas tubuh.
KIE kepada Keluarga Pasien: mengingatkan pasien untuk minum obat atau sebagai pengawas
minum obat, memberikan dorongan dan motivasi pada pasien, membantu pasien dalam
menjaga kebersihan dan menghindari penularan kepada orang sekitar, mengawasi penderita TB
agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan.
KIE kepada Tenaga Medis: melakukan pemeriksaan penunjang BTA, melakukan pemeriksaan X-
ray, melakukan pemeriksaan Respiratori Rate (pemeriksaan paru-paru), melakukan
pemeriksaan yang berkaitan ESO dari penggunaan obat
Apoteker : Signature :
KESIMPULAN
Tn. Budi di diagnosis TB mendapat resep terapi TB, pada resep tersebut
terdapat beberapa bermasaahan terapi atau DTP diantaranya ketidakpatuhan
pasien maka dari terapi OAT dalam bentuk sediaan kombipak di ganti degan
terapi OAT KDT, perlunya terapi tambahan Vitamin B6 100 mg untuk
mengatasi efek samping kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki,
Underdose pada terapi Rifampicin 450 mg dan Etambutol 250 mg, Kebutuhan
terapi tambahan simptomatik yaitu obat batuk fartolin dengan dosis 2 x 1.
DAFTAR PUSTAKA
Binfar, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan,
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Depkes RI, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis, Jakarta:
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.
MIMS, 2016. Fartolin. Expectorant, www.mims.com/indonesia /drug/info/fartolin
%20 expectorant, diakses tanggal 24 September 2016.