Anestesi
PENDAHULUAN
Kunjungan pra-anestesi kunjungan yang dilakukan sebelum
dilakukan tindakan sedasi dan pembedahan
Tujuan mendeteksi dan menilai kondisi kesehatan pasien dan
mengoptimalkan kondisi pasien sebelum dilakukan tindakan
pembedahan
LATAR Hal yang perlu diperhatikan sebelum kunjungan anestesi:
BELAKANG - Memastikan kelengkapan dokumentasi, pemeriksaan fisik
dan laboratorium, persiapan pasien secara fisik dan mental
- Mengevaluasi masalah-masalah yang mungkin muncul saat
dilakukan anestesi, menilai risiko, persiapan operasi dengan
rencana teknik anestesi yang akan dilakukan dan rencana
perawatan pasca operatif yang akan diberikan
American Society of Anestheologists pada tahun 2020 sistem
klasfikasi terhadap status fisik pasien sebelum dilakukan anestesi
membantu memprediksi risiko dalam perioperatif
Selain itu, kunjungan praanestesi dapat menurunkan ansietas
pasien maupun keluarga pasien sebelum operasi dibantu dengan
pemberian premedikasi seperti midazolam terhadap pasien-
pasien yang mengalami ansietas tinggi dan pemberian analgesic
kombinasi pada pasien yang diperkirakan mengalami nyeri hebat
pascaoperasi.
BATASAN Makalah ini membahas mengenai
MASALAH definisi, tujuan, evaluasi, klasifikasi ASA
persiapan, dan medikasi pra-anestesi.
LEMON M : Mallampati
Terdapat 4 kelas, sesuai penjelasan diatas.
O : Obstruction
Apakah terdapat sumbata, baik seperti benda asing, ataupun tumor,
abses, dan lainlain
N : Neck
Apakah ada gangguan pada gerak leher pasien, baik kekakuan atau
setelah trauma servikal.
Suatu penelitian di Prancis pada tahun 2000 menyatakan predictor sulitnya
ventilasi adalah pasien usia diatas 55 tahun, BMI besar dari 26 kg/m 2, gigi
yang hilang, dan riwayat mendengkur.
yang mungkin deformitas wajah dan leher (setelah operasi, radiasi, trauma atau
kongenital),
meningkatkan rheumatoid arthritis,
risiko sulit down syndrome,
Tes kehamilan subur apakah ada kemungkinan mereka sedang hamil dan semua wanita
yang hamil diberikan penjelasan mengenai risiko anestesi dan operasi
terhadap fetusnya.
NICE 2026 merekomendasikan untuk tidak melakukan pemeriksaan sickle
cell secara rutin preopertif.
Secara umum dilakukan pemeriksaan pada orang yang sebelumnya tidak
Tes sickle cell pernah dites namun memiliki risiko etnik dan memiliki indikasi klinis, baik
terkait dengan pasien sendiri atau pun terkait dengan tindakan operasi
sendiri.
EKG sebelum operasi tidak memberikan informasi lebih mengenai
prognosis dari pasien dengan risiko komplikasi kardiak post operatif.
Indikasi primer untuk pemeriksaan EKG preoperatif biasanya adanya
riwayat IHD, hipertensi, diabetes melitus, gagal jantung, nyeri dada,
elekTROKARD palpitasi, murmur, edema perifer, syncope, dan CVD.
NICE guidelines merekomendasikan pemeriksaan rutin ECG dilakukan
IOGRAM pada pasien dengan ASA3 dan 4 yang akan melakukan prosedur
(EKG) intermediet,
dengan ASA 2, 3, dan 4 pada pasien yang melakukan tindakan mayor.
Jika pasien tesebut memiliki penyakit kardiovaskular, CKD, atau diabetes
melitus pemeriksaan dilakukan pada pasien ASA 2 yang akan melakukan
tindakan intermediet.
Pemeriksaan foto polos tidak memberikan informasi risiko perioperatif
pada pasien sehingga tidak perlu dilakukan secara rutin.
X-RAY Indikasi dikerjakan apabila ditemukan kelainan-kelainan seperti COPD,
THORAX bullous lung disease, dicurigai edema paru, pneumonia, massa
mediastinum dan ditemukan temuan-temuan saat pemeriksaan fisik
(contoh: deviasi trakea)
EVALUASI
Pedoman untuk penilaian preoperative secara rutin diperbarui oleh
American College of Cardiology/American Heart Association dan
GANGGUAN dari European Society of Cardiology. Fokus penting saat
mengevaluasi kondisi kardiovaskular pasien sebelum operasi adalah
KARDIOVASK menilai apakah pasien mendapatkan keuntungan lebih apabila
dilakukan pemeriksaan jantung lebih lanjut atau mendapatkan
ULAR intervensi yang diberikan sebelum operasi yang direncakan.
Komplikasi paru di perioperatif paling sering adalah depresi napas pasca
operasi dan gagal napas, terutama pada orang yang dengan obesitas dan
obstructive sleep apnea. Panduan dari American Colleg of Physicians
menyatakan pasien dengan usia diatas 60 tahun, dengan penyakit paru
obstruktif kronis, tolerasi olahraga sangat kurang, dengan
ketergantungan fungsional, atau dengan gagal jantung memiliki potensi
untuk intervesi pra dan pasca operasi untuk menghindari komplikasi
pernapasan.
ASA V Pasien sekarat Pecahnya aneurisma Trauma masif, perdarahan Ruptur urterin
yang tidak perut/toraks, trauma intrakranial dengan efek massa,
diharapkan hidup masif, perdarahan pasien yang membutuhkan
tanpa dilakukan intrakranial dengan efek ECMO, kegagalan atau henti
operasi massa, usus iskemik saat napas, hipertensi maligna,
menghadapi patologi gagal jantung kongestif
jantung yang signifikan dekompensasi, ensefalopati
atau disfungsi banyak hepatik, usus iskemik atau
organ/sistem disfungsi organ/sistem
multipel.
ASA VI Pasien yang
sudah dinyatakan
mati batang otak
dan organnya
diambil untuk
donor.
Studi menunjukan dengan kunjungan pranestesi dari ahli anestesi
menunjukan hasil besar dalam menurunkan ansietas pasien
dibandingkan pemberian obat-obatan preoperative. Namun,
kadang obat-obatan dapat menolong dalam menurunkan ansietas
pasien, seperti pemberian midazolam oral atau intravena atau
dexmedotomidine nasal yang umum diberikan. Pada dewasa, sering
diberikan midazolam 2-5 mg intravena setelah IV kateter terpasang,
pada prosedur yang lebih nyeri (regional blok atau central venous
line) dilakukan pada pasien yang sadar, pemberian opioid dosis
PREMEDIKASI rendah (biasanya fentanyl) dapat diberikan. Pada pasien yang akan
melakukan operasi pada jalan napas atau dengan manipulasi jalan
napas yang banyak dapat diberikan agen antikholinergik
(glycopyrrolate atau atropine) untuk mengurangi sekresi jalan napas
sebelum dan saat operasi. Pada pasien yang diperkirakan akan
mengalami nyeri hebat setelah operasi dapat diberikan analgesic
multimodalitas dengan mengkobinasikan NSAID, acetaminophen,
gabapentineoid dan obat anti-emetik di area preoperative. Penting
diperhatikan obat premedikasi diberikan sesuai kebutuhan dan
bukan hanya sebagai rutinitas
KESIMPULAN