Anda di halaman 1dari 25

Reassurance Therapy

dr. Hanindita Budhi Pradhana Mahar


dr. Afifah Al Azizah
dr. Rachma Fariza Pramalia
dr. Tegar Prasindika
Supervisor: Dr. Dra. Sumarni, M.Si., Psi
Tujuan Pembelajaran
1. Mampu memahami teknik Reassurance Therapy
2. Mampu melakukan aplikasi Reassurance Therapy secara tepat
Outline
1. Definisi Reassurance Therapy
2. Tujuan Reassurance Therapy
3. Macam-macam Reassurance Therapy
4. Reassurance dalam Praktik Klinis
Definisi Reassurance Therapy
- Reassurance Therapy → keterampilan/teknik yang digunakan untuk memberikan
dukungan/penguatan terhadap pernyataan positif klien agar ia menjadi lebih yakin dan percaya diri.
Selain itu juga untuk mendorong diri klien agar dirinya dapat lebih tabah dalam menghadapi situasi
yang tidak menyenangkan bagi dirinya.
- Reassurance dalam praktik klinis → suatu cara untuk menghilangkan ketakutan dan kekhawatiran
tentang penyakit yang diderita oleh pasien.
Definisi Reassurance Theraphy

Reassurance adalah salah satu teknik supportif yang digunakan dalam Esteem Building, yang bertujuan
untuk mengatasi permasalahan self-esteem.

Reassurance harus jujur, sehingga reassurance yang dilakukan sebelum pasien menjelaskan
kekhawatirannya dengan detail akan diragukan oleh pasien ketulusannya.

Reassurance harus dibatasi pada area yang hanya dikuasai oleh terapis.

Contoh: Dokter boleh menjelaskan bahwa pasien skizofrenia bahwa penyakitnya akan berhenti
memburuk setelah beberapa tahun, kemudian perlahan pasien akan mengalami perbaikan. Namun,
dokter dilarang mengatakan bahwa terapi yang diberikan pasti akan berhasil.

Tidak diperbolehkan bagi terapis untuk memberikan reassurance sekedar terkait “apa yang ingin
mereka dengar” pada pasien/keluarga .
Tujuan Reassurance Therapy
1. Mengembalikan rasa percaya diri pasien terhadap kemampuannya dalam
menemukan solusi dari permasalahan mereka
2. Mengurangi keraguan, kecemasan, dan ketegangan pasien.
3. Membuat pasien menjadi optimis dalam menghadapi tantangan emosional atau
fisik yang mereka hadapi.
4. Menjadikan klien terbebas dari emosi yang menyakitkan, ataupun menekan.
Macam-macam Reassurance Therapy:

1. Prediction Reassurance (Penguatan Prediksi)


2. Postdiction Reassurance (Penguatan Postdiksi)
3. Factual Reassurance (Penguatan Faktual)
Penguatan yang dilakukan konselor ketika klien menyatakan
bahwa ia akan melakukan suatu rencana tindakan yang
Prediction positif, maka konselor dapat mendukung pernyataan klien
Reassurance tersebut atau memberikan suatu keyakinan bahwa ia bisa
melakukan tindakan tersebut.

Klien: “ Pak nilai semester ini bagi saya adalah nilai yang sangat mengecewakan, hal ini
terjadi karena saya memang malas belajar, namun mulai semester depan saya akan belajar
dengan giat dan selalu belajar walaupun tidak ada ulangan.

Seorang anak yang merasa sedih karena nilai semesternya jelek. Konselor : “Bagus sekali, jika kamu mulai semester depan akan belajar lebih giat dan
selalu belajar walaupun tidak ada ulangan, tidak mustahil nilaimu akan lebih baik dari
semester ini.
Penguatan konselor terhadap tingkah laku positif yang telah dilakukan
klien dan tampak hasilnya.
Postdiction Keterampilan ini memberikan penguatan pada diri klien saat ini, yang
Reassurance semula ragu atas ketidakyakinan dirinya untuk mengulangi melakukan
sesuatu hal, yang sebenarnya di masa lalu ia pernah berhasil
melakukannya.

Klien: “Pak dua hari yang lalu saya bertengkar dengan adik saya gara–gara saya
secara tidak sengaja menumpahkan air di kertas pekerjaan rumahnya dan semenjak
itu dia tidak mau menyapa ataupun tersenyum pada saya meskipun kami satu rumah,
tetapi saya berusaha menjelaskan kepada adik dan meminta maaf atas kesalahan saya
itu. Ya Alhamdulillah Pak sekarang adik saya mulai menyapa saya dan tidak marah
Seorang anak yang merasa bersalah karena melakukan lagi kepada saya”.
sesuatu hal yang tidak menyenangkan kepada adiknya
Konselor: “Bagus sekali, setelah kamu berusaha menjelaskan dan meminta maaf atas
kesalahan yang kamu perbuat ternyata adikmu sekarang dapat memaafkan dan
bersikap baik padamu“.
Penguatan yang dipergunakan konselor untuk mengurangi beban penderitaan
psikologis (pengalaman yang tidak menyenangkan) klien. Penguatan ini bersifat
Factual Reassurance menghibur klien dengan tujuan agar beban yang dialami oleh klien menjadi
berkurang dengan memberikan dukungan faktual bahwa apa yang dialami klien
juga dapat dialami oleh orang lain.

Klien: “Bu, selama ini saya dan adik selalu dekat dan saya sangat menyayanginya, tetapi saya tidak
mengira kemarin saya dapat telfon dari ayah kalau adik saya meninggal karena jatuh dari sepeda motor.
Kejadian ini sangat membuat saya sedih”.

Seorang anak yang mendapat kabar duka karena adiknya meninggal. Konselor: setiap kakak yang menyayangi adiknya sudah tentu merasa terpukul dan sedih ketika
mendengar kabar adik yang sangat disayanginya meninggal.“
Reassurance Therapy dalam Praktik Klinis

• Beberapa peneliti menyebutkan bahwa prinsip reassurance therapy adalah empati dan kolaboratif
→ Kurangnya empati pada pasien menyebabkan pasien mudah salah paham dan mencari opini
sekunder.
• Reassurance yang efektif bergantung pada dari 2 unsur:
• Pengumpulan data: pemeriksa mengumpulkan data aspek fisik dan emosional dari penyakit yang
diderita pasien (anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang)
• Penyampaian informasi:
• Apa yang sudah diketahui pasien
• Apa yang ingin diketahui oleh pasien
• Apa yang harus diketahui oleh pasien

Memberikan informasi tentang diagnosis dan prognosis yang jelas dan


akurat dapat menjadi reassurance bagi pasien.
Reassurance Therapy dalam Praktik Klinis

• Belum ada guide atau konsensus baku yang menetapkan bagaimana konsultasi yang reassuring,
namun ada satu fenomena yang selalu muncul, yaitu: “attempts at reassurance have the potential
to increase concern.” -> percobaan untuk reassurance memiliki potensi meningkatkan
kehawatiran.
• Contoh: Seorang dokter merawat pasien trauma berat akibat kecelakaan lalu lintas, lalu setiap hari
dokter mengatakan “semua akan baik-baik saja” atau “hari ini pupilnya tampak lebih reaktif”. Hal
ini dapat meningkatkan atau menurunkan distresss emosional keluarga dibandingkan jika dokter
memberikan data medis yang lebih objektif.
Reassurance Therapy dalam Praktik Klinis
• Metode reassurance yang selama ini dianggap efektif → menunjukkan hasil tes diagnostik yang
negatif
• Namun berdasarkan hasil beberapa systematic reviews, hasil tes diagnostik yang negatif tidak
menyebabkan pasien menjadi lebih tidak takut atau khawatir terhadap penyakitnya.
• Cognitive reassurance (edukasi, informasi terkait penyakit) dapat menurunkan ketakutan dan
kekhawatiran secara long-term, dibandingkan affective reassurance (membangun rapport, empati).
Reassurance Therapy dalam Praktik Klinis
• Edukasi pada pasien dianggap sebagai metode reassurance yang efektif namun memiliki effect
sizes yang kecil, sehingga memerlukan strategi lain yang lebih akurat.
• Contoh: salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah mengembangkan suatu metode/scoring
yang dapat memprediksi prognosis pada pasien chronic back pain, yaitu PICKUP (Preventing the
Inception of Chronic Pain) model. PICKUP memiliki highest predictive accuracy pada pasien
acute LBP, sehingga bisa menurunkan jumlah intervensi berlebihan untuk pasien-pasien yang
sebenarnya memiliki prognosis yang baik.
Konsep Reassurance in Praktik Klinis
• Terdapat 3 tema besar yang menggambarkan proses reassurance.

Identifikasi sumber stressor Melakukan intervensi Evaluasi outcome


Beberapa cara menerapkan reassurance dalam praktik klinis

• Reassurance dapat dicapai dengan kejujuran dari caregivers dalam memberikan informasi.
Caregivers sebaiknya berfokus pada apa yang bisa dilakukan untuk menjawab kekhawatiran
pasien.

Contoh: “walaupun kami belum bisa menjelaskan apa yang terjadi pada anak Ibu, tapi kami
mengetahui apa yang harus dilakukan untuk membuat kondisi anak Ibu menjadi lebih baik.”

• Reassurance juga dapat dicapai dengan menunjukkan sikap tenang, percaya diri terhadap apa yang
sedang dilakukan, ramah pada pasien, termasuk sikap profesionalisme.
• Beberapa pasien merasa aman jika kekhawatiran mereka tidak dianggap sebagai sesuatu yang
sepele.
Skenario
Fara, 29 tahun, Ibu Rumah Tangga
Datang ke Dokter Anak karena anaknya yang masih berusia 11 bulan mengalami demam,
batuk pilek, dan tidak mau makan minum

D: Selamat siang Bu. Perkenalkan, saya dr. Tegar. Kalau boleh tau, nama Ibu siapa?
P: Selamat siang Dok, nama saya Fara. Saya kesini memeriksakan anak saya.
D: Baik, ada keluhan apa anaknya Bu?
P: Anak saya sudah demam sejak kemarin. Demamnya naik turun, disertai dengan batuk
grok-grok dan pilek. Anak saya juga sulit makan minum Dok, saya khawatir sekali.
D: Baik. Apakah ada keluarga di rumah yang sakit seperti ini?
P: Iya Dok, mertua saya baru saja pulang haji dan batuk-batuk cukup parah. Kakak ipar saya
juga kemarin demam dan batuk pilek, tapi tetap memaksa mau menggendong anak saya
Dok. Saya rasa anak saya tertular dari sana.
D: Baik, kalau begitu saya periksa dahulu nggih.
D: Dari hasil pemeriksaan saya, saat ini tidak ada kelainan yang membahayakan. Paru-
parunya bersih, tidak ada suara yang abnormal, dan tidak tampak tanda-tanda dehidrasi.
Matanya tidak cowong, anak masih menangis dan keluar air mata. Memang saya lihat
dinding tenggorokannya agak merah, sepertinya ada radang tenggorokan.
P: Jadi, anak saya tidak sakit parah Dok?
D: Berdasarkan pemeriksaan saya, saat ini kondisi anak Ibu masih cukup baik. Tidak ada
tanda-tanda yang menunjukkan ke penyakit parah.
P: Tapi dok, anak saya sampai tidak mau makan dan minum, bagaimana ya Dok? saya
khawatir sekali.
D: Iya bu, sangat wajar bila Ibu khawatir, apalagi karena anak Ibu sulit makan dan minum.
Sebenarnya jika anak sedang sakit seperti mengalami radang tenggorokan, itu kan
tenggorokannya agak nyeri untuk menelan, jadi wajar saja jika anak sulit makan dan
minum. Namun, saat ini tidak tampak tanda dehidrasi, jadi tidak ada tanda kegawatan dan
anak Ibu tidak perlu rawat inap.
P: Alhamdulillah Dok. Lalu, apakah diperlukan pemeriksaan darah atau semacamnya Dok?
D: Untuk saat ini karena demam baru sejak, belum diperlukan pemeriksaan darah. Jika kita
mengecek darah saat ini, maka kemungkinan tidak tampak kelainan pada hasilnya. Namun, jika
demam berlanjut lagi hingga 3 hari, maka Ibu dapat membawa anak untuk kontrol supaya bisa kita
lakukan pemeriksaan lebih lanjut. Untuk saat ini saya akan memberikan obat yang mengurangi
gejala-gejala yang dialami oleh anak Ibu. Terkait makan dan minumnya, jika sulit makan besar,
maka bisa dilakukan makan dengan porsi sedikit tapi sering, dan awasi tanda-tanda dehidrasi seperti
mata cowong, menangis namun tidak keluar air mata, dan anak rewel tidak berhenti-henti.
P: Baik Dokter. Sekalian saya pengen curhat Dok, itu gimana ya cara saya mengatakan pada mertua
dan kakak ipar saya supaya tidak lagi memaksa menggendong anak saya ketika kondisi sakit?
Sejujurnya saya kemarin sudah berani melarang mereka untuk datang ke rumah saya, tapi saya tetap
merasa tidak enak Dok, karna kesannya saya seperti menjauhkan anak saya dari mereka.
D: Saya mengerti, pasti rasanya tidak nyaman ketika harus melarang keluarga untuk
bertemu dengan anak Ibu. Saya mengerti perasaan Ibu yang khawatir dengan anak
Ibu dan juga rasa sungkan yang Ibu rasakan pada mertua dan kakak ipar Ibu. Saya
rasa terkait cara berkomunikasi, Ibu yang paling tahu cara berkomunikasi yang baik
dengan mertua dan kakak ipar Ibu. Menurut saya, Ibu mungkin bisa meminta tolong
pada suami Ibu untuk menyampaikan pada keluarganya. Namun yang jelas, menurut
saya apa yang Ibu lakukan sudah benar, karena saat ini yang kita utamakan adalah
anak Ibu segera pulih kesehatannya.
P: Baik Dokter. Saya sudah lega memeriksakan anak saya pada Dokter. Terima
kasih karena sudah memberikan informasi yang jelas ya Dok.
D: Baik, sama-sama Ibu. Semoga anak Ibu lekas sembuh nggih.
Roleplay - Pembahasan
• Pada roleplay ini, dokter sudah melakukan reassurance yang tepat. Dokter
memberikan keterangan terkait diagnosis dan prognosis secara jujur, jelas, dan
tidak ada yang ditutupi, namun dengan bahasa yang professional dan
menenangkan.
• Dokter juga sudah menjawab kekhawatiran pasien sesuai dengan kompetensi yang
dikuasainya, dan tidak menjawab hanya dengan apa yang ingin didengar oleh
pasien, maupun menjawab tentang sesuatu yang di luar kompetensinya.
Referensi
• Traeger, A. C., O’Hagan, E. T., Cashin, A., & McAuley, J. H. (2017). Reassurance for patients with non-
specific conditions – a user’s guide. Brazilian Journal of Physical Therapy, 21(1), 1–6.
https://doi.org/10.1016/j.bjpt.2016.12.007
• Akyirem, S., Salifu, Y., Bayuo, J., Duodu, P. A., Bossman, I. F., & Abboah ‐Offei, M. (2022). An integrative
review of the use of the concept of reassurance in clinical practice. Nursing Open, 9(3), 1515–1535.
https://doi.org/10.1002/nop2.1102
• Winston, Arnold et al. 2020. Learning Supportive Psychotherapy.
MOHON BIMBINGAN DAN ASUPANNYA
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai