Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESUME KEPERAWATAN JIWA

Nama Mahasiswa : Wa ode Riani


NIM : 01804123

A. Pengkajian ( dalam bentuk naratif )


Klien Tn. AJS dengan diagnosa medik skizofrenia paranoid dilakukan
pengkajian keperawatan tanggal 9 Agustus 2019. Klien berumur 31 tahun, jenis
kelamin laki-laki, nomor RM 000468, status menikah, pendidikan terakhir SMA,
pekerjaan wiraswasta, alamat jalan Kontukowuna Kel. Fookuni, dengan keluhan
utama/ alasan masuk di Poli Jiwa RSUD Kab. Muna karena mengamuk di toko
MGM Raha dan berkelahi dengan tukang parkir. Sejak 4 hari yang lalu klien
suka gonta ganti baju tanpa alasan yang jelas, keluar masuk rumah, emosi labil,
mengikuti kemauan sendiri, tidur malam tidak nyenyak, sering mandi tengah
malam, marah-marah pada orang lain jika kemauannya tidak dipenuhi. Berkelahi
dengan orang lain, memecahkan perabotan rumah tangga, berbicara dan
senyum-senyum sendiri, terkadang menangis tanpa sebab, keluarga kemudian
mengurung klien dikamar karena klien mengamuk sampai memukul anggota
keluarga / orang lain yang ada didekatnya, karena tidak ada perubahan maka
keluarga  membawa klien keRumah sakit jiwa . Klien mengatakan 2 kali masuk
RS Jiwa Kendari pada tahun 2015 dan 2016. Keluhan penyakit seperti ini atau
gangguan jiwa pada klien dirasakan lebih kurang 3 tahun yang lalu. Klien
mengatakan terakhir dirawat 10 bulan yang lalu pulang dengan tenang (kontak
sosial baik) dengan anjuran  untuk kontrol teratur di poliklinik terdekat dan
minum obat secara teratur. Klien mengatakan sejak 1 minggu  yang lalu tidak
minum obat, ia yang memegang dan mengatur obatnya serta sering lupa untuk
meminum obatnya. Tn. B mengatakan merasa tak berharga, selalu
menyusahkan orang lain dan tidak mandiri dalam hal pekerjaan, klien
mengatakan ia merasa tidak dihargai oleh lingkungannya karena tidak ada yang
mau mendengar apa yang ia ceritakan. Klien tampak menunduk sambil
mengurut dadanya ketika menceritakan tentang harga dirinya.
Dari hasil pengamatan selama berinteraksi ada kontak mata. Penampilan
klien dengan rambut rapi, bersih, terpotong pendek, baju klien bersih dan rapi,
sesuai, tidak terbalik cara memakainya, kerah baju terlipat rapi, kuku tangan dan
kaki pendek, memakai sepatu, klien mandi 2 kali sehari, pengukuran tanda-
tanda vital TD: 130/100 mmHg, Nadi: 82 kali/menit, Pernapasan: 22 kali/menit,
S: 36,4 oC. Tingkat kesadaran pasien compos mentis, klien mengatakan bahwa
ia sekarang berada di RS Poli Jiwa diantar oleh keluarganya karena suka
mengamuk dirumah, suka memecahkan perabotan. Klien dapat menyebutkan
tanggal, hari dan bulan serta tahun pada saat dilakukan pengkajian. Klien
mengatakan kalau dirinya terlalu banyak bicara dan terlalu cepat, ia susah
mengatur percakapannya. Saat berbicara klien cepat, pembicaraan sering
terputus, bila berbicara topiknya selalu berubah-ubah dari satu topik ke topik
yang lain.
Keadaan afek klien saat dikaji dan menceritakan masalahnya baik
pengalaman yang menyenangkan maupun yang menyedihkan respon yang
diperhatikan klien sesuai dengan stimulus ketika ditanya klien dapat menjawab
dengan serius. Proses pikir klien yakni klien dapat menjawab pertanyaan
dengan baik, terkadang dalam pembicaraan klien suka berbelit-belit tapi sampai
pada tujuan tetapi ini hanya kadang-kadang dan tidak sering dilakukan. Isi pikir
klien yakni pada saat pengkajian klien mengatakan bahwa dia hebat dan pintar,
klien mengatakan dia bisa merakit bom, klien mengatakan dia lulusan S2
universitas Indonesia jurusan kimia, klien mengatakan bisa membuat lampu
dengan sekali tepuk. Semua yang dikatakan klien diulang berkali-kali, klien sulit
orientasi ke realita, kalau bercerita klien sering menguji orang lain kemudian
mengatakan orang lain bodoh dengan raut wajah meremehkan orang lain. Tn. B
mengatakan tidak pernah mendengar bisikan – bisikan, ataupun melihat
bayangan – bayangan tanpa wujud.
. Mekanisme koping klien yaitu klien mengatakan jika ada masalah dia
tidak bisa tenang, mondar-mandir dan marah-marah pada orang lain. Klien
mengatakan. sulit untuk mengontrol diri, kadang-kadang sampai memukul orang
lain, klien mengatakan sering sakit kepala jika keinginannya tidak dipenuhi
keluarga, dada terasa sesak dan sakit. Keluarga mengatakan ketika di rumah
klien marah-marah dengan saudaranya dan tetangga bila mereka tidak mau
bekerja. Pada saat ini klien mendapat terapi Haloperidol 1,5 mg 1–1–1,
Chlorpromazine 100 mg 0–0–1.

B. Pohon Masalah
Risiko menciderai diri sendiri/orang lain/ lingkungan ……Efek

Gangguan isi pikir : waham kebesaran ……..........……… Akibat

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah………………. Penyebab

Ketidakefektifan koping

Berduka disfungsional Penataan regiment terapi tidak efektif

C. Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Gangguan isi pikir: waham kebesaran
3. Berduka disfungsional
4. Penataan regiment terapi tidak efektif
5. Ketidakefektifan koping
6. Gangguan komunikasi verbal
7. Risiko menciderai diri sendiri/orang lain/ lingkungan
RENCANA KEPERAWATAN JIWA

Nama klien/ No. RM : Tn. B/ 003948


Ruangan : Institusi : Profesi Ners STIKES Amanah Makassar
Diagnosa Perencanaan
No Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
Gangguan isi TUM : 1.1 Setelah 1 kali interaksi 1.1.1. Bina hubungan saling percaya Membina hubungan saling
pikir : Waham Klien dapat klien : dengan klien : percaya merupakan dasar
kebesaran mengontrol a. Mau menerima a. Beri salam interaksi terapeutik antara
wahamnya kehadiran perawat b. Perkenalkan diri, tanyakan klien dan perawat.
di sampingnya nama serta nama panggilan BHSP memudahkan
TUK I : b. Mengatakan mau yang disukai interaksi antara peawat
Klien dapat menerima bantuan c. Jelaskan tujuan interaksi dan klien dan
membina perawat d. Tunjukkan sikap terbuka dan memudahkan pemberian
hubungan saling c. Tidak menunjukkan jujur intervensi kepada klien.
percaya dengan tanda-tanda curiga
perawat. d. Mengizinkan duduk
disamping.
TUK II : 2.1 Setelah 1 kali interaksi 2 Bantu klien untuk mengungkapkan Menceritakan isi hati
Klien dapat klien : perasaan dan pikirannya. kepada orang lain,
mengindentifikasi Klien menceritakan ide- a. Diskusikan dengan klien perawat, membantu klien
perasaan yang ide dan perasaan yang pengalaman yang dialami untuk mengerti masalah
muncul secara muncul secara selama ini termasuk hubungan yang dihadapinya
berulang dalam berulang dalam dengan orang yang berarti,
klien. pikirannya lingkungan kerja, sekolah dsb.
b. Dengarkan pernyataan klien
dengan empati tanpa
mendukung/menentang
pernyataan wahamnya
c. Katakan perawat dapat
memahami apa yang
diceritakan klien
TUK III: 3.1 Setelah 1 kali 3.1.1 Membantu klien untuk Mengetahui
Klien dapat pertemuan klien : mengidentifikasi kebutuhan yang stressor/pencetus waham
mengidentifikasi a. Dapat tidak terpenuhi serta kejadian dapat mengurangi dan
stressor/pencetus menyebutkan yang menjadi faktor pencetus dapat mencegah
wahamnya kejadian-kejadian wahamnya. terjadinya waham yang
sesuai dengan a. Mendiskusikan dengan klien lebih rumit lagi
urutan waktu serta tentang kejadian-kejadian
harapan atau traumatik yang menimbulkan
kebutuhan dasar rasa takut, ansietas maupun
yang tidak perasaan tidak dihargai
terpenuhi. b. Mendiskusikan kebutuhan
b. Dapat atau harapan yang belum
menyebutkan terpenuhi.
traumatis atau c. Mendiskusikan dengan klien
kebutuhan tidak cara-cara mengatasi
terpenuhi dengan kebutuhan yang tidak
wahamnya terpenuhi dan kejadian yang
traumatis
d. Mendiskusikan dengan klien
apakah ada halusinasi yang
meningkatkan pikiran /
perasaan yang terkait dengan
wahamnya.
TUK IV : 4.1 Setelah 1 kali interaksi 1. Membantu klien Mengetahui waham dapat
Klien dapat klien : menyebutkan mengidentifikasi keyakinannya membuat klien keluar dari
mengidentifikasi perbedaan pengalaman yang salah tentang situasi yang keyakinan yang salah dan
wahamnya. nyata dengan nyata.(bila klien sudah siap). tidak nyata
pengalaman a. Mendiskusikan dengan klien
wahamnya. pengalaman wahamnya tanpa
beragumentasi.
b. Katakan kepada klien
keraguan perawat terhadap
pernyataan klien.
c. Bantu klien membedakan
situasi nyata dengan situasi
yang dipersepsikan salah oleh
klien.
TUK V : 5.1 Setelah 1 kali interaksi : 5.1.1 Diskusikan dengan klien Menyadarkan pada klien
Klien dapat klien menjelaskan pengalaman-pengalaman tidak wahamnya sebagai hal-
mengidentifikasi gangguan fungsi hidup menguntungkan sebagai akibat hal yang merugikan untuk
konsekuensi dari sehari-hari yang dari wahamnya seperti : kehidupan klien
wahamnya diakibatkan oleh ide-ide a. hambatan dalam berinteraksi
/ fikirannya yang tidak dengan keluarga
sesuai dengan b. hambatan dalam berinteraksi
kenyataan seperti: dengan orang lain
a. Hubungan dengan
keluarga
b. Hubungan dengan
orang lain
c. Aktifitas sehari-hari
TUK VI : 6.1. Setelah 6.1.1 Mendiskusikan dengan klien Menambah pengetahuan
Klien dapat 1 kali interaksi klien tentang manfaat dan kerugian tentang obat, dan
menyebutkan ;
memanfaatkan tidak minum obat, nama, warna, memandirikan pasien untk
a. Manfaat minum
obat dengan baik obat dosis, cara, efek terapi, dan efek kepatuhan minum obat
b. Kerugian tidak sampai penggunaan obat.
minum obat
c. Nama, warna,
dosis, efek terapi
dan efek samping
obat
IMPLEMENTASI

No
Tgl/ Nama/
. Implementasi
Jam Paraf
Dx
1 TUK I
1.1. Membina hubungan saling percaya dengan klien :
a. Memberi salam:
“Assalamualaikum Pak ! (tersenyum kearah klien)”.
Evaluasi: Waalaikumssalam
b. Memperkenalkan diri, menanyakan nama serta
nama panggilan yang disukai: “Nama saya Azali,
saya mahasiswa profesi Ners STIKES Amanah
Makassar yang sedang praktik di Poli Jiwa ini. saya
praktik disini setiap hari selama 2 minggu mulai dari
jam 08.00 sampai 12.00 wita dan hari ini adalah
minggu terakhir”. “Apakah betul dengan Pak LMB?,
senangnya bapak dipanggil siapa?” Evaluasi: “ya,
betul nama saya AJS biasa dipanggil J”. Klien dapat
menyebut nama lengkapnya sesuai dengan nama
yang ada di kartu.
c. Menjelaskan tujuan interaksi:
“Pak J ! sambil menunggu dokter datang kita cerita
diluar sini sekitar 20 menit. Bisa Pak ?”. “Saya akan
bersama-sama Pak J pagi ini sampai selesai
konsultasi dengan dokter”. “tujuan kita bersama ini
adalah membahas masalah yang Bapak keluhkan,
mudah-mudahan saya dapat membantu mengatasi
masalah Pak J”. “Harapan saya, Pak J mau
menceritakan apa yang ada dalam fikiran dan
perasaannya biar saya lebih tahu”. “saya tidak akan
menceritakan kepada siapapun hal – hal yang
sepatutnya dirahasiakan”. Evaluasi: “ya bisa kita
cerita”. Klien dapat menunjukkan sikap koperatif.
d. Menunjukkan sikap terbuka dan jujur. Evaluasi:
klien dapat menunjukkan kontak mata dan bersedia
dilakukan komunikasi terapeutik.
TUK II
2.1 Membantu klien untuk mengungkapkan perasaan dan
pikirannya.
a. Mendiskusikan dengan klien pengalaman yang
dialami selama ini termasuk hubungan dengan
orang yang berarti. Evaluasi: Klien mengatakan
orang yang paling berarti bagi dirinya adalah ibunya
tapi sekarang ibunya tak ada lagi, sehingga tidak
ada seorang yang berarti bagi dirinya, sewaktu
ibunya masih hidup ia selalu menceritakan kepada
ibunya dan sekarang tak ada tempat ia bercerita 
lagi, klien mengatakan dulu ia sering ikut kegiatan di
masyarakatnya,  temannya banyak, sekarang ini
hubungan klien dengan teman-temannya baik.
b. Mendengarkan pernyataan klien dengan empati
tanpa mendukung/ menentang pernyataan
wahamnya: Evaluasi: klien mengatakan jika ada
masalah dia tidak bisa tenang, mondar-mandir dan
marah-marah pada orang lain. Klien mengatakan.
sulit untuk mengontrol diri, kadang-kadang sampai
memukul orang lain, klien mengatakan sering sakit
kepala jika keinginannya tidak dipenuhi keluarga,
dada terasa sesak dan sakit. Keluarga mengatakan
ketika di rumah klien marah-marah dengan
saudaranya dan tetangga bila mereka tidak mau
bekerja
c. Mengatakan perawat dapat memahami apa yang
diceritakan klien: “saya sudah memahami perasaan
Pak J”.

TUK III
1. Membantu klien untuk mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak terpenuhi serta kejadian yang
menjadi faktor pencetus wahamnya.
a. Mendiskusikan dengan klien tentang kejadian-
kejadian traumatik yang menimbulkan rasa takut,
ansietas maupun perasaan tidak dihargai: “apa
yang Bapak rasakan?” Evaluasi: “saya merasa tak
berharga, selalu menyusahkan orang lain dan tidak
mandiri dalam hal pekerjaan, saya juga merasa
tidak dihargai karena tidak ada yang mau
mendengar apa yang saya ceritakan”. Klien tampak
menunduk sambil mengurut dadanya ketika
menceritakan tentang harga dirinya.
b. Mendiskusikan kebutuhan atau harapan yang
belum terpenuhi: “ Pak J ! ada pengalaman masa
lalu yang tidak menyenangkan?” Evaluasi: “Ibuku
yang telah meninggal dunia adalah orang yang
terdekat dengan saya dan belum sempat
membahagiakan dia”. “saya juga bersedih dan
menyesal sampai saat ini karena telah menendang
adik pada saat emosi saya tidak terkontrol”. “saya
juga sering putus cinta dan ditinggal pacar yang
kawin dengan orang lain”. Klien tampak sedih saat
menceritakan pengalaman masa lalunya.
c. Mendiskusikan dengan klien cara-cara mengatasi
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kejadian yang
traumatis: “saya dapat memahami perasaan Pak J,
tidak ada yang dapat kita salahkan Pak”. “saya
mengerti, sulit bagi pak J untuk menerima
kehilangan, rasa sedih dan penyesalan ini”.
“bagus, Bapak telah menyadari perasaan yang
telah diungkapkan karena semua ini adalah
kehendak Allah”. “apabila perasaan-perasaan
tersebut muncul kembali, Pak J dapat
mengatasinya dengan tarik nafas dalam, berwudhu,
berzikir, shalat, dan melakukan kegiatan ibadah
yang lain atau bercakap-cakap dengan anggota
keluarga yang lain”. “coba lakukan cara yang mana
saja, mau coba cara yang mana?”. Evaluasi: “saya
mau coba dengan cara berzikir”.
d. Mendiskusikan dengan klien apakah ada halusinasi
yang meningkatkan pikiran/ perasaan yang terkait
dengan wahamnya: “Apakah Bapak pernah
mendengar bisikan-bisikan yang menyuruh untuk
melakukan sesuatu atau melihat bayangan?”
Evaluasi: “tidak pernah pak !”

TUK IV
4.1 Membantu klien mengidentifikasi keyakinannya yang
salah tentang situasi yang nyata.(bila klien sudah siap).
a. Mendiskusikan dengan klien pengalaman
wahamnya tanpa beragumentasi: “saya dengar dari
keluarga bahwa Bapak punya kelebihan”. “Pak J
dulu kuliah? kuliah dimana?” “Kalau orang lulusan
S2 itu berarti sudah lulus S1 kan? Dulu Pak J
kuliah S1 dimana?”. “Ooohh, memang bisa ya Pak
J langsung S2 tanpa S1 dulu?” Kok saya baru tahu
ya, kalau bisa seperti itu.” “Lalu kenapa Pak J ingin
kuliah S1 lagi?” “gelar S2 Bapak yang dulu tidak
terpakai begitu?”. “Apakah keluarga Pak J tahu
kalau Bapak adalah seorang lulusan S2?”. “Kenapa
Pak J tidak memberitahukannya?”.
Evaluasi: “Iya, saya hebat, pintar, bisa merakit
bom, dan bisa membuat lampu dengan sekali
tepuk”. “Saya dulu kuliah di Jakarta, saya lulusan
S2 Kimia Universitas Indonesia”. “Saya langsung
mengambil S2 tanpa S1”. “Bisa Pak langsung S2,
gampang tinggal dikasih uang saja, bulan depan
saya mau melanjutkan S1 di UNHAS Makassar
jurusan Kimia”. “saya mau lanjut S1 lagi supaya
sesuai dengan pekerjaanku”. “Gelar S2 itu tidak
penting bagi saya dan gelar itu hanya untuk
kepuasan pribadi saja.” “Keluarga tidak ada yang
tahu kalau pendidikan saya itu tinggi.” .“Bagi saya
gelar itu bukan untuk dipamer–pamerkan, jadi
cukup saya saja yang tahu”.
b. Mengatakan kepada klien keraguan perawat
terhadap pernyataan klien: “tadi menurut Pak J bisa
membuat lampu dengan sekali tepuk, coba lakukan
Pak !”. “saya tahu Pak J pintar, tapi tidak boleh
membicarakan yang tidak sesuai dengan yang
sesungguhnya Pak, jadi saya ragu dengan
pendapat Bapak, karena tidak ada manusia yang
membuat lampu dengan cara hanya menepuk
tangannya”. “coba perhatikan, Bapak tidak bisa
membuat lampu dengan sekali menepuk, betul Pak
J?”.
Evaluasi: klien melakukan perintah menepuk
tangannya, klien tertunduk
c. Membantu klien membedakan situasi nyata dengan
situasi yang dipersepsikan salah oleh ‘klien: Pak J
tadi katakan bahwa lulusan dari S2 Kimia tapi di
kartu kontrolnya pendidikan SMA”. “baik Bapak J,
saya mau jelaskan mengenai penyakitnya”. Bapak
terkena penyakit waham, Bapak tau arti penyakit
waham? bukan penyakit orang mati Pak J”. “saya
akan jelaskan, sekarang Pak J mengalami suatu
gangguan proses pikir terhadap realita yang
meyakini sesuatu yang salah, itu dinamakan
waham. “jadi Pak J harus bisa membedakan mana
yang nyata dan mana yang bukan nyata”. “Pak J
terlalu berkhayal tinggi”. “coba sekarang bedakan
mana yang nyata dan bukan nyata”. “waham yaitu
ketidakmampuan seseorang untuk membedakan isi
kehidupan yang sebenarnya, jadi Pak J harus ingat
itu ya Pak !. Evaluasi: klien mengatakan waham
adalah penyakit orang mati, klien kooperatif selama
interaksi, ada kontak mata, pasien mengungkapkan
perasaannya.
TUK V
5.1 Mendiskusikan dengan klien pengalaman-pengalaman
tidak menguntungkan sebagai akibat dari wahamnya
seperti :
a. hambatan dalam berinteraksi dengan keluarga:
b. hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain
Evaluasi: Klien mengatakan suka mengamuk dirumah,
suka memecahkan perabotan. Klien mengatakan
mengamuk di toko MGM Raha dan berkelahi dengan
tukang parkIr. Klien mengamuk sampai memukul
anggota keluarga / orang lain yang ada didekatnya

TUK VI
1. Mendiskusikan dengan klien tentang manfaat
dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis,
cara, efek terapi, dan efek sampai penggunaan obat. “
Pak J sudah tau manfaat dan kerugian bila tidak minum
obat?, jenis obatnya Pak sudah tau?”. “kalau Pak J
tidak tahu saya akan jelaskan, manfaat minum obat
adalah membantu istirahat, membantu mengendalikan
emosi, membantu mengendalikan perilaku, membantu
proses pikir (konsentrasi)”. "Jika tidak diminum
tentunya penyakitnya tidak sembuh”.
“obatnya ada dua macam Pak, yang warna putih
namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur
diminum 3 kali sehari mulai dari jam 7 pagi, jam 1
siang, dan jam 7 malam”. “yang warna oranye
namanya CPZ gunanya agar tenanng, diminum 1 kali
sehari hanya pada malam hari saja”. “bila nanti setelah
minum obat mulut Bapak terasa kering, untuk
membantu mengatasinya bisa banyak minum air putih”.
“obat-obat ini harus diminum secara teratur dan
kemungkinan besar harus diminum dalam waktu yang
lama”. “agar tidak kambuh lagi sebaiknya Pak J tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum
sebelum berkonsultasi dengan dokter”.
Evaluasi: Klien mengatakan sejak 1 minggu  yang lalu
tidak minum obat, ia yang memegang dan mengatur
obatnya serta sering lupa untuk meminum obatnya.
Ketika ditanya klien tidak tahu manfaat dan kerugian jika
tidak minum obat.

Anda mungkin juga menyukai