B. Pohon Masalah
Risiko menciderai diri sendiri/orang lain/ lingkungan ……Efek
Ketidakefektifan koping
No
Tgl/ Nama/
. Implementasi
Jam Paraf
Dx
1 TUK I
1.1. Membina hubungan saling percaya dengan klien :
a. Memberi salam:
“Assalamualaikum Pak ! (tersenyum kearah klien)”.
Evaluasi: Waalaikumssalam
b. Memperkenalkan diri, menanyakan nama serta
nama panggilan yang disukai: “Nama saya Azali,
saya mahasiswa profesi Ners STIKES Amanah
Makassar yang sedang praktik di Poli Jiwa ini. saya
praktik disini setiap hari selama 2 minggu mulai dari
jam 08.00 sampai 12.00 wita dan hari ini adalah
minggu terakhir”. “Apakah betul dengan Pak LMB?,
senangnya bapak dipanggil siapa?” Evaluasi: “ya,
betul nama saya AJS biasa dipanggil J”. Klien dapat
menyebut nama lengkapnya sesuai dengan nama
yang ada di kartu.
c. Menjelaskan tujuan interaksi:
“Pak J ! sambil menunggu dokter datang kita cerita
diluar sini sekitar 20 menit. Bisa Pak ?”. “Saya akan
bersama-sama Pak J pagi ini sampai selesai
konsultasi dengan dokter”. “tujuan kita bersama ini
adalah membahas masalah yang Bapak keluhkan,
mudah-mudahan saya dapat membantu mengatasi
masalah Pak J”. “Harapan saya, Pak J mau
menceritakan apa yang ada dalam fikiran dan
perasaannya biar saya lebih tahu”. “saya tidak akan
menceritakan kepada siapapun hal – hal yang
sepatutnya dirahasiakan”. Evaluasi: “ya bisa kita
cerita”. Klien dapat menunjukkan sikap koperatif.
d. Menunjukkan sikap terbuka dan jujur. Evaluasi:
klien dapat menunjukkan kontak mata dan bersedia
dilakukan komunikasi terapeutik.
TUK II
2.1 Membantu klien untuk mengungkapkan perasaan dan
pikirannya.
a. Mendiskusikan dengan klien pengalaman yang
dialami selama ini termasuk hubungan dengan
orang yang berarti. Evaluasi: Klien mengatakan
orang yang paling berarti bagi dirinya adalah ibunya
tapi sekarang ibunya tak ada lagi, sehingga tidak
ada seorang yang berarti bagi dirinya, sewaktu
ibunya masih hidup ia selalu menceritakan kepada
ibunya dan sekarang tak ada tempat ia bercerita
lagi, klien mengatakan dulu ia sering ikut kegiatan di
masyarakatnya, temannya banyak, sekarang ini
hubungan klien dengan teman-temannya baik.
b. Mendengarkan pernyataan klien dengan empati
tanpa mendukung/ menentang pernyataan
wahamnya: Evaluasi: klien mengatakan jika ada
masalah dia tidak bisa tenang, mondar-mandir dan
marah-marah pada orang lain. Klien mengatakan.
sulit untuk mengontrol diri, kadang-kadang sampai
memukul orang lain, klien mengatakan sering sakit
kepala jika keinginannya tidak dipenuhi keluarga,
dada terasa sesak dan sakit. Keluarga mengatakan
ketika di rumah klien marah-marah dengan
saudaranya dan tetangga bila mereka tidak mau
bekerja
c. Mengatakan perawat dapat memahami apa yang
diceritakan klien: “saya sudah memahami perasaan
Pak J”.
TUK III
1. Membantu klien untuk mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak terpenuhi serta kejadian yang
menjadi faktor pencetus wahamnya.
a. Mendiskusikan dengan klien tentang kejadian-
kejadian traumatik yang menimbulkan rasa takut,
ansietas maupun perasaan tidak dihargai: “apa
yang Bapak rasakan?” Evaluasi: “saya merasa tak
berharga, selalu menyusahkan orang lain dan tidak
mandiri dalam hal pekerjaan, saya juga merasa
tidak dihargai karena tidak ada yang mau
mendengar apa yang saya ceritakan”. Klien tampak
menunduk sambil mengurut dadanya ketika
menceritakan tentang harga dirinya.
b. Mendiskusikan kebutuhan atau harapan yang
belum terpenuhi: “ Pak J ! ada pengalaman masa
lalu yang tidak menyenangkan?” Evaluasi: “Ibuku
yang telah meninggal dunia adalah orang yang
terdekat dengan saya dan belum sempat
membahagiakan dia”. “saya juga bersedih dan
menyesal sampai saat ini karena telah menendang
adik pada saat emosi saya tidak terkontrol”. “saya
juga sering putus cinta dan ditinggal pacar yang
kawin dengan orang lain”. Klien tampak sedih saat
menceritakan pengalaman masa lalunya.
c. Mendiskusikan dengan klien cara-cara mengatasi
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kejadian yang
traumatis: “saya dapat memahami perasaan Pak J,
tidak ada yang dapat kita salahkan Pak”. “saya
mengerti, sulit bagi pak J untuk menerima
kehilangan, rasa sedih dan penyesalan ini”.
“bagus, Bapak telah menyadari perasaan yang
telah diungkapkan karena semua ini adalah
kehendak Allah”. “apabila perasaan-perasaan
tersebut muncul kembali, Pak J dapat
mengatasinya dengan tarik nafas dalam, berwudhu,
berzikir, shalat, dan melakukan kegiatan ibadah
yang lain atau bercakap-cakap dengan anggota
keluarga yang lain”. “coba lakukan cara yang mana
saja, mau coba cara yang mana?”. Evaluasi: “saya
mau coba dengan cara berzikir”.
d. Mendiskusikan dengan klien apakah ada halusinasi
yang meningkatkan pikiran/ perasaan yang terkait
dengan wahamnya: “Apakah Bapak pernah
mendengar bisikan-bisikan yang menyuruh untuk
melakukan sesuatu atau melihat bayangan?”
Evaluasi: “tidak pernah pak !”
TUK IV
4.1 Membantu klien mengidentifikasi keyakinannya yang
salah tentang situasi yang nyata.(bila klien sudah siap).
a. Mendiskusikan dengan klien pengalaman
wahamnya tanpa beragumentasi: “saya dengar dari
keluarga bahwa Bapak punya kelebihan”. “Pak J
dulu kuliah? kuliah dimana?” “Kalau orang lulusan
S2 itu berarti sudah lulus S1 kan? Dulu Pak J
kuliah S1 dimana?”. “Ooohh, memang bisa ya Pak
J langsung S2 tanpa S1 dulu?” Kok saya baru tahu
ya, kalau bisa seperti itu.” “Lalu kenapa Pak J ingin
kuliah S1 lagi?” “gelar S2 Bapak yang dulu tidak
terpakai begitu?”. “Apakah keluarga Pak J tahu
kalau Bapak adalah seorang lulusan S2?”. “Kenapa
Pak J tidak memberitahukannya?”.
Evaluasi: “Iya, saya hebat, pintar, bisa merakit
bom, dan bisa membuat lampu dengan sekali
tepuk”. “Saya dulu kuliah di Jakarta, saya lulusan
S2 Kimia Universitas Indonesia”. “Saya langsung
mengambil S2 tanpa S1”. “Bisa Pak langsung S2,
gampang tinggal dikasih uang saja, bulan depan
saya mau melanjutkan S1 di UNHAS Makassar
jurusan Kimia”. “saya mau lanjut S1 lagi supaya
sesuai dengan pekerjaanku”. “Gelar S2 itu tidak
penting bagi saya dan gelar itu hanya untuk
kepuasan pribadi saja.” “Keluarga tidak ada yang
tahu kalau pendidikan saya itu tinggi.” .“Bagi saya
gelar itu bukan untuk dipamer–pamerkan, jadi
cukup saya saja yang tahu”.
b. Mengatakan kepada klien keraguan perawat
terhadap pernyataan klien: “tadi menurut Pak J bisa
membuat lampu dengan sekali tepuk, coba lakukan
Pak !”. “saya tahu Pak J pintar, tapi tidak boleh
membicarakan yang tidak sesuai dengan yang
sesungguhnya Pak, jadi saya ragu dengan
pendapat Bapak, karena tidak ada manusia yang
membuat lampu dengan cara hanya menepuk
tangannya”. “coba perhatikan, Bapak tidak bisa
membuat lampu dengan sekali menepuk, betul Pak
J?”.
Evaluasi: klien melakukan perintah menepuk
tangannya, klien tertunduk
c. Membantu klien membedakan situasi nyata dengan
situasi yang dipersepsikan salah oleh ‘klien: Pak J
tadi katakan bahwa lulusan dari S2 Kimia tapi di
kartu kontrolnya pendidikan SMA”. “baik Bapak J,
saya mau jelaskan mengenai penyakitnya”. Bapak
terkena penyakit waham, Bapak tau arti penyakit
waham? bukan penyakit orang mati Pak J”. “saya
akan jelaskan, sekarang Pak J mengalami suatu
gangguan proses pikir terhadap realita yang
meyakini sesuatu yang salah, itu dinamakan
waham. “jadi Pak J harus bisa membedakan mana
yang nyata dan mana yang bukan nyata”. “Pak J
terlalu berkhayal tinggi”. “coba sekarang bedakan
mana yang nyata dan bukan nyata”. “waham yaitu
ketidakmampuan seseorang untuk membedakan isi
kehidupan yang sebenarnya, jadi Pak J harus ingat
itu ya Pak !. Evaluasi: klien mengatakan waham
adalah penyakit orang mati, klien kooperatif selama
interaksi, ada kontak mata, pasien mengungkapkan
perasaannya.
TUK V
5.1 Mendiskusikan dengan klien pengalaman-pengalaman
tidak menguntungkan sebagai akibat dari wahamnya
seperti :
a. hambatan dalam berinteraksi dengan keluarga:
b. hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain
Evaluasi: Klien mengatakan suka mengamuk dirumah,
suka memecahkan perabotan. Klien mengatakan
mengamuk di toko MGM Raha dan berkelahi dengan
tukang parkIr. Klien mengamuk sampai memukul
anggota keluarga / orang lain yang ada didekatnya
TUK VI
1. Mendiskusikan dengan klien tentang manfaat
dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis,
cara, efek terapi, dan efek sampai penggunaan obat. “
Pak J sudah tau manfaat dan kerugian bila tidak minum
obat?, jenis obatnya Pak sudah tau?”. “kalau Pak J
tidak tahu saya akan jelaskan, manfaat minum obat
adalah membantu istirahat, membantu mengendalikan
emosi, membantu mengendalikan perilaku, membantu
proses pikir (konsentrasi)”. "Jika tidak diminum
tentunya penyakitnya tidak sembuh”.
“obatnya ada dua macam Pak, yang warna putih
namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur
diminum 3 kali sehari mulai dari jam 7 pagi, jam 1
siang, dan jam 7 malam”. “yang warna oranye
namanya CPZ gunanya agar tenanng, diminum 1 kali
sehari hanya pada malam hari saja”. “bila nanti setelah
minum obat mulut Bapak terasa kering, untuk
membantu mengatasinya bisa banyak minum air putih”.
“obat-obat ini harus diminum secara teratur dan
kemungkinan besar harus diminum dalam waktu yang
lama”. “agar tidak kambuh lagi sebaiknya Pak J tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum
sebelum berkonsultasi dengan dokter”.
Evaluasi: Klien mengatakan sejak 1 minggu yang lalu
tidak minum obat, ia yang memegang dan mengatur
obatnya serta sering lupa untuk meminum obatnya.
Ketika ditanya klien tidak tahu manfaat dan kerugian jika
tidak minum obat.