Anda di halaman 1dari 11

TEOLOGI AL-MAUN

DALAM PRAKSIS SOSIAL KEHIDUPAN


WARGA MUHAMMADIYAH

KELOMPOK 1 :
SITI WAHYUNI (21.15201.072)
NENG HASANAH (21.15201.081)
EUIS SUMIYATI (21.15201.080)
Muhammadiyah dikenal sebagai sebuah organisasi Islam
pembaharuan yang bercorak modern. Muhammadiyah meyakini
Alquran dan Sunnah sebagai sumbernya. Berdirinya Gerakan
Dakwah Muhammadiyah dilatar-belakangi oleh pemikiran
pembaruan. berorientasi kepada pemurnian ajaran-ajaran Islam dari
pengaruh-pengaruh budaya lokal, yang melahirkan TBC (Takhayul,
Bid’ah, dan Khurafat).
Pada saat Muhammadiyah muncul di panggung sejarah, memang
Latar Belakang kondisi masyarakat mengalami empat penyakit, yaitu;
1). kerusakan dalam bidang kepercayaan,
2). kebekuan dalam bidang hukum fiqih,
3). kemunduran dalam bidang pendidikan,
4). kemiskinan rakyat dan hilangnya rasa gotong royong
 Salah satu yang menjadi Teologi ini didasarkan pada
landasan pokok pergerakan Al-Qur’an
Muhammadiyah adanya
kekuatan teologis surat Al-
Ma’un yang diajarkan oleh KH.
Ahmad Dahlan, Pendiri healing
Muhammadiyah. (pelayanan
kesehatan)
 Beliau mengajarkan kepada
murid- muridnya pada dekade
awal abad ke-20 tentang
pemahaman Surat al-Ma‘un, Tiga
yang inti surat ini mengajarkan pilar
bahwa ibadah ritual tidak ada
artinya jika pelakunya tidak kerja
melakukan amal sosial. feeding
schooling
 Surat ini bahkan menyebut (pendidikan) (pelayanan
sosial)
mereka yang mengabaikan anak
yatim dan tak berusaha
mengentaskan masyarakat dari
kemiskinan sebagai ‘pendusta
agama’.
PENGERTIAN AL MA’UN

- Surat al-Maun merupakan


surat ke 17 yang terdiri atas 7
ayat dan termasuk golongan
surat-surat Makkiyah.

- Surat al-Maun diturunkan


sesudah surat al- Taakatsur
yakni surat ke 16 dan sebelum
surat al-Kafirun yakni surat ke
18. Nama al-Maun diambil dari
kata al Maun yang terdapat pada
akhir ayat.

- Secara etimologi, al-Maun


berarti banyak harta, berguna
dan bermanfaat, kebaikan dan
ketaatan, dan zakat.
 Allah Swt. berfirman, bahwa tahukah
 Surat ini berdasarkan engkau, hai Muhammad, orang yang
Kata “al-Ma’un” berdasarkan Asbabun Nuzulnya mendustakan hari pembalasan? Itulah
tafsir klasik dapat dipahami sebagaimana diriwayatkan orang yang menghardik anak yatim. (Al-
sebagai hal-hal kecil yang oleh Ibnu Mudzir Ma'un: 2). Yakni dialah orang yang
diperlukan orang dalam berkenaan dengan orang- berlaku sewenang-wenang terhadap
penggunaan sehari-hari, orang munafik yang anak yatim, menganiaya haknya dan
perbuatan kebaikan berupa memamerkan shalat tidak memberinya makan serta tidak
pemberian bantuan kepada kepada orang yang memperlakukannya dengan perlakuan
sesama manusia dalam hal-hal beriman. Mereka yang baik. “dan tidak menganjurkan
kecil. Dalam maknanya yang melakukan shalat dengan memberi makan orang miskin.” (Al-
lebih luas, kata al-Maun berarti riya’ dan meninggalkan Ma'un: 3).
“bantuan” atau “pertolongan” apabila tidak ada yang
dalam setiap, kesulitan. melihatnya, serta menolak  Kemudian disebutkan dalam firman
memberikan bantuan berikutnya: “Maka kecelakaanlah bagi
kepada orang miskin dan orang-orang yang salat, (yaitu) orang-
anak yatim. orang yang lalai dari salatnya.” (Al-
Ma'un: 4-5)
 Keempat hal pokok ini
POKOK PENTING DALAM TAFSIR
SURAT AL-MA’UN Perintah berbuat kebaikan kepada sesama
merupakan sifat orang-orang
manusia. Terutama kepada anak-anak yatim dan kafir Quraisy dan orang-orang
1 fakir miskin yang merupakan kelompok orang- munafik.
orang yang tertindas (mustadh’afin).
 Dimana mereka cenderung
Adapun komponen pokok bermegah-megahan dan berfoya-
terpenting yang menjadi inspirasi foya dengan harta benda, lupa
Pergerakan Muhammadiyah dari 2 Jangan lupa atau lalai mendirikan shalat.
dengan ibadah karena sibuk
Surat al-Maun yaitu: mencari harta semata, suka
memamerkan kebaikan kepada
orang lain atau tidak ikhlas dalam
beribadah, dan tidak mau berbagi
dengan fakir miskin.
3 Jangan riya’ (pamer) dalam beribadah.
 Itulah kenapa kaum muslimin
diperintahkan menjauhi keempat
perbuatan tidak baik tersebut
disebut sebagai pendusta agama
4 Jangan kikir (pelit) untuk beramal dan berbagi
dan menutup hati kita atas
dengan sesama. kebenaran dan ketundukan
semata karena Allah padahal
sebelumnya telah menyatakan
iman dan berserah diri
sepenuhnya kepada Allah.
PENGERTIAN TEOLOGIS
AL MA’UN
 Secara umum Munas Tarjih ke-27 menyepakati bahwa sistematika Fikih
al Maun ada dalam “Kerangka Amal al-Ma’un” yang berupa penguatan
Muhammadiyah sebagai gerakan dan pemberdayaan kekayaan fisik, moral, spiritual, ekonomi, sosial dan
dakwah amar ma’ruf nahi munkar lingkungan.
bertanggung jawab ambil bagian
dalam penyelesaian masalah  Kemudian “Pilar Amal al-Ma’un” terdiri dari rangkaian berkhidmat
tersebut dengan menjabarkan tafsir kepada yang yatim, berkhitmat kepada yang miskin, mewujudkan nilai-
surat al-Maun ke dalam keyakinan nilai shalat, memurnikan niat, menjauhi riya’, dan membangun
teologis dan amal (praksis) sosial. kemitraan yang berdayaguna.
 Sementara “Bangunan Amal al-Ma’un” yang disepakati adalah untuk
kesejahteraan individu yang bermartabat, kesejahteraan keluarga
(Keluarga Sakinah), kesejahteraan masyarakat yang berjiwa besar,
kesejahteraan bangsa dan negara.
PENGERTIAN PRAKSIS
SOSIAL AL MA’UN
 Teologi al-Ma’un memberikan kesadaran kepada umat Islam, terutama warga
Muhammadiyah, bahwa ibadah ritual kepada Allah itu tidak ada artinya bila
Dalam konteks ternyata kita tidak bisa merefleksikan dalam wujud kesadaran kemanusiaan,
Muhammadiyah, surat al-Maun
memiliki arti yang sangat seperti menolong fakir-miskin dan anak yatim.
penting sebab menjadi landasan
dasar dan spirit bagi lahirnya  Hanya saja, teologi ini tak bisa menghalangi umat Islam dari berasyik-
gerakan dakwah
Muhammadiyah dengan masyuk dalam ibadah ritual. Baru dengan fiqh TBC, seperti larangan untuk
berbagai amal sosialnya berupa
rumah sakit, panti asuhan, panti menciptakan ritual-ritual baru, maka umat Islam mengalihkan minat ibadah
jompo, lembaga pendidikan ritualnya ke aksi sosial. Hukum selamatan adalah contoh lain bagaimana fiqh
dan lainnya.
TBC mampu mengubah bantuan sosial karikatif dalam selamatan menuju
bantuan yang lebih konkrit kepada orang-orang yang membutuhkan.
 Pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang Tauhid Al-Ma’un bagi
Muhammadiyah ibarat senjata untuk mengabdikan diri kepada
bangsa Indonesia. Karena Tauhid Al-Ma’un merupakan gerakan
sosial kemasyarakatan yang berorientasi pada nilai-nilai
kemanusiaan.
 Muhammadiyah berpandangan bahwa gerakan kemanusiaan
merupakan kiprah dalam kehidupan bangsa dan negara dan salah
satu perwujudan dari misi dan fungsi melaksanakan da'wah amar
ma'ruf nahi munkar sebagaimana telah menjadi panggilan sejarahnya
sejak zaman pergerakan hingga masa awal dan setelah kemerdekaan
Indonesia.
 Peran dalam kehidupan bangsa dan negara tersebut diwujudkan
dalam langkah-langkah strategis dan taktis sesuai kepribadian,
keyakinan dan cita-cita hidup, serta khittah perjuangannya sebagai
acuan gerakan sebagai wujud komitmen dan tanggungjawab
dalam mewujudkan "Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafur".
 Muhammadiyah merujuk  Dalam pandangan Islam yang
gerakan transformatif bersifat transformative itu ajaran
tersebut dengan pandangan Islam tidak hanya sekedar
Islam yang berkemajuan. mengandung seperangkat ritual
Dalam bagian “Pernyataan ibadah dan “hablun min
pikiran Muhammadiyah abad Allah”(hubungan dengan Allah)
kedua” (2010) dinyatakan semata, tetapi justru peduli dan
bahwa “Secara ideologis terlibat dalam memecahkan masalah-
Islam yang berkemajuan masalah konkret yang dihadapi
untuk pencerahan merupakan manusia. Inilah “teologi amal” yang
bentuk transformasi Al- bercorak praksis, yang menghadirkan
Ma’un untuk menghadirkan Islam sebagai agama amaliah yang
dakwah dan tajdid secara membawa pada pencerahan yaitu
KESIMPULAN actual dalam pergulatan membebaskan, memberdayakan,dan
memajukan kehidupan khususnya
hidup keumatan, kebangsaan
dan kemanusiaan secara kaum dhu’afa dan mustadl’afin.
universal.

Anda mungkin juga menyukai