Anda di halaman 1dari 29

BAB III

METODE IJTIHAD

Nurma Sari, S.H.I., M.E.I.


IJTIHAD
PENGERTIAN IJTIHAD
Berasal dari kata al-jahd atau juhd yang berarti al-masyaqat
01 Secara etimologi
(kesulitan dan kesusahan) dan ath-thaqath (kesanggupan
dan kemampuan)

Usaha keras atau pengerahan daya upaya (istighfar al


02 Dilihat dari mashdar
wus atau badzl al-wus)

Pengerahan segala kesangupan faqih untuk


03 Menurut Fuqaha
memperoleh pengetahuan tentang hukum sesuatu
melalui dalil syara’

Menurut Harun Nst Ijtihad dapat berlaku juga di bidang politik,


04 akidah, tasawuf dan juga falsafat
DASAR HUKUM IJTIHAD

1
FIRMAN ALLAH SWT
Di dalam surat An-nisa
ayat 105

‫ِإَّنا َأْنَز ْلَنا ِإَلْيَك اْلِكَتاَب ِباْلَح ِّق ِلَتْح ُك َم َبْيَن الَّناِس ِبَم ا َأَر اَك ُهَّللاۚ َو اَل َتُك ْن ِلْلَخ اِئِنيَن َخ ِص يًم ا‬

2
DARI HADIST
Adanya keterangan dari sunah yang membolehkan berijti-
hadm salah satunya hadist yang diriwayatkan Umar
MACAM-MACAM IJTIHAD
Ijtihad Al-Qiyasi
Ijtihad terhadap permasalahan yang Ijtihad Al-Aqli
tidak terdapat dalam Yang hujjahnya didasarkan
Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pada akal, tidak menggunakan
menggunakan metode qiyas dalil syara’

Ijtihad Al-Batani
Untuk menjelaskan hukum-
hukum syara’ dari nash M. Taqiyu
Dr Walibi
Al- Hakim

Ijtihad al-istishlah Ijtihad Syari’


Ijtihad terhadap permasalahan yang Didasarkan pada syara’, ter-
tidak terdapat dalam Al-Quran dan masuk dalam pembagian ini
Al-Hadist dengan menggunakan ra’yu adalah ijma’, qiyas, istihsan, is-
berdasarkan kaidah istishlah tishlah, istishhab dan lainnya
SYARAT-SYARAT IJTIHAD

Mengetahui dan menguasai arti ayat-ayat


hukum yang terdapat di dalam Al-Quran

Menguasai dan mengetahui hadis-hadis Mengetahui permasalahan yang sudah


tentang hukum ditetapkan melalui ijma’ ulama

Mengetahui qiyas dan berbagai per-


Mengetahui nasakh dan mansukh dari
syaratannya serta meng-istinbat-nya
Al-Quran dan Hadist

Mengetahui ilmu ushul fiqh yang merupakan


pondasi dari ijtihad Mengetahui maqashidah asy-syariah se-
cara umum
Mengetahui bahasa arab dan berbagai
disiplin ilmu yang berkaitan dengan ba-
hasa
Objek Ijtihad
Objek Ijtihad

Menurut Imam Al-Ghazali, Objek ijtihad


adalah setiap hukum syara’ yang tidak
memiliki dalil qath’i
Fardhu ‘ain untuk berjihad Fardhu ‘ain jika ditanyakan
apabila ada permasalahan tentang suatu permasalahan
yang menimpa dirinya yang belum ada hukumnya

Hukum Melakukan Ijtihad

Menurut para Ulama, bagi seseorang Fardhu kifayah jika Sunnah apabila ber-
yang sudah memenuhi persyaratan ijti- permasalahan yang dia- ijtihad terhadap per-
had, ada lima hukum yang bisa dike- jukan kepadanya tidak masalahan yang
nakan kepada orang tersebut, yakni dikhawatirkan akan baru, baik ditanya
habis waktunya maupun tidak

Haram apabila ber-


ijtihad terhadap per-
masalahan yang su-
dah ditetapkan se-
cara qath’i
ISTIHSAN
PENGERTIAN ISTIHSAN
AL-HASAN AL-KHURKI
MENURUT AL-GHAZALI
Perbuatan adil terhadap suatu permasalahan
hukum dengan memandang hukum yang lain,
karena adanya suatu yang lebih kuat yang
01 02
Semua hal yang dianggap
baik olehnmujtahid menurut
akalnya
membutuhkan keadilan

03
ABU ISHAQ ASY-SYATIBI
Pengambilan suatu kemash-
lahan yang bersifat juz’I AL-MUWAFIQ IBNU QUDAMAH

04
dalam menanggapi dalil Suatu keadilan terhadap hukum
yang bersifat global dan pandangannya karena adanya
dalil tertentu dari Al-Qur’an dan As-
Sunnah
SEBAGIAN ULAMA
Istihsan adalah perbuatan adil
dalam hukum yang menggunakan
dalil adat untuk kemaslahatan
05
manusia dan lain-lain
KEHUJJAHAN ISTIHSAN DALAM PANDANGAN ULAMA

1 2
ULAMA HANABILAH
ULAMA HANAFIYAH
Abu zahra berpendapat bahwa Golongan Hanabila mengakui
abu hanifah banyak sekali meng- adanya istihsan, tapi menurut
gunakan istihsan. Imam Al Jalal Al Mahali, istihsan
diakui oleh Abu Hanifah namun
ulama lainnya mengingkarinya

3 4
ULAMA MALIKIYAH ULAMA SYAFI’IYYAH
Asy-syatibi berkata bahwa Golongan syafi’I secara mahsyur
sesungguhnya istihsan itu diang- tidak mengakui adanya istihsan
gap dalil yang kuat dalam hukum dan mereka betul-betul menjauhi
sebagaimana pendapat imam ma- untuk menggunakannya dalam
lik istinbat hukum dan tidak menggu-
nakannya sebagai dalil
PENGARUH ISTIHSAN DALAM MASALAH FIQIH

1
LELAKI YANG MENGHADAP
PEREMPUAN DALAM SHALAT

2 ZAKAT SELURUH HARTA


TANPA NIAT

3 LELAKI YANG MENGHADAP


PEREMPUAN DALAM SHALAT
AL-MASLAHAH AL- MURSALA
PENGERTIAN AL-MASHLAHAH AL-MURSALAH

MENURUT BAHASA MENURUT PERISTILAHAN

kata al-mashalahah baik


dari segi arti maupun Walaupun para ulama berbeda
wazannya sama seperti dalam memandang mashlahah
lafaz manfa’at mursalah, hakikatnya adalah
satu, yaitu setiap manfaat yang
Bisa juga dikatakan be- di dalamnya terdapat tujuan
rasal dari mashdar al- syara’ secara umum, namun
mushalih yang mengan- tidak terdapat dalil yang secara
dung arti manfaat khusus menerima atau meno-
laknya
OBJEK AL-MASHLAHAH AL-MURSALAH

SECARA RINGKAS, DAPAT DIKATAKAN BAHWA AL-MASHLAHAH AL-MURSALAH ITU DIFOKUSKAN TER-
HADAP LAPANGAN YANG TIDAK TERDAPAT DALAM NASH; BAIK DALAM AL-QUR’AN MAUPUN AS-SUNNAH
YANG MENJELASKAN HUKUM-HUKUM YANG ADA OENGUATNYA MELALUI SUATU I’TIBAR. JUGA DI-
FOKUSKAN PADA HAL-HAL YANG TIDAK DIDAPATKAN ADANYA IJMA’ ATAU QIYAS ANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN TERSEBUT.
POSISI PARA ULAMA DALAM MASHLAHAH AL-MURSALAH

IMAM MALIK IMAM ABU HANIFAH


Berdasarkan pendapat Pendapat mahsyur yang
yang lebih kuat, diny- tertulis dalam berbagai
atakan bahwa tidak sah kitab adalah Abu Hanifah
mengambil masalah yang tidak memakai istishlah
menggunakan al-mashla- dan tidak mengganggap-
hah al-mursalah karena nya sebagai dalil syara’.
tidak ada dalil yang
mengisyaratkannya
ISTISHHAB
Secara harfiyyah, istishhab adalah hubun-
gan perkawinan.

Sedangkan menurut Ulama Ushul adalah


menetapkan suatu menurut keadaan se-
belumnya sampai terdapat dalil-dalil yang
menunjukkan perubahan keadaan atau men-
jadikan hukum yang telah ditetapkan pada
masa lampau secara kekal menurut
PENGERTIAN keadaannya sampai terdapat yang menun-
jukkan perubahannya.
Istishhab adalah akhir dalil syara’ yang di-
jadikan tempat kembali para mujtahid untuk KEHUJJAHAN
mengetahui hukum suatu peristiwa yang di-
hadapinya.

Istishhab juga telah dijadikan dasar bagi prin-


sip-prinsip syariat antara lain sebagai berikut “
asal sesutau adalah ketatapan yang ada
menurut keadaan semula sehingga terdapat
suatu ketetapan yang mengubahnya”

Sesuai dengan kaidah “asal segala sesuatu


itu adalah kebolehan”
Ulama Hanafiyyah, istishhab merupakan hujjah untuk
mempertahankan dan bukan untuk menetapkan apa-apa
yang dimaksudkan

Pendapat Istishhab bukanlah hujjah untuk menetapkan sesuatu yang


Ulama tidak tetap. Seperti misalnya tentang penetapan orang hi-
lang atau yang tidak diketahui tempat tinggalnya dan tem-
pat kematiannya, maka orang tersebut tetap ditetapkan
tidak hilang dan dihukumi sebagai orang hidup sampai
adanya petunjuk yang menunjukkan kematiannya
URF
‘Urf terdiri atas 2 macam yakni ‘urf sahih dan ‘urf fasid.

‘Urf sahih adalah sesuatu yang telah saling dikenal


oleh manusia dan tidak bertentangan dengan dalil
syara’, tidak menghalalkan yang haram dan juga tidak
membatalkan yang wajib.

‘Urf fasid adalah sesuatutu yang telah saling dikenal


PENGERTIAN manusia tetapi bertentangan dengan syara’ HUKUM ‘URF

MACAM-MACAM ‘URF
Secara harfiyyah adalah suatu keadaan, Telah disepakati bahwa ‘urf sahih itu harus
ucapan, perbuatan atau ketentuan yang dipelihara dalam pembentukan hukum dan
telah dikenal manusia dan telah menjadi pengadilan.
tradisi untuk melaksanakannya atau
meninggalkannya Diantara para ulama yang berkata “ adat
Atau sering dikenal dengan sebutan adat adalah syariat yang dikukuhkan sebagai
hukum”, begutu pula ‘urf menurut syara’
mendapat pengakuan hukum.

Adapun ‘urf fasid tidak diharuskan untuk


memeliharanya.
DZARI’AH
PENGERTIAN DZARI’AT

Pengertian Dzari’ah ditinjau dari segi bahasa adalah jalan menuju sesuatu.

Sebagian ulama mengkhususkan pengertian dzari’ah dengan sesuatu


yang membawa pada perbuatan yang dilarang dan mengandung kemud-
haratan.
Akan tetapi pendapat tersebut bertentangan dengan ulama ushul fiqh lainnya yang menyatakan
bahwa dzari’ah itu tidak hanya menyangkut sesuatu yang dilarang saja, tetapi ada juga tentang
sesuatu yang dianjurkan

SADD ADZ-DZARI’AT
Menurut Asy-Syatibi, Sadd Adz-Dzari’at adalah melaksanakan suatu pekerjaan yang semula mengandung
kemaslahatan menuju pada suatu kerusakan.

Contohnya, seseorang yang telah dikenakan wajib zakat, namun sebelum haull ia mengibahkan hartanya kepada anaknya
sehingga dia terhindar dari kewajiban zakat.. Hibah dalam Islam merupakan perbuatan baik, akan tetapi bila tujuannya
tidak baik (untuk menghindari bayar zakat), maka hukumnya dilarang.
MACAM-MACAM DZARI’AT

Dzari’ah dari Segi Kemafsadatan Dzari’ah dari Segi Kualitas Kemafsadatan


yang Ditimbulkan

Perbuatan yang membawa kepada suatu Perbuatan yang dilakukan tersebut mem-
kemafsadatan bawa kemafsadatan yang pasti.

Perbuatan yang boleh dilakukan karena


Suatu perbuatan yang pada dasarnya di- jarang mengandung kemafsadatan
bolehkan atau dianjurkan tetapi dijadikan
sebagai jalan untuk melakukan suatu Perbuatan yang dilakukan kemungkinan
perbuatan yang haram, baik disengaja besar akan membawa kemafsadatan
maupun tidak
Perbuatan yang pada dasarnya boleh di-
lakukan karena mengandung kemashla-
hatan, tepapi memungkinkan terjadinya
kemafsadatan
KEHUJJAHAN SADD ADZ-DZARIAT

Firman Allah SWT dalam Surat Al-An’am ayat 108

Hadist Rasulullah SAW


“Sesungguhnya sebesar-besar dosa besar adalah melaknat kedua orang tuanya. Lalu Rasulullah SAW ditanya,
“ Wahai Rasulullah bagaimana mungkin seseorang akan melaknat Ibu dan Bapaknya. Rasulullah SAW menjawab
“Seseorang yang mencaci maki ayah orang lain, maka ayahnya juga akan dicaci maki orang lain, dan seseorang
mencaci maki ibu orang lain, maka orang lain pun akan mencaci maki ibunya”

FATH ADZ-DZARI’AT
Ibnu Qayyim mengatakan bahwa adakalanya dzari’at itu dilarang yang disebut sadd adz-dzari’at dan ada
kalanya pula dianjurkan yang disebut fath adz-dzari’at.

Misalnya, meninggalkan segala aktivitas untuk melaksanakan shalat jum’at yang wajib.
MADHZAB SHAHABY
Columns Style
Keadaan Para Sahabat Sete- Kehujjahan Madzhab Shahaby
lah Rasulullah SAW dan Pandangan Para Ulama
Setelah rasulullah wafat, tampillah Sehingga, tidak diragukan lagi bahwa
para sahabat yang telah memiliki pendapat para sahabat dianggap se-
ilmu yang dakam dan mengenal fiqih bagai hujjah bagi umat muslim.
untuk memberikan fatwa kepada Terutama dalam hal yang tidak bisa
umat islam dan membentuk hukum. dijangkau akal. Karena pendapat
mereka bersumber langsung dari
Diantara mereka ada yang memodi- Rasulullah SAW.
fikasikannya bersama sunnah-sun-
nah, sehingga fatwa-fatwa mereka
dianggap sebagai sumber pemben-
tukan bukum yang disamakan den-
gan nash
SYAR’U MAN QABLANA
Hukum Syariah Sebelum Kita

Jika Al-Quran dan As-Sunnah yan sahih mengisahkan suatu hukum yang telah
disyariatkan pada umat yang terdahulu melalui para Rasul, kemudian nash tersebut
diwajibkan kepada kita sebagaimana diwajibkan kepada mereka, maka tidak di-
ragukan lagi bahwa syariat tersebut ditunjukkan juga kepada kita. Seperti di dalam
Surat Al-Baqarah ayat 183:

‫َي ا َأُّي َه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا ُك ِتَب َع َلْي ُك ُم الِّص َي اُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذيَن ِم ْن َقْب ِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َت َّتُقوَن‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa seba-
gaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa
THANK YOU
ANY QUESTION?

BERTANYALAH JIKA ADA YANG KU-


RANG DIPAHAMI

Anda mungkin juga menyukai