Anda di halaman 1dari 21

BAB VII

ANALISA SENSITIVITAS DAN BREAK


EVEN POINT
Analisa Sensitivitas adalah suatu analisa yang dilakukan
terhadap kelayakan ekonomi suatu proyek/perusahaan
terhadap parameter parameter investasi akibat
perubahan yang terjadi.
Berdasarkan cash flow yg ada paramerter meliputi :
- Investasi
- Benefit/Pendapatan
- Biaya/Pengeluaran
- Suku Bunga (i)
Tinjauan Sensitivitas

 Analisis sensitivitas dapat ditinjau atas dua perspesktif,


berikut.
 a. Sensitivitas terhadap dirinya sendiri, yaitu
sensitivitas pada kondisi break even point (titik pulang
pokok), yaitu saat NPV = 0, atau AE = 0,atau (Faktor
bunga)t = 0
 b. Sensitivitas terhadap alternatif lain, biasanya
ditemukan jika terdapat n alternatif yang harus dipilih
salah satunya untuk dilaksanakan.
Perhitungan sensitivitas
Contoh sensitivitas terhadap diri sendiri
Suatu investasi dengan perkiraan cash flow sebagai berikut.
Casf flow
Investasi 1000 jt
Annual Benefit 400 jt
Annual Cost 50 jt
Nilai Sisa 700 jt
Umur Investasi 4 th
Suku Bunga (i) 10%
Jika yang akan dianalisis
sensitivitas investasinya
n
Sensitivitas Investasi saat NPV = 0 atau  CF
t 10
t (FBP)t = 0

NPV = -1 + Ab (P/A,i,n) + S(P/F,i,n) - Ac(P/A,i,n)


0 = -1 + 400 (P/A,10,4) + 700 (P/F,10,4) - 50 (P/A,10,4)
0 = -1 + 400 (3,170) + 700 (0,6830) - 50 (3,170)
0 = -1+1587,6
1 = Rp 1587,6 juta
Artinya investasi sensitif padanilai Rp 1.587,6 juta, di mana jika biaya investasi
meningkat dari Rp 1.000 juta sampai Rp 1.587,6 juta investasi masih tetap layak,
namun jika kenaikan telah melampaui angka Rp 1.587,6 juta, maka investasi
dimaksud tidak layak lagi
Jika yang akan dianalisis
sensitivitas benefitnya: n
Sensitivitas investasi saat NPV = 0 atau X atau  CF (FBP)t = 0
t 0
t

NPV = -1 + Ab (P/A,i,n) + S(P/F,i,n) - Ac(P/A,i,n)


0 = -1000 + Ab (P/A,10,4) + 700 (P/F.10,4) - 50 (P/A,10,4)
0 = - 1000 + Ab (3,170) + 700 (0,6830) - 50 (3,170)
0 = 3,170 Ab-680,4
Ab = Rp 214,63 juta
Artinya Annual Benefit akan sensitif pada angka Rp 214,63 juta, jika realisasi
benefit lebih kecil dari angka tersebut, maka investasi menjadi tidak feasibel lagi.
Jadi, penurunan benefit hanya dibenarkan sampai angka Rp214,63 juta tersebut.
Jika yang akan dianalisis
sensitivitas operasional cost-nya:
n
Sensitivitas investasi saat NPV = 0 atau atau  CF
t 10
t (FBP)t = 0

NPV = -I + Ab (P/A,i,n) + S(P/F,i,n) – Ac (P/A,i,n)


0 = - 1000+400 (P/A, 10,4)+ 700 (P/F,10,4)-Ac (P/A,10,4)
0 = - 1000 + 400 (3,170) + 700 (0,6830) -Ac (3,170)
0 = 3,170 Ac + 746,1
Ac = Rp 235,36 juta

Artinya operational cost akan sensitif pada nilai Rp235,36 juta, apabila
peningkatan biaya operasional melebihi angka di atas, investasi yang sebelumnya
feasibel akan berubah menjadi tidak feasibel lagi.
Jika yang akan dianalisis sensitivitas suku
bunga (i):
Angka sensitivitas suku bunga sebetulnya adalah nilai IRR dari investasi tersebut,
karena IRR sendiri adalah saat NPV investasi sama dengan nol. Oleh karena itu,
prosedur mencari sensitivitas perubahan suku bunga sama dengan prosedur
mencari IRR investasi.
n
Sensitivitas investasi saat NPV = 0 atau atau  CF
t 0
t (FBP)t =0

NPV = -I + Ab (P/A,i,n) + S(P/F,i,n) - Ac(P/A,i,n)


0 = -1000 + 400 (P/A,i,4) + 700(P/F,i,4) - 50(P/A,i,4)
Dengan coba-coba memasukkan nilai "i" dicari nilai NPV mendekati nol:
Penyelesaian contoh diatas.
Jika i = 15%
NPV = - 1000 + 400 (P/A,15,4) + 700(P/F,15,4) -50(P/A,15,4)
NPV = - 1000 + 400 (2,855) + 700(0,5718) - 50(2,855)
NPV = Rp 399,51 juta
Jika i =20%
NPV = -1000 + 400 (P/A,20,4) + 700(P/F,20,4) - 50(P/A,20,4)
NPV = - 1000 + 400 (2,589) + 700(0,4823) - 50(2,589)
NPV = Rp 243,76 juta
Jika i = 30%
NPV = -1000 + 400 (P/A,30,4) + 700(P/F,30,4) - 50(P/A,30,4)
NPV = - 1000 + 400 (2,166) + 700(0,3501) - 50(2,166)
NPV = Rp 3,17 juta
Jika i = 40%
NPV = - 1000 + 400 (P/A,40,4) + 700(P/F,40,4) - 50(P/A,40,4)
NPV = - 1000 + 400 (1,849) + 700(0,2603) - 50(1,8
NPV = - Rp 170,64 juta

NPV
i = iNPV+ + (iNPV  iNPV )
| NPV  NPV |
3.17
i = 30% + (40%  30%)
3.17  170,64 |
i = 30% + 0,18%
i = 30,18%
Jadi, investasi akan sensitif pada kenaikan suku bunga melebihi
nilai 30,18%.
Apabila Umur Investasi tidak
sama dipakai AE
Suatu rencana investasi menyediakan tiga alternatif dengan perkiraan cash flow seperti tabel
berikut.
Alt A Alt B Alt C
Investasi 1000 jt 800 jt 1200 jt
Annual Benefit 400 jt 400 jt 300 jt
Annual Cost 50 jt 75 jt 50 jt
Nilai Sisa 700 jt 500 jt 400 jt
Umur Investasi 4 th 3 th 6 th
Suku Bunga (i) 10% 10% 10%
Penyelesaian
Karena umur masing-masing alternatif tidak sama, maka analisis evaluasi
sebaiknya dilakukan dengan metode Annual Ekuivalen (AE), yaitu
n
AE =  CF
t 0
t (FBA)t

AEA = -I (A/P,i,n) + Ab + S (A/F,i,n) - Ac


= - 1000 (A/P,10,4) + 400 + 700 (A/F,10,4) - 50
= - 1000 (0.3155) + 400 + 700 (0.2155) - 50
= Rp 185,35 juta
AE B = -1 (A/P,i,n) + Ab + S (A/F,i,n) - Ac
= - 800 (A/P,10,3) + 400 + 500 (A/F,10,3) - 75
= - 800 (0.4071) + 400 + 500 (0.3021) - 75
= Rp 154,32 juta
AEC = -I (A/P,i,n) + Ab + S (A/F,i,n) -Ac
= - 1200 (A/P.10,6) + 300 + 400 (A/F,10,6) - 50
= - 1200 (0.2296) + 300 + 400 (0.1296) - 50
= Rp 26,32 juta
Dari hasil perhitungan di atas, diketahui alt A > > alt B > > alt C. artinya, A menjadi
terbaik pertama dan B terbaik kedua, sehingga alt A dipilih sebagai kep utusan
pemilihan. Untuk itu, perlu dianalisis sejauh mana alternatif A sensitif terhadap
alternatif B jika satu parameter A berfluktuasi.
7.2. Analisis Break-Even
Point Investasi
 Untuk mengetahui pada kondisi bagaimana
pembangunan fasilitas investasi perlu
dilakukan sekaligus atau perlu dilakukan
secara bertahap, dan kalau bertahap kapan
tahap-tahapan tersebut sebaiknya dilakukan,
sehingga akan menghasilkan suatu investasi
yang optimal dan produktif, maka melalui
analisis break even investasi ini sebagian dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dapat
dijawab. Untuk itu, analisis break even point
menjadi penting untuk dipahami dalam
rangka melakukan analisis yang lebih
mendalam terhadap suatu rencana investasi
Contoh Soal :

 Suatu proyek investasi pembangunan fasilitas


produksi menyediakan dua alternatif metode
pembangunan, yaitu antara membangun fasilitas
dengan satu tahap (full capacity) atau
membangun dengan cara bertahap. Jika dibangun
untuk full capacity, diperlukan biaya investasi Rp
2 miliar, sedangkan jika dibangun dua tahap,
tahap pertama butuh biaya investasi 1,4 miliar
rupiah dan tahap kedua 1,7 miliar rupiah. Jika
semua fasilitas akan habis dalam waktu 40 tahun
dengan nilai sisa = 0, biaya operasi dan perawatan
relatif sama untuk kedua metode ana-lisislah
sejauh mana keputusan tersebut sensitif pada
suku bunga berjalan 8%/tahun.

Penyelesaian:

Karena faktor yang lain diasumsikan relatif sama, maka yang perlu mendapat
perhatian cukup biaya investasi saja, yaitu:
a. PWCA dari metode satu tahap adalah 2 miliar rupiah.
b. PWCB dua tahap konstruksi adalah:
PWCB = I1 + I2 (P/F,i,n)
= 1,4 + l,7(P/F,8,n)
Jika n = 8  PWCB = 1,4 + 1,7(0,5403) = Rp 2,318 miliar
Jika n = 10  PWCB = 1,4 + 1,7(0,4632) = Rp 2,187 miliar
Jika n = 12 PWCB = 1,4 + 1,7(0,3971) = Rp 2,075 miliar
Jika n = 15 PWCB = 1,4 +1,7(0.3152) = Rp 1,935 miliar
Gambar 7.1
Grafik BEP dari Dua Metode Pelaksanaan
Metode A akan sensitif terhadap metode B, jika PWCA = PWCB, di mana PWCB akan
sama jika I2 berada antara n = 12 dan 15 tahun yang akan datang.
Jika diinterpolasikan akan diperoleh:
2,075  2
n = 12 + (15-12) = 13,6 tahun = 14 tahun.
2,075  1,935
Kesimpulan: Alternatif sensitif pada umur proyek 15 tahun
Jika kapasitas maksimum dibutuhkan sebelum 14 tahun yang akan datang,
sebaiknya dibangun full capacity dari sekarang. Sebaliknya, jika kapasitas
maksimum akan dibutuhkan setelah 14 tahun yang akan datang, sebaiknya
fasilitas dibangun dua tahap, yaitu tahap pertama sekarang dan tahap kedua 14
tahun yang akan datang.
 Jika soal di atas asumsi biaya operasionalnya diganti, di mana
biaya operasional untuk alternatif full capacity tahun pertama
200 juta rupiah dan tiap tahun meningkat gradient 25 juta
rupiah/tahun, sedangkan biaya operasional untuk
pembangunan bertahap, tahun pertama 120 juta rupiah dan
meningkat gradient 20 juta rupiah/tahun, akan dihitung
sensitivitas alternatif pada suku bunga 10%/tahun.
Penyelesaian
Alternatif A
Present Worth of Cost dicari untuk umur yang berbeda, yaitu:
PWCA = IA + Ac (P/A,i,n) + G (P/G,i,n)
PWCA = 2000 + 200 (P/A,i,n) + 25 (P/G,i,n)
Jika n = 5  PWCA = 2000 + 200(3,791) + 25 (6,862)
= Rp 2929,75 juta
Jika n = 6  PWCA = 2000 + 200 (4,355) + 25 (9,684)
= Rp 3113,1 juta
Jika n = 7  PWCA = 2000 + 200(4,868) + 25 (12,763)
= Rp 3292,67 juta
Jika n = 8  PWCA = 2000 + 200(5,335) + 25 (16,029)
= Rp 3467 juta
Jika n = 9  PWCA = 2000 + 200(5,759) + 25 (19,421)
= Rp 3637,32 juta
Jika n = 10  PWCA = 2000 + 200(6,144) + 25 (22,891)
= Rp 3801 juta
Alternatif B
Present Worth of Cost dicari untuk umur yang berbeda, yaitu :
PWCB = IB1 + Ac (P/A,I,n) + G (P/G,I,n) + I B2 (P/F,I,n)
PWCB = 1400+120 (P/A,i,n)+20 (P/G,i,n) + 1700 (P/F,i,n)
Jika n = 5  PWCB = 1400+120(3,791)+20(6,862)+ 1700 (0,6209)
= Rp 3047,69 juta
Jika n = 6 PWCB = 1400+120(4,355)+20 (9,684) + 1700 (0,5645)
= Rp3075,93 juta
Jika n = 7 PWCB = 1400+120(4,868)+20(12,763) + 1700 (0,5132)
= Rp 3111,86 juta
Jika n = 8  PWCB = 1400+120(5,335)+20(16,029)+ 1700 (0,4665)
= Rp 3153,83juta
Jika n = 9  PWCB = 1400+120(5,759)+20(19,421) + 1700 (0,4241)
= Rp 3200,47 juta
Jika n = 10  PWCB = 1400+120(6,144) +20 (22,891) + 1700 (0,3855)
= Rp 3250,45 juta
Dengan memasukkan nilai PWC dari masing-masing alternatif pada Grafik 6.2
berikut, diperoleh titik potong (BEP) antara kedua alternatif pada tahun ke 5,7
atau dibulatkan saja pada tahun ke-6.
Gambar 7.2
Grafik BEP dengan Memasukkan Variabel Biaya Operasional
 Kesimpulan:
 Jika kebutuhan full capacity sebelum tahun ke-6 sebaiknya
dilakukan pembangunan dengan kapasitas maksimum
sekarang, sebaliknya jika kebutuhan full capacity setelah tahun
ke-6, sebaiknya fasilitas dibangun bertahap, yaitu tahap
pertama sekarang dan tahap kedua setelah tahun ke-6.

Anda mungkin juga menyukai