Anda di halaman 1dari 12

Disampaikan oleh :

Drs. YAYA
Kasi Peserta Didik dan Pembangunan Karakter
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur
 Peraturan Bersama antara Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, Menteri Agama Republik
Indonesia, dan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 6/X/Pb/2014

Tentang Pembinaan dan Pengembangan


Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah
a) Menetapkan kebijakan teknis dalam pembinaan
dan pengembangan UKS/M melalui kurikuler dan
ekstrakurikuler;
b) Menetapkan standar, prosedur, dan pedoman
pelaksanaan UKS/M;
c) Mengembangkan metodologi pendidikan dan
pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat
melalui beberapa pendekatan dan pembiasaan ;
d) Menyusun, menggandakan, dan
mendistribusikan pedoman pendidikan
kesehatan dan buku-buku UKS/M lainnya untuk
memenuhi kebutuhan sekolah di bawah binaan
Dinas Pendidikan & Kebudayaan;
e) Memfasillitasi Menyediakan fasilitas UKS/M yang
meliputi sarana prasarana berupa ruang UKS/M
beserta peralatan yang dibutuhkan;
f) Membantu pelaksanaan penjaringan kesehatan
dan pemeriksaan berkala di semua sekolah
bekerjasama dengan Puskesmas
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
melakukan Pembinaan dan Pengembangan
UKS/M meliputi :
g) Melaksanakan pengendalian faktor resiko
lingkungan di sekolah;
h) Melaksanakan komunikasi informasi dan
edukasi (KIE) tentang lingkungan Sekolah
sehat;
i) Mengembangkan model Sekolah Sehat.
1. Melaksanakan koordinasi dengan
stakeholder terkait
2. Melakukan koordinasi dengan Penyedia
atau distributor tentang
distribusi/pemberian Tablet Tambah
Darah.
3. Mengadakan pemantauan ke sekolah.
1) Mengusulkan data remaja putri calon penerima
Tablet Tambah Darah ke Instansi Terkait

2) Melakukan pengawasan pelaksanaan pemberian


Tablet Tambah Darah pada remaja putri.

3) Menentukan hari pemberian Tablet Tambah


Darah pada siswi remaja putri di sekolah
masing-masing sesuai petunjuk teknis.
 Guru sebagai pendidik, diharapkan pada setiap
kesempatan dapat secara langsung memberikan
pengetahuan kepada anak didiknya terutama
Remaja Putri tentang pentingnya mencegah dan
mengobati anemia sedini mungkin.
 Pendidikan gizi dan kesehatan di
Sekolah/Madrasah dapat diintegrasikan pada mata
pelajaran : Biologi, IPA, Penjaskes (Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan).
 Kegiatan UKS, PMR serta Saka Bhakti Husada dapat
memberikan penyuluhan tentang anemia.
 Guru dapat mengadakan komunikasi dengan orang
tua murid agar memperhatikan pula status gizi dan
kesehatan putrinya.
 Tokoh masyarakat seperti Ketua Organisasi, Pimpinan
Kelompok, Kader serta petugas lain di luar kesehatan sangat
berperan dalam memberikan penyuluhan dan motivasi
kepada masyarakat, khususnya kelompok Remaja Putri agar
selalu menjaga kesehatannya dengan mencegah dan
mengobati anemia.

 Penyuluhan gizi dan kesehatan di luar sekolah dapat


dilaksanakan melalui kegiatan Karang Taruna, Remaja Masjid,
Majelis Ta’lim, PKK dan lain-lain.
 Menurunkan daya tahan tubuh
 Menurunkan konsentrasi belajar dan fungsi kognitif ( IQ
total, OQ verbal, analisis verbal dan membaca)
 Anak tidak anemia memiliki nilai matematika yang lebih tinggi
dibandingkan anak anemia
 Anemia menyebabkan kemampuan mental yang rentan,
kemampuan aritmatika yang rendah.
 Anak dengan defisiensi besi mengalami penurunan tingkat
kecerdasan 5 – 10 IQ poin
 Menurunkan prestasi akademik  hasil penelitian setiap
kenaikan Hb 1 g/dL  prestasi belajarnya naik 2,3 kali
 Menurunkan produktivitas kerja karena cepat lelah
 Jangka panjang  bila menjadi ibu maka akan menyebabkan
hamil dalam kondisi anemia
 Bayi lahir prematur
 Perdarahan
 Abortus
 Kematian ibu dan kematian janin
 Kebutuhan tubuh yang meningkat sejalan
dengan pertumbuhan seseorang yang
tidak diimbangi dengan pemasukan yang
cukup
 Adanya penyakit kronis
 Kehilangan darah akibat menstruasi
 Infeksi cacing
 Intake yang kurang

Anda mungkin juga menyukai