Anda di halaman 1dari 36

IMUNISASI UNTUK

MELINDUNGI ANAK
SEKOLAH
Raihan
Satgas Imunisasi-
IDAI
Dr. dr. Raihan, Sp.A
(K) Divisi Infeksi dan Penyakit Tropik
Kepala
Bagian/KSM Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Syiah Kuala/RSUD dr. Zainoel
Abidin

Pendidikan:
Pendidikan Dokter, FK Universitas Syiah Kuala
(1996) Spesialis Anak, FK Unair (2009)
Konsultan Infeksi dan Penyakit Tropik, FKUI
(2015)
Doktor. FK Unpad (2020)

Organisasi:
Anggota Satgas Imunisasi
IDAI Anggota KOMDA KIPI
Outline
• Bahaya penyakit Campak, Rubella, Difteri, Tetanus, Kanker
Leher Rahim
• Peran imunisasi
• Imunisasi anak sekolah: MR, DT, Td, HPV
• Manfaat dan keamanan vaksin Campak Rubella, Difteri,
Tertanus, Kanker Leher Rahim
Bahaya Penyakit Campak

• Penyakit yang disebabkan oleh


virus (morbilli virus), sangat
menular
• Gejala: demam tinggi, batuk pilek,
mata merah/keluar kotoran, pada
hari ke-4 keluar ruam kemerahan
dimulai dari wajah, badan hingga Komplika
ke kaki  ruam berubah menjadi si
kehitaman
Bahaya Penyakit


Rubella
Penyakit virus akut, sangat menular, menyerang semua usia
Cara penularan: kontak langsung percikan ludah (droplet)
• Masa inkubasi 14-21 hari, masa penularan 7 hari sebelum sampai 7
hari sesudah timbul ruam
• Gejala: demam ringan, ruam merah mirip campak 2-3 hari hilang
sendiri,
pembesaran kgb di belakang terlinga, leher belakang dan sub
oksipital.
Congenital Rubella Syndrome/CRS
Bay Ibu hamil
Anak Dewasa
BILAi RUBELA TERJADI PADA:
Katarak Kelaianan
jantung
Tuli, implant cochlear

>> hanya demam sering nyeri Terutama trimester I kehamilan: abortus atau bayi lahir
ringan/ tanpa gejala  atau pegal di cacat (jantung bocor, katarak, tuli, developmental delay)
sering tidak sendi  Congenital Rubella Syndrome/CRS
(artritis/atralgia
terlaporkan
Bahaya Penyakit JENIS
Tenggorokan, DIFTERI
Difteri
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Difteri yang menyerang semua usia, dan
amandel
Hidung
menyebabkan sesak napas &
kematian

GEJAL
A:
• Suara serak
• Sakit tenggorokan
• Nyeri menelan
• Sulit
bernapas/sesak/sumbat Leher
jalan napas atas suara bengkak
mendengkur
• Pembesaran kelenjar
getah bening di Kulit
leher/bengkak
• Demam Mata
• Tenggorokan dan amandel
Komplikasi
Difteri
• Kelainan
• Paralisis saraf • Penyembuhan
denyut jantung
lokal: palatum • Istirahat
• Mudah tersedak
molle. • Suara sengau
• Paralisis nerve Mgg IV
cranialis:
diplopia, Mgg III
strabismus
• Kelainan denyut • Lengkapi
• Demam • Miokarditis imunisas
jantung
• Nafas berbunyi • Neuritis i
• Pembesaran Mgg II • Acute kidney injury
kelenjar leher • Obtruksi jalan
Mgg I nafas
• Miokarditis
• Block
• Sumbatan
jalan nafas Angka
• Kematian • anak <5 tahun: 5%-10%
kematian
karena (sufokasi)
hipoksia • dewasa > 40 tahun : 20%
Anak laki-laki, 8 tahun 9 bulan,
tidak pernah imunisasi
Bahaya Penyakit
Tetanus
Bahaya Human Papilloma Virus
(HPV)
• HPV merupakan penyebab dari berbagai macam kanker yang salah
satunya adalah kanker serviks/kanker leher rahim
• Kanker leher Rahim:
• Kanker tersering yang disebabkan oleh virus HPV.
• Di dunia: peringkat ke-2 penyebab kematian terbanyak pada
wanita setelah kanker payudara.
• Hal inilah yang semakin meningkatkan kebutuhan masyarakat
akan vaksinasi HPV.
• Infeksi HPV bisa terjadi pada semua kelompok
usia:
• namun tertinggi pada remaja dan dewasa awal
• Risiko infeksi terus berlanjut pada usia dewasa
dan tua
Penyakit-penyakit berbahaya yang menimbulkan kecacatan & kematian 
menular ke banyak anak, bisa muncul berulangkali dan menimbulkan
wabah

Difteri Tetanus anak/tetanus neonatorum-bayi

Rubela/Congenital Rubella Synd-CRS Kanker serviks/kanker leher rahim


a Diphtheria b Capsular group C meningococcus
Introduction of 1,800
80,000 vaccination 1,600
Introduction of
(1940) 1,400

Imunisasi –
70,000 vaccination

Notification
60,000 1,200 (1999)

Number of
50,000 1,000
40,000 800

cases
kematian anak –
30,000 600

s
20,000 400
10,000 200
0 0
1914 1924 1934 1944 1954 1964 1974 1984 1994 2003

WHO
9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3
99 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 01 01 1 01
Year 8/1 9/2 0/2 1/2 2/2 3/2 4/2 5/2 6/2 7/2 8/2 9/2 0/2 1/20 2/2
9 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
19 19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Year

c Polio d Haemophilus infiuenzae type B


1,000 Introduction of
o Imunisasi: upaya pencegahan paling efektif 900
800
vaccination
(1992)

untuk mencegah penyakit yang dapat


7,000 700
Introduction of 600
6,000

Laboratory
vaccination

Notification
5,000 (1956) 500

dicegah dengan imunisasi (PD3I)

reports
4,000 400
3,000 300
2,000 200

s
1,000 100
o 2-3 juta jiwa terselamatkan setiap tahun 0 0
1912 1922 1932 1942 1952 1962 1972 1982 1992 2006 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05
19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 20 20 20 20 20 20
Year Year
o Penurunan angka kematian anak di e Measles f Pertussis
900,000

bawah usia 5 tahun 800,000


700,000
Introduction of
vaccination
200,000
180,000

Notification
(1968)
 93 kematian per 1.000 kelahiran 160,000

Notification
600,000 Introduction of
140,000
500,000 vaccination
120,000
hidup
pada tahun 1990  39 kematian per 400,000 100,000
(1950s)

s
80,000

s
300,000
60,000
1.000
kelahiran hidup pada
200,000
100,000
40,000
20,000

2018 0 0

1940
1944
1948
1952
1956
1960
1964
1968
1972
1976
1980
1984
1988
1992
1996
2000
2004
2008
2012
1950
1953
1956
1959
1962
1965
1968
1971
1974
1977
1980
1983
1986
1989
1992
1995
1998
2001
2004
2007
2010
2013
2016
Year Year
Slide: dr. Nina Dwi Putri, SpAK , Simposium & Workshop AAP-PP IDAI-IDAI Aceh April
Keberhasilan Program
Imunisasi

Tahun 1980 27 Maret 2014 Mei 2016


Eradikasi penyakit cacar Sertifikasi bebas Eliminasi Maternal
(variola)  imunisasi polio Neonatal Tetanus
cacar distop
IMUNISASI
PADA ANAK
SEKOLAH
Panak usia SD/MI
Bayi usia 0-11 bulan Anak usia 12-24 bulan sederajat
Imunisasi dasar lengkap Imunisasi lanjutan Baduta Imunisasi lanjutan
• HB0 1 dosis • DPT-HB-Hib 1 dosis
• BCG 1 dosis • MR 1 dosis • Kelas 1 SD/
• DPT-HB-Hib 3 dosis • PCV 1 dosis MR 1 dosis, DT 1 dosis
sederajat:
• Polio tetes (bOPV) 4 dosis • Kelas 2 dan kelas
• PCV 2 dosis SD/sederajat:
5 Td 1 dosis
• RV 3 dosis* • Siswi
• Polio suntik (IPV) 1 dosis
kelas 5 dan
• Campak Rubela 1 dosis SD/sederajat: HPV 6
dosis 1
Mengapa perlu
BIAS
• Titer antibodi dari vaksin balita mulai menurun sehingga diperlukan
dosis penguat
• Sebagian anak belum mendapat vaksin lengkap saat balita
mempunyai kesempatan untuk catch up immunization (imunisasi
kejar)
• Anak sekolah bisa menjadi sumber penularan bagi bayi, orang
dewasa, dan lansia
• Beberapa penyakit muncul/berisiko pada usia dewasa (HPV)
• Sekolah kelompok yang mudah dijangkau
Sasaran, Jenis, dan Jadwal Pemberian Imunisasi Anak
Sekolah
Vaksin Measles Rubella
(MR)
• Diberikan kelas 1 SD, bulan Agustus
• Suntikan subkutan, di lengan, 0.5 mL
• Kontraindikasi:
• Sakit  tunda
• Gizi buruk, dalam terapi rutin  konsul dokter yang menangani
• Sangat aman, efek samping sebagian besar ringan
• Bengkak, kemerahan, dan sakit di tempat suntikan  hilang sendiri 1-2 hari
(<10%)
• Demam (muncul mulai hari ke5-7, lama 1-2 hari) 10%
• Rash kemerahan
Vaksin DT,
Td
• Diberikan bulan November
• DT untuk anak kelas 1 (usia ≤7 tahun)
• Td untuk anak kelas 2 dan 5 (usia ≥8 tahun)
• Intramuskuler di lengan, 0.5 mL
• Sangat aman, efek samping:
• Demam ringan dalam 1-2 hari (<10%)
• Bengkak, nyeri, kemerahan tempat suntikan (<10%)
Vaksin
HPV
• Diberikan 2 kali, perempuan kelas 5 dan 6 SD
• Intramuskuler
• Untuk mencegah kanker leher rahim
• Penyebab utama kematian kanker pada wanita
• Setiap menit ada satu wanita meninggal karena kanker leher Rahim
• Efek samping (penelitian Prof Hindra Irawan Satari dkk, publikasi 2019):
• 500 anak perempuan SD kelas 6 dari 20 sekolah di Jakarta, menerima dosis ke-
2 qHPV
• Diamati reaksi local dan sistemik setelah imunisasi pada 30 menit, 72 jam, hingga
28 hari
• KIPI ringan, paling banyak: nyeri dan kemerahan di tempat suntikan
Kesimpula
n
• Banyak penyakit berbahaya yang menimbulkan kecacatan &
kematian, dapat menular ke banyak anak, bisa muncul berulangkali
dan menimbulkan wabah, yang sebenarnya dapat dicegah dengan
imunisasi.
• Anak sekolah termasuk kelompok berisiko mengalami infeksi Campak,
Rubella, Difteria, dan menjadi sumber penularan bagi yang lain.
• Imunisasi pada anak sekolah bertujuan mempertahankan tingkat
kekebalan dan untuk memperpanjang masa perlindungan anak yang
sudah mendapat imunisasi dasar
• Vaksin untuk BIAS terdiri dari vaksin DT, DT, Td, MR, dan HPV yang
sudah terbukti aman.
Terima kasih
Jadwal
Imunisa
si IDAI
Umur Imunisasi

<24 jam Hepatitis B-O

1 bulan BCG, OPV-1

2 bulan DPT-HB-Hib 1, OPV 2 + PCV 1

3 bulan DPT-HB-Hib 2, OPV 3 + PCV 2

Program 4 bulan DPT-HB-Hib 3, OPV 4 + IPV-1

Imunisasi 9 bulan MR 1, IPV-2 (daerah ttt)

Nasional 10 bulan

12 bulan
JE (Bali)

PCV 3

18 bulan MR 2, DPT-HB-Hib 4
SD kl 1 DT, MR

SD kl 2 Td

Imunisas SD kl 5 Td, HPV1


i ganda
SD kl 6 HPV2
REKOMENDASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI
UN TUK MELENGKAPI IMUN ISASI A N AK
Jenis-jenis
Vaksin
Live Attenuated Vaccine:

• Mengandung virus atau bakteri hidup yang dilemahkan sehingga tidak menyebabkan
penyakit serius pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat
• Karena vaksin hidup yang dilemahkan adalah hal yang paling dekat dengan infeksi alami
(“guru” yang baik untuk sistem kekebalan tubuh)
• Contoh: vaksin campak, gondong, dan rubella (MMR) dan varicella (cacar air)

Non-Live Attenuated Vaccine:

• Vaksin ini dibuat dengan cara menonaktifkan atau membunuh kuman selama proses
pembuatan vaksin.
• Contoh: vaksin polio inaktif
• Beberapa dosis diperlukan untuk menimbulkan dan/atau mempertahankan
kekebalan.
Vaksin toksoid
• mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri penghasil toksin (racun) di dalam tubuh
• Pembuatan vaksin: toksin dilemahkan sehingga tidak dapat menimbulkan penyakit
• Racun yang dilemahkan disebut toksoid
• Ketika sistem kekebalan menerima vaksin yang mengandung toksoid, ia belajar bagaimana melawan
toksin alami
• Contoh: Vaksin DTaP mengandung toksoid difteri dan tetanus.

Vaksin subunit
• hanya mencakup bagian dari virus atau bakteri, atau subunit, bukan seluruh kuman
• Karena vaksin ini hanya mengandung antigen esensial dan tidak semua molekul lain yang menyusun
kuman, efek sampingnya lebih jarang
• Komponen pertusis (batuk rejan) dari vaksin DTaP adalah contoh vaksin subunit.

Vaksin konjugat
• Melawan jenis bakteri yang memiliki antigen dengan lapisan luar zat seperti gula yang disebut
polisakarida
• Polisakarida menyamarkan antigen, mempersulit sistem kekebalan anak yang belum matang untuk
mengenalinya dan meresponsnya
• Efektif untuk jenis bakteri ini karena menghubungkan (atau mengkonjugasi) polisakarida dengan antigen
yang direspons dengan sangat baik oleh sistem kekebalan
• Konjugasi membantu sistem kekebalan yang belum matang bereaksi terhadap lapisan dan
mengembangkan respons kekebalan
• Contoh: Haemophilus influenzae tipe B (Hib)
HP
V
• Vaksin HPV adalah vaksin untuk mencegah penyakit yang disebabkan
oleh virus HPV. Virus tersebut dapat menginfeksi manusia pada sel
epitel di kulit dan membran mukosa (salah satunya adalah daerah
kelamin), dan dapat menyebabkan keganasan atau kanker.
• Virus ini memiliki banyak tipe: tipe HPV 16 dan 18 yang paling sering
ditemukan di seluruh dunia dan diketahui sebagai penyebab 70%
kasus keganasan di serviks/leher rahim wanita. Tipe HPV 6 dan 11
diketahui sebagai penyebab dari 90% kasus kutil kelamin. Cara
penularannya terutama melalui kontak atau hubungan seksual.
• Virus HPV dapat menyerang laki-laki dan perempuan. Pada daerah
kelamin, kanker dapat terjadi pada leher rahim, vulva atau bibir
vagina, vagina, dan penis, sedangkan pada daerah non-kelamin,
kanker juga dapat terjadi pada bagian mulut dan saluran napat atas.
• Kanker leher Rahim: kanker tersering yang disebabkan oleh virus HPV. Di
dunia: menduduki peringkat ke-2 penyebab kematian terbanyak
pada
wanita setelah kanker payudara. Hal inilah yang semakin
meningkatkan kebutuhan masyarakat akan vaksinasi HPV.
• Bivalen
Di Indonesia, ada 2 jenis
mengandung vaksin
2 tipe virusHPV:
HPVbivalen dan18)
(16 dan tetravalen yangmencegah
yang dapat beredar.
kanker leher rahim, sedangkan tetravalen mengandung 4 tipe virus
(6,11,16,dan 18) yang dapat mencegah sekaligus kanker leher rahim dan
HPV
juga kutil kelamin atau genital ward.
• Pemberian vaksin HPV di Indonesia pada remaja perempuan mulai usia 10
tahun ke atas sedangkan di luar negeri vaksinasi HPV juga disarankan untuk
remaja laki-laki.
• Pada remaja: penyuntikan vaksin dilakukan secara IM di otot bahu
yang
terbesar, 3 kali: bulan 0, lalu 1 atau 2 bulan setelah penyuntikan pertama
tergantung jenis vaksin (bivalen atau tetravalen), dan terkahir 6
bulan setelah penyuntikan pertama.
• Apabila ada jadwal pemberian vaksin yang terlewat karena sakit atau hal
lain maka pemberian vaksin tidak harus diulang dari awal, cukup dengan
melengkapi dosis yang tertinggal tersebut.
• Anggapan: vaksinasi HPV pada anak tidak perlu diberikan karena pada usia
tsb hubungan seksual belum dilakukan. Namun, sebenarnya justru harus
diberikan sebelum seseorang berhubungan seksual. Akan terlambat jika
baru diberikan saat seseorang sudah melakukan hubungan seksual, karena
bisa saja orang tsb sudah terinfeksi HPV.
• Manfaat lain: pemberian vaksin hanya membutuhkan 2 dosis untuk usia
10-13 tahun, sedangkan untuk usia 16-18 tahun/remaja akhir pemberian
vaksin membutuhkan 3 dosis. Berdasarkan penelitian, pemberian vaksin
HPV 2 dosis pada usia 10-13 tahun terbukti membentuk kadar antibodi
yang tidak lebih rendah dibandingkan dengan pemberian 3 dosis pada usia
16-18 tahun.
• Melihat manfaat vaksin HPV dalam mencegah keganasan, amatlah berguna
untuk melakukan vaksin HPV pada remaja perempuan. Vaksin HPV dapat
ditemukan di klinik/RS terdekat, saat ini vaksin HPV belum tersedia di
Puskesmas karena belum termasuk program imunisasi nasional. Namun
vaksin HPV telah diberikan pada anak sekolah perempuan kelas 5 dan 6 di
beberapa kota secara cuma-cuma.

Anda mungkin juga menyukai