Anda di halaman 1dari 11

COPING STRESS &

KECEMASAN

Dosen Pengampu : Indah Verawati, S.Psi.,M.A


Anggota Kelompok
1.RYEZA AARON NAIPOSPOS ( 6213121095 )
2.RONAL RAJAGUKGUK ( 6213121110 )
3.SURYA SINAGA ( 6213121098 )
4.BREVENSIUS SIRUMAPEA ( 6213121079 )
latar belakang
Setiapatletmemilikitujuan yang sama, yaitumengukirprestasiterbaik di
ajang yang merekaikuti.
Makadariituatletdituntutuntukmeningkatkanprofesionalismedanmemfokusk
andiriselamamasapelatihansebelumpertandingan. Hal
inidenganharapandapatmencapaitujuan yang
telahditargetkanbaikdaridirisendirimaupundariparapelatihdaninstansiolahra
ga. Tetapitidaksemuaatlet di Indonesia hanyaberprofesisebagaiatlet,
sebagianbesardarimerekaadalahpekerjadanpelajar. Hal
initidakhanyadirasakanpenulis, saatmenjadiatlet di usiasekolah.
pembahasan
A. Indikator coping stres
Lazarus dan Folkman membagi
penyelesaian masalah menjadi dua yaitu
Problem Focused Coping dan Emotion
Focused Coping (dalam Intani dan
Surjaningrum, 2010):
b. stress
1. Definisi Stress Lazarus dan Folkman mengartikan stress secara luas
adalah sebagai sebuah hubungan antara seseorang dengan
lingkungannnya yang dinilai melebihi kemampuan dan mengancam
hidupnya (Wibawa dan Widiasavitri, 2013).

2. Jenis-Jenis Stress Quick dan Quick (dalam Almasitoh, 2012) mengkategorikan jenis stress
menjadi dua, yaitu: 1) Eustress, adalah akibat positif yang ditimbulkan oleh stress yang berupa
timbulnya rasa gembira, perasaan bangga, menerima sebagai tantangan, merasa cakap dan
mampu, meningkatnya motivasi untuk berprestasi, semangat kerja tinggi, produktivitas tinggi,
timbul harapan untuk dapat memenuhi tuntutan pekerjaan, serta meningkatnya kreativitas dalam
situasi kompetitif. 2) Distress, adalah akibat negatif yang merugikan dari stress, misalnya
perasaan bosan, frustasi, kecewa, kelelahan fisik, gangguan tidur, mudah marah, sering
melakukan kesalahan dalam pekerjaan, timbul sikap keragu?raguan, menurunnya motivasi,
meningkatnya absensi, serta timbulnya sikap apatis.
3. Penyebab Stress Lazarus dan Folkman (1984) yang juga
menjadi penyebab dari tingkat stress adalah penilaian primer
(primary appraisal) dan penilaian sekunder (secondary appraisal).
Dimana penilaian ini dilakukan secara kognitif saat individu
merespon sebuah stress yang dihadapi. Wade dan Travis (2007),
menyatakan sumber stress yang mengganggu kehidupan
seseorang yaitu: masalah pekerjaan, kebisingan, duka dan
kehilangan, kemiskinan, ketidakberdayaan dan status rendah
Menurut Sarafino (Smet dalam Widiani, 2011) membedakan
sumber- sumber stress terbagi menjadi tiga bagian yaitu: a)
Sumber-sumber stress di dalam diri seseorang, b) Sumber-
sumberstress di dalam keluarga, c) Sumber-sumberstress di dalam
komunitas
c. defenisi kecemasan
Weinberg & Gould (2007) mengemukakan
Kecemasan adalah bentuk emosi negatif yang
ditandai dengan kegelisahan, rasa khawatir, dan
ketakutan yang berhubungan dengan
kegairahan.

Kecemasan yang merupakan tingkat kegairahan


fisik yang disadari dan di sebabkan faktor
eksternal disebut state anxiety atau kecemasan
situasional/eksternal
D. mengenali tanda-tanda
kecemasan
Untuk mendeteksi secara akurat tingkat kecemasan individu,
perlu diketahui berbagai tanda dan gejala peningkatan stres dan
kecemasan, antara lain:
Kecemasan berpengaruh terhadap diri 1) Dingin, tangan lembab
seseorang baik berupa gangguan fisiologis dan 2) Frekuensi buang air kecil meningkat
non fisiologis. Beberapa ahli menjelaskan 3) Keringat berlebihan
bahwa kecemasan mengakibatkan gangguan. 4) Penghargaan diri sendiri rendah
5) Terlihat bingung
6) Peningkatan ketegangan otot
7) Mual
8) Tidak enak badan
9) Pusing
10) Mulut kering
11) Merasa sakit
12) Sulit tidur
13) Sulit berkonsentrasi
14) Penampilan menurun
Kesimpulan
Kecemasan merupakan gangguan mental yang bisa tiba-tiba datang pada setiap atlet,
kecemasan bisa datang dari dalam maupun dari luar seorang atlet. Kecemasan dapat
dihilangkan ataupun diminimalisir kedatangannya. Bayak cara yang dapat dilakukan
oleh seorang atlet untuk mengurangi rasa cemas maupun menghilangkan rasa cemas.
Cara mengurangi kecemasan yaitu dengan fokus mengontrol emosi, berpikir praktis,
fokus pada pertandingan, terus bergerak, serta berpikir positif. Hal tersebut mampu
membantu atlet mengurangi rasa cemas dalam menghadapi pertandingan. Sedangkan
coping stress adalah usaha yang dilakukan seseorang ataupun si atlit untuk mengatasi
tekanan sedangkan resilience biasanya dikaitkan dengan bagaimana atlit tersebut dapat
melakukan hal lain saat dia merasa tertekan. Kemudian untuk dapat lepas dari stress
yang mengikat adalah adanyan dukungan sosial dari orang orang terdekat

Anda mungkin juga menyukai