Anda di halaman 1dari 59

Security Awareness Traning For Seafer With

Designeted Security Duties Course (SDSD)


1. IKHTISAR DIKLAT (COURSE OVERVIEW)
Diklat ini bertujuan untuk membina kesadaran orang-orang yang bekerja di bidang
maritim atas pengamanan kapal dan muatannya. Diklat ini SDSD ini di dasarkan pada
peraturan dalam negeri dan Konvensi Internasional dan Peraturan lainnya., sebagaimana
didefinisikan dalam STCW section A-V/5, A-VI-/VI dan dalam tugas khusus dan tanggung
jawabnya sehubungan dengan keamanan kapal, untuk melaksanakan dan mempertahankan
Rencana Keamanan Kapal (Ship Security Plan) dan untuk berhubungan dengan Petugas
Keamanan Perusahaan (Company Security Officer (CSO)) serta dengan Petugas Keamanan
Fasilitas Pelabuhan (Port Facility Security Officers (PFSO)). Latar belakang diadakannya
pelatihan Petugas Keamanan Kapal (Ship Security Officer) adalah adanya ancaman-ancaman
yang terjadi dilingkungan laut (maritime threats).
2. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI

1. Personal yang menerima pelatihan ini harus merasakan realitas masalah


keamanan saat ini yang meliputi Pembajakan, Tererisme, Penyelundupan,
pencurian mutan dan kerusakan jaminana
2. Personil di kapal dan di Pelabuhan mampu mengidentifikasi , mencegah atau
mengurangi ancaman keamanan melalui perencanaan yang tepat, persiapan dan
koordinasi dengan berbagai pihak
3. Melakukan Kewajiban pengamanan yang ditetapkan pada ISPS Code
Materi Ajar SDSD

 The ISPS Code


 Ancaman untuk industri transportasi maritim
 Definisi keamanan maritim
 Peran dan tanggung jawab keamanan
 Persyaratan keamanan perusahaan dan Kapal
 Tingkat ancaman keamanan
 Langkah-langkah keamanan dan prosedur
JENIS GANGGUAN KEMANANAN
MARITIM
1. PIRACY AND ARMED ATTACKS ( PEMBAJAKAN DAN SERANGAN
BERSENJATA)
2. TERRORISM (TERORIS)
3. CONTRABAND SMUGGLING (PENYELUNDUPAN)
4. STOWAWAYS AND REFUGEES (PENUNMPANG GELAP DAN
PENGUNGSIAN)
5. CARGO THEFT (PENCURIAN MUATAN)
6. COLLATERAL DAMAGE (KERUSAKAN BERSAMAAN) / PERUSAKAN
KAPAL DAN ALAT KAPAL
Piracy & Robberies (Pembajakan)
Pembajakan
 Pembajakan tindakan ilegal berupa penyerangan , penahanan atau
penyanderaan crew atau penumpang pada kapal atau pewawat, yang di
arahkan untuk :
 Menyerang kapal di lautan atau menyerang orang atau perlatan di kapal
 Menyerang kapal di luar yurudis suatu negara

Kerugian : Kerugian Materi


Terganungungya perdagangan
Meningkatnya biaya operasi kapal
Membahaykan crew atau jiwa manusia
Membhayakan navigasi pelayaran
Pembajakan Type Asia
 Kapal dinaiki untuk mendapatkan uang tunai
 Sedikit smengunakan kekerasan
 Beroperasi mengunakan kapal kecil
 di dekat kepulauan dan kapal diminta memperkecil
kecepatan kapal
 Biasanya dilakukan secara acak
Type Amerka / Afrika Barat

 Menyerang kapal di tempat berlabuh atau lego jangkat


 Target Uang tunai, muatan, benda milik awak kapal dan perlatan kapal
 Kejahatan dan kekerasan tingkat tinggi
 Dapat dilakukan secara acak
 mengunakan kapal kecil untuk mendekatkan target
 Selalu mengunakan senjata
Motivasi Militer

 Serangan terorisme
 Mempunyai agende politik dan militer
Kapal Hantu
 Kapal dinaiksi untuk diambil segalanya
 Terjadi kekerasan tingkat tinggi (Pembunuhan)
 Sedikit Terorganisir
 Direncanakan dan di atur dengan baik

Pembajakan Hit and Run :

 Mengiintimidasi crew kapal


 Mencuri Seluruh Muatan sebelum mengembalikan kapal kepada
crew
Metode Pencegahan Pembajakan :

ShipLoc, dengan dua mode :


 Penulusuran permanen (*Permanen TYracking)
Sistem Shiploc menyediakan penelkusuran permanen atas suatu kapal oleh pemiliknya
dengan mode nominal dan mengirimkan tanda bahaya bila tombol darurat di aktivasi ke
International Maritime Bureuau (IMB) ke pimilik kapal dan pihak keamanan , sistem terpasang
dengan kondisi siap bfungsi, saat diaktifkan, unit tersebut mulai mengiurim laporan ke pemilik
kapal secara teratur untuk informasi manajemen (Mode nominal)

• Tanda Bahaya Langsung (Immediated Alert Notification)


Alat ini hanya mengirim informasi dari kapal ke darat dan tidak ke kapal sekitarnya, tanda
bahaya ini bersifat diskrit tanpa disadari oleh irang-orang di kapal tersebut.
Karakteristik yang perlu diketahui crew kapal

 Pembajakan sering terjadi di perairan teritorial dibanding perairan international


 Kapal dinaiki dimalam hari mengunakan kapal kecil
 Menaiki kapal melalui buritan atau haluan mengunakan kaitan jepitan besi, bambu atau
dengan tali jaring
 Mencuri segala sesuatu yang ditemukan, muatan, peraltan kapal
 Target Utaman kamar nahkoda, barang berharga milikrew kapal
 Tidak selalu membawa senjata api, tetapi mebawa senjatan tajam pisau, atau parrang besar
 Terjadi bila perampok / pembajak mengetahui kapal membawa muatan berharga
langkahj-langkah antisifasi pembajakan

 Menempatkan lebih banyak pengintai (pengawasan) saat memasuki


wilayah rawan
 Menyalakan penerangan deck, airuntuk megnawasi kapal kecil yang
mendekat
 Mengawasi crew baru yang bertugas
 Memasang sistem keamanan di kapal seperti ShipLoc dan CCTV di sekitar
kapal
 Semua crew wajib memhami langkah-langkah baik dalam rangka
mewaspadai maupun mempertahankan diri saat terjadi serangan
Pencegahan Pembajan Saat lego jangkat

 Menyalakan penerangan penuh baik di deck maupun di kedua sisi


 Menjaga Suplai Air ke pipa jangkar
 di pelabuhan membatasi orang naik ke kapal
pencegahan Saat pembajak mendekati kapal

 membunyikan tanda bahaya umum (General alarm)


 Menaikan kecepatan kapal ke arah berlawanan secepat mengkin
 Menyalakan penerangan deck dan sisi luar kapal bila diperlukan
gunakan lampu pencarian (Sea Light / Aldish Light)
 Kirim tanda bahaya ke darat atau kapal yang berdeaktan
 Nyalakan roket peringatan , Operasi selang pemdam (Fire hose)
Perampok sudah naik kapal

 Mundur ke area aman yang sudah ditetapkan dan pastikan semua anggota
aman di dalam kapal
 Semua akses ke anjungan di tutup atau dikunci untuk menjamin navigasi
tidak terganggu
 Laporkan situasi dengan radio dan cari bantuan bila memungkinkan
 Jangans bersikap heroik dan perampok bisa saja besenjata
Stowaways (Penumpang Gelap)
Penumpang Gelap / Pengungsi Gelap

 Orang yang naik ke kapal tanpa ijin dan tanpa dokumen ( resmi tanpa diketahui oleh
pemilik kapal atau crew kapal dan baru diketahui setelah kapal meningalkan pelabuhan
 orang karena rasa takut dianiyaya atas kasus ras agaman, nasionalisme, keanggotaan
kelompok sosial atau pendirian politik atau atau penumpang untuk mendapatkan
perlindungan ke negara lain tanpa ijin
Tindakan Pencegahan Penumpang gelap

 Selalu megnawas semua sisi kapal


 Akses kapal hurus dibatas hanya melalui jalan masuk
 Pengecekan dan awasi surat-ratu ijin orang yang akses masuk ke kapal dan selalu
pengecekan
 Dimalam hari jalan masuk harus diangkat dan area sisi kapal harus di terangi
 Pintu-pintu ruang akomodasi diunci dan dijaga selama kapal beada di pelabuhan
 Tidak ada tali atau tangga tergantung disisi kapal
 Rat Guard ( Penangkal tikus) masuk harsu di pasang pada semua tali tambat
 Tutp pipa hause harrus berada di temaptknya
Tindakan jika ada penumpang gelap

 Beritahu perusahaan atau pihak berwenang pelabuhan pemberangkatan dan tujuan


 Cari senjata atau identitas si penunpang yang mungkin mereka bawa
 Perlakukan penumpang gelap tersebut secara manusiawi
 SAmbil camera dan baut si pneupang tersebut menyatakan alasennya menjadi penumpang
gelap
 Tidak boleh dipekerjakan
 Ambil foto dan awasi selama ada di kapal
 Beritahu perusahaan dan P & I Clum (Asuransi Crew)
Drugs & Weapons Smuggling
(Penyelundupan)
Penyelundupan Narkoba

 Penyelundupan Narkoba salah satu ancaman terbesar bagi masyrakat modern saat ini
 Penyelundupan biasa crew kapal, pengunjung, kontrktor dan buruh pelabuhan
 Penyelundupan narkoba atau barang lain diletakan di mobil, truk atau trailer
 Disembunyikan atau dipsasang dipeltan kapal
 Penyelundupan di kapal karena lamanya delay waktu kapal dan waktu proses penanganan
muatan kapal
Bila di kapal menemukan Penyelundupan

 Ambil seorang saksi sebelum melakukan tindakan


 Tangani seminimalmungkin untuk mencegah rusaknya sidik jari
 Area harus difoto
 Paket yang mencurigakan harus dibuka
 tutp area pindahkan paket ke tempat aman
 siapkan laporan lengkap penemuan termasuk pernyataan saksi
 Jangan pernah mencicipi memkan atau meminum zat mencurigakan
 jgn menagani zat tersebut tanpa perlindungan diri (APD) sarung tangan
 Tidak merokok atau mengisap zat tersebut
 Pastikan ventilasi dan pencahayaan cukup
 Laporkan ke pihak berwajib atas penemuan barang trsebut
 Tidak mengijinkan crew kapal untuk turun keluar kapal sebelum pihak berwajib datang atau minta
keteerangan
TERORISME,
 Pengunaan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk menimbulkan ketakutan yang dimaksud untuk memaksa
atau menngiintimidasi pemerintah atau masyarakat dalam rangka mewujudkan tujuan biasanya bersifat politik
agama atau ideiologi
 Seorang Terorisme biasanya IQ di atas rata-rata dan keyakinan ideologi yang kuat
 Menyimpan kebencian dan melakukan kekerasaan untuk mencapai tujuannya
 Bersikiap Low profil dan bekerja dia-diam
 Bekerjasama dan terkoordinir dengan organisasi atau jaringan yang kuat
 Mengunakan elemen sekicil mungkindan memiliki perencanaan yang matang dalam tindakan operasinya
 Menyerang alat-alat atau sarana prasarana vitasl pemerintah
 Dilakukan berulangkali
 Mereka tidak menghendaki kegagalan dan menunakan berbagai cari
Mengatisifasi terorisme

 identifikasi target yang mereka incar


 entifikasi kelemhan kita yang menjadi ancaman
 waspada setiap waktu
 perkuat sistem keamanan dan penndidikan dan pelatihan
 Ambil sistem perlindungan individu
 Gunakan sistem anti terorisme secara acak untuk membingungkan mereka
 pastikan bahwa rencana pengamanan yang dimiliki sedah mencakup semua
kemungkinan
Sabotage & Arson (Pembakaran)
PERSPEKTIF SEJARAH (HISTORICAL PERSPECTIVE)
Latar belakang diadakannya pelatihan SAT untuk Crew Kapal adalah adanya ancaman-ancaman yang terjadi dilingkungan laut (maritime threats), diantara:
pembajakan, perompakan, penyelundupan narkotika, penumpang gelap, sabotase, terorisme, pencurian sebagaimana contoh-contoh kejadian berikut ini :

1. Pembajakan kapal Santa Mariadi Portugis tahun 1961


2. Pembajakan kapal Columbia Eagle di Kamboja tahun 1970
3. Serangan di kapal Achille Lauro di laut Mediterania( Oct-1985)
4. Pembajakan (Hijacking)Avrasya — 1996
5. Pengeboman di kapal USS Cole (Oct - 2000) di Teluk Aden
6. Serangan teroris di WTC dan Pentagon (2001)
7. Peledakan (Explosion) MT Limburg ( Oct-2002)
POLA DAN ANCAMAN KEAMANAN TERKINI
(CURRENT SECURITY THREATS AND PATTERN)

1. Politik - (pemerintah asing yang bermusuhan, teritorial, separatisme, etnis);


2. Ekonomi - (kriminal);
3. Ideologis - (kelompok yang mendukung perlindungan terhadap perdagangan, hak-
hak hewan, atau masalah lingkungan);
4. Pribadi - (balas dendam, karyawan yang dipecat, dll);
5. Psikologis - (gangguan mental, psikopat);
6. Agama - (ideologi agama ekstremis).
JENIS GANGGUAN KEMANANAN
MARITIM
1. PIRACY AND ARMED ATTACKS ( PEMBAJAKAN DAN SERANGAN
BERSENJATA)
2. TERRORISM (TERORIS)
3. CONTRABAND SMUGGLING (PENYELUNDUPAN)
4. STOWAWAYS AND REFUGEES (PENUNMPANG GELAP DAN PENGUNGSIAN)
5. CARGO THEFT (PENCURIAN MUATAN)
6. COLLATERAL DAMAGE (KERUSAKAN BERSAMAAN) / PERUSAKAN KAPAL
DAN ALAT KAPAL
Piracy & Robberies
Stowaways (penumpang gelap)
Drugs & Weapons Smuggling
Sabotage & Arson
REPORTED ATTACTS ON VESSELS
1998 - 2001

AREA 1998 1999 2000 2001


West Africa 22 34 38 57
South America 33 20 35 15
Indian Sub Cont 21 44 103 69
South East Asia 63 162 251 157
Far East 13 7 17 27
East Africa 14 15 33 30
Carribean/USA 5 6 8 7
Other 6 11 10 9
Total 177 299 495 371
OPERASI DAN KONDISI KAPAL SERTA PELABUHAN
(SHIPS AND PORT OPERATIONS AND CONDITION)

 Peran suatu officer sebagai perwira jaga di dalam operasi serta koordinasi dengan
pihak pelabuhan guna keamanan yang lebih optimal utamanya adalah untuk
mencegah dari berbagai hal buruk terjadi. Dan dalam hal ini di kapal dan pelabuhan
khususnya diberikan beberapa alat pendukung terkait tindak pengawasan guna
pengamatan keamanan yang baik. Tidak hanya dalam kondisi bongkar muat di
pelabuhan saja hal ini dilakukan akan tetapi di dalam pengoperasian pelayaran juga
harus senantiasa diterapkan, dan perlu di sadari akan masalah keamanan terkait
perompakan kapal oleh pirates yang sebelumnya pernah terjadi agar tidak terulang.
2 KEBIJAKAN KEAMANAN MARITIM
( MARITIME SECURITY POLICY)

Pada bab ini akan membahas mengenai peraturan/regulasi yang


menjadi dasar dilaksanakannya Pendidikan dan Latihan Ship
Security Officer (SSO) .
1. Konvensi, Kode Dan Rekomendasi Internasional

1. ISPS Code 2002


2. SOLAS 1974 dan Amandemennya :
- Chapter XI-1: Langkah-langkah khusus untuk meningkatkan keselamatan maritime.
- Chapter XI-2 : Langkah-langkah khusus untuk meningkatkan keamanan maritime.
3. Circular Letter IMO tentang Maritime Security
4. United Nations Convention on the Low of the Sea (UNCLOS) 1982
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

1. UU No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran 7. Keppres No.65/1980 tentang Ratifikasi SOLAS 1974
8. KepMenKoordinator Bidang Polkam RI No.Kep
2. UU RI No. 15 Tahun 2003 tentang 05/Menko/Polkam/2/2003 tentang Pmbentukan Pokja
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Perencanaan Pembangunan Keamanan dan Penegakan
Undang-Undang No.1 Tahun 2002 tentang Hukum di Laut
Pemberantasan Tindak Pidana Terrorisme. 9. Kep Men Perhubungan No.63 Tahun 2002 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan.
3. UU No.6 Tahun 1996 tentang Perairan 10. Kep. Menhub No. 3 tentang Pemberlakuan ISPS Code
Indonesia 11. Kep. Menhub No. 3 tentang Designated Authority
12. Kep. Dirjen Hubla No. KL. 93/1/3-04 tentang Pedoman
4. PP.No.69 Tahun 2000 tentang
Penetapan RSO (Recognized Security Organization )
Kepelabuhanan
Merupakan Organisasi Konsultan di bidang keamanan yang
5. PP.No. 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan sudah dianggap memiliki kredibilitas untuk mengaudit sistem
keamanan di kapal.
6. PP No.51 Tahun 2002 tentang Perkapalan 13. Kep. Dirjen Hubla No. KP.93/1/4-04 tentang Penetapan RSO
3. DEFINISI-DEFINIS

1. Ship Security Plan (SSP): adalah suatu rancangan yang dibuat untuk menjamin
aplikasi dari tata cara diatas kapal yang dirancang untuk melindungi orang-orang
diatas kapal, muatan, unit-unit pengangkut muatan, gudang-gudang kapal atau
kapal dari resiko insiden keamanan.
2. Company Security Officer (CSO) : berarti seseorang yang ditunjuk oleh
Perusahaan untuk menjamin bahwa Suatu penilaian keamanan kapal telah
dilaksanakan, Suatu rancangan keamanan kapal dikembangkan, disampaikan
untuk persetujuan dan selanjutnya diterapkan dan dipelihara dan untuk
berkoordinasi dengan Petugas Keamanan Fasilitas Pelabuhan dan Petugas
Keamanan Kapal.
3. Ship Security Officer (SSO): berarti seseorang di atas kapal, yang bertanggung
jawab kepada Nakhoda, yang ditunjuk oleh Perusahaan sebagai penanggung
jawab terhadap keamanan kapal, termasuk implementasi dan pemeliharaan dari
rancangan keamanan kapal dan untuk berkoordinasi dengan Petugas
Keamanan Perusahaan dan Petugas Keamanan Fasilitas Pelabuhan.
4. Port Facility Security Officer (PFSO) : berarti seseorang yang ditunjuk
sebagai penanggung jawab untuk pengembangan, implementasi, revisi, dan
memelihara rancangan keamanan Fasilitas Pelabuhan dan untuk berkoordinasi
dengan Petugas Keamanan Kapal dan Petugas Keamanan Perusahaan.
5. Port Facility: Berarti semua bentuk jenis sarana dan Fasilitas yang terdapat di
daerah Pelabuhan yang digunakan atau dapat digunakan untuk melayani kapal
pelayaran Internasional termasuk instalasi dan infrastruktur yang menunjang
kegiatan pelabuhan sebagaimana fungsi dari suatu kawasan Pelabuhan.
6. Ship / Port Interface: Berarti interaksi yang terjadi ketika sebuah kapal segera
dan langsung dipengaruhi oleh kegiatan / aktifitas yang terkait dengan
pergerakan orang, muatan atau ketentuan-ketentuan pelayanan pelabuhan dari
atau ke kapal .
7. Ship to ship Activity: Berarti setiap kegiatan yang tidak berkaitan dengan
fasilitas palabuhan yang meliputi pemindahan muatan atau orang dari sebuah
kapal ke kapal lain.
8. Security Incident: Berarti setiap tindakan kecurigaan atau keadaan yang
mengancam keamanan sebuah kapal termasuk unit pengeboran lepas pantai yang
berpindah dan kapal berkecepatan tinggi atau fasilitas pelabuhan atau hubungan
antar kapal/pelabuhan atau setiap kegiatan dari kapal ke kapal.
9. Security Level :

 Security Level 1:
Berarti tingkat dimana tindakan pencegahan keamanan minimum yang harus
dilaksanakan secara terus menerus.
 Security Level 2:
Berarti tingkat dimana tindakan tambahan pencegahan keamanan minimum harus
dilaksanakan untuk jangka waktu tertentu sebagai hasil dari resiko meningkatnya
suatu insiden keamanan.
 Security Level 3:
Berarti tingkat dimana tindakan spesifik lebih lanjut dari pencegahan keamanan yang
harus dilaksanakan untuk suatu batasan waktu tertentu ketika suatu insiden
keamanan segera terjadi atau mengancam walaupun tidak memungkinkan untuk
mengidentifikasi target yang spesifik.
10. Designated Authority: Berarti organisasi atau penyelenggara yang dikenal didalam
pemerintah yang mengadakan perjanjian sebagai yang bertanggung jawab untuk memastikan
implementasi dari ketentuan-ketentuan pasal ini yang menyinggung tentang kemanan fasilitas
pelabuhan dan hubungan kapal / pelabuhan dari sudut pandang fasilitas pelabuhan.
11. Declaration of Security (Maklumat Keamanan): suatu pernyataan (maklumat) Keamanan
yang diminta dan diterbitkan oleh Kapal maupun fasilitas pelabuhan, ditujukan kepada Kapal
maupun Fasilitas Pelabuhan yg saling berinteraksi dengan tujuan untuk memberitahukan
dan/atau menetapkan keadaan tingkat keamanan yg berlaku dilingkungan-nya, agar masing-
masing pihak dapat menyesuaikan dan menyetujui tindakan keamanan yang dilaksanakan,
sesuai dengan rancangan keamanan masing-masing.
12. Recognized Security Orgsnization (Organisasi keamanan yang diakui): maksudnya suatu
Organisasi dengan keahlian yang tepat dalam bidang keamanan dan dengan pengetahuan yang
tepat dalam bidang operasional kapal dan pelabuhan, yang dikuasakan untuk melaksanakan
suatu penilaian, atau suatu pemeriksaan atau suatu persetujuan atau suatu kegiatan sertifikasi,
dipersyaratkan oleh bab ini atau bagian A dari Peraturan ISPS ini.
TANGGUNG JAWAB KEAMANAN
3 (SECURITY RESPONSIBILITIES)

Pada bab ini akan membahas


mengenai pihak yang bertanggungjawab
dengan keamanan di lingkungan maritim.
1. Negara-Negara Peserta (Contracting Government)

1. Menetapkan tingkat keamanan ;


 Bahwa negara-negara peserta wajib menetapkan, tingkat-tingkat keamanan dan memberikan bimbingan
untuk berlindung dari insiden keamanan (A/4.1)
 Jika negara peserta telah menetapkan keamanan tingkat - 3, maka wajib mengeluarkan instruksi dan
informasi kepada kapal (A/4.2)
2. Memberikan persetujuan terhadap rancangan keamanan ;
3. Memeriksa ketaatan kapal dan menerbitkan sertifikat ;
4. Menjamin penyelesaian dan persetujuan penilaian keamanan ;
5. Melaksanakan pengawasan: negara peserta dapat mendelegasikan tugas-tugas tertentu menyangkut
keamanan kepada organanisasi yang telah diakui (RSO) kecuali dalam hal- hal khusus (A/4.3)
6. Menguji rancangan yang telah disetujui: negara peserta wajib melakukan pengujian sepanjang
dianggap perlu terhadap rancangan keamanan baik kapal maupun pelabuhan.(A/4.4)
7. Menyampaikan informasi keamanan: Negara peserta harus dapat memastikan tentang kerahasiaan
penilaian dan menentukan tindakan yang tepat untuk mencegah adanya pembongkaran
kerahasiaan dimaksud (B/4.1).
2. Organisasi Keamanan Yang Terdaftar / Diakui ( Recognized Security Organizations )

1. Negara peserta dapat memberikan kewenangan kepada organisasi yang telah diakui (RSO) untuk
melakukan kegiatan keamanan meliputi : (B/4.3)
 Persetujuan terhadap rancangan keamanan ;
 Verifikasi dan Sertifikasi ketaatan kapal ;
2. Penilaian keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan.
3. Bahwa operator fasilitas pelabuhan dapat ditunjuk sebagai organisasi yang sudah mempunyai
keahlian yang tepat dalam melaksanakan keamanan (B/4.7).
3. Perusahaan (The Company)

 Dalam pelaksanaan ISPS Code, Perusahaan memiliki kewajiban sebagai berikut


(Obligation Of Company (A/6) ):
1. Perusahaan memastikan rancangan keamanan berisi statement yang tegas mengenai
otoritas nahkoda sebagai pembuat kebijakan.
2. Perusahaan wajib memastikan petugas keamanan kapal, Nahkoda dan Petugas
Keamanan Perusahaan.

Gambar 3.2. Petugas Keamanan


Perusahaan (DPA) memastikan
rancangan keamanan kepada Nahkoda
Petugas Keamanan Perusahaan memiliki tanggung jawab
meliputi:

1. Memastikan penilaian keamanan kapal ;


2. Menyiapkan SSP yang akan disetujui oleh administrasi.
3. Mewajibkan kepada perusahaan untuk melibatkan nahkoda kapal sebagai pusat
informasi perusahaan sebagaimana yang dipersyaratkan. (B/6.2)
4. Perusahaan wajib memperbaharui dan menjaga kemutakhiran informasi.(B/6.2).
4.Kapal (The Ship)
Keamanan Kapal (Ship Security) (A/7), maka kapal dapat bertindak sesuai tingkat keamanan yang ditentukan
negara peserta.

 Pada keamanan tingkat-1 (satu), kapal harus melaksanakan aktivitas


sebagai berikut:
1. Memastikan pelaksanaan tugas
keamanan ;
2. Mengawasi akses ke kapal, orang dan bawaan serta

3. penanganan muatan dan gudang ;


4. Monitor area terbatas hanya orang yang diberi hak yang
5. mempunyai akses ;
6. Monitor area di geladak dan sekeliling kapal ;
7. Memastikan komunikasi siap tersedia.
Pada keamanan tingkat-2 tindakan penegasan tambahan dan pada keamanan tingkat-3 tindakan khusus dan
lebih lanjut.

1. Jika kapal berada pada suatu pelabuhan atau wilayah dan apabila wilayah suatu
negara peserta tersebut telah menetapkan keamanan tingkat-2 atau 3 maka kapal
harus mengikuti instruksi ini dan menginformasikan kepada petugas fasilitas
pelabuhan.
2. Jika kapal diwajibkan menetapkan tingkat keamanan yang lebih tinggi oleh
administrasi dibandingkan dengan wilayah dimana kapal tersebut berada maka
harus memberi tahu pejabat yang berwenang di dalam wilayah lokasi pelabuhan tsb.
3. Dalam situasi demikian petugas keamanan kapal (CSO) bertindak sebagai
penghubung.
4. Rancangan kapal harus dapat menjamin bahwa kapal dapat beroperasi pada
keamanan tingkat-1, 2 dan 3.
5. Kapal harus membawa Sertifikat Keamanan Internasional (ISSC).
6. Kapal harus membawa informasi keamanan kapalnya.
5. Fasilitas Keamanan Pelabuhan (Port Facility Security (A/14) )

1. Melakukan tindakan pencegahan terhadap insiden


keamanan pada keamanan tingkat -1 (satu) yakni
melakukan aktifitas-aktifitas :
a) Memastikan pelaksanaan semua tugas keamanan fasilitas
pelabuhan
b) Mengawasi akses masuk ke fasilitas pelabuhan
c) Monitoring fasilitas pelabuhan termasuk area letgo
jangkar
d) Monitoring area terbatas serta hak yang mempunyai akses
e) Mengawasi kegiatan bongkar muat
f) Mengawasi penanganan pergudangan dipelabuhan
g) Memastikan alat dan sistem komunikasi siap tersedia.

2. Melakukan tindak pencegahan untuk keamanan


tingkat - 2 dan 3 dengan aktifitas yang lebih
terperinci.
6. Perwira Keamanan Kapal ( Ship Security Officer )
Di atas sebuah kapal harus ditunjuk salah seorang sebagai Ship Security Officer (SSO). SSO yang ditunjuk untuk
kapal yang bersangkutan mempunyai tugas dan tanggung jawab pada kapal tersebut akan tetapi tugas tersebut
tidak terbatas.

1. Melakukan pemeriksaan keamanan kapal secara regular ;


2. Memelihara dan sebagai supervisi pelaksanaan SSP ;
3. Berkoordinasi aspek keamanan dengan personil kapal dan PFSO dalam hal pengamanan muatan dan perbekalan kapal ;
4. Mengusulkan modifikasi SSP ;
5. Melaporkan ke perusahaan kekurangan dan NC pada saat internal audit, review, inspeksi keamanan, verifikasi
ketidaksesuaian serta pelaksanaan tindakan perbaikan ;
6. Peningkatan kepedulian dan kewaspadaan keamanan dikapal ;
7. Pelaksanaan pelatihan dan gladi diatas kapal ;
8. Melaporkan insiden diatas kapal jika ada ;
9. Mengkoordinasikan pelaksanaan SSP kepada CSO dan PFSO ;
10. Memastikan bahwa perlengkapan keamanan yang dioperasikan telah diuji, dikalibrasi dan terpelihara dengan baik ;
11. Permintaan khusus dari Perusahaan.
Pengetahuan tambahan untuk Perwira Keamanan Kapal
(SSO)

1. Layout kapal
2. SSP dan prosedur yang terkait
3. Crowd management dan teknik pengendalian
4. Pengoperasian peralatan dan sistem keamanan
5. Testing, kalibrasi, dan pemeliharaan peralatan dan sistem keamanan selama pelayaran.
7. PETUGAS KEAMANAN PERUSAHAAN (Company Security Officer)
Company Security Officer (CSO) yang telah ditunjuk oleh perusahaan untuk suatu kapal,
mempunyai tugas dan tangung jawab terhadap kapal dimaksud yang tidak terbatas
hanya pada :

1. Menyarankan tingkat ancaman terhadap kapal, sesuai dengan 8. Melaksanakan pelatihan kepada personel
penilaian keamanan dikapal dan infomasi yang relevan ;
yang bertanggung jawab pada keamanan ;
2. Memastikan bahwa penilaian dikapal dilaksanakan ;
9. Menjalin komunikasi kerjasama keamanan
3. Memastikan pengembangan, pengesahan antara SSO & PFSO ;
dan setelah itu pelaksanaan serta
mempertahankan SSP ; 10.Konsisten thdp keselamatan & keamanan ;
4. Memastikan bahwa SSP telah dimodifikasi untuk memperbaiki 11. Alternatif Arrangement antar kapal atau grup
kekurangan dan untuk memenuhi persyaratan sesuai dengan kapal itu telah dilaksanakan dan dipertahankan ;
sendiri ;
12.Permintaan lain dari perusahaan.
5. Mempersiapkan internal audit dan review dari aktivitas keamanan
kapal ;
6. Initial & subsequent verifikasi ;
7. Meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan keamanan ;
8. PETUGAS KEAMANAN FASILITAS
PELABUHAN ( PFSO )
1. Melaksanakan Survei awal keamanan menyeluruh terhadap fasilitas pelabuhan sesuai
dengan penilaian keamanan fasilitas pelabuhan yg terkait ;
2. Memastikan pengembangan dan pemeliharaan rancangan keamanan fasilitas pelabuhan ;
3. Mengimplementasikan dan melakukan latihan mencoba melaksanakan rancangan
keamanan fasilitas pelabuhan ;
4. Melakukan pemeriksaan keamanan terhadap fasilitas pelabuhan secara teratur untuk
memastikan tindakan yang sesuai dan berkelanjutan ;
5. Merekomendasikan dan menyelaraskan sebagaimana mestinya, modifikasi terhadap
rancangan keamanan fasilitas pelabuhan dalam rangka mengoreksi kekurangan–
kekurangan dan memperbaharui rancangan keamanan fasilitas pelabuhan dalam rangka
menyesuaikan perubahan fasilitas pelabuhan yang terkait ;
6. Meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan personil keamanan fasilitas pelabuhan ;
7. Memastikan bahwa pelatihan yang cukup telah diberikan kepada personil yang bertanggung
jawab untuk keamanan fasilitas pelabuhan ;
8. Melaporkan kepada otoritas yang terkait dan memelihara semua catatan kejadian yang
mengancam keamanan fasilitas pelabuhan ;
9. Berkordinasi dengan CSO dan SSO dalam rangka mengimplementasikan keamanan fasilitas
pelabuhan ;
10. Berkoordinasi dengan penyedia jasa keamanan terkait sebagaimana mestinya ;
11. Memastikan bahwa personil yang bertanggung jawab atas keamanan fasilitas pelabuhan
memenuhi standard yang ditentukan ;
12. Memastikan bahwa peralatan keamanan bila ada, dapat dioperasikan, telah diuji, dikalibrasi, dan
terpelihara ;
13. Membantu SSO jika diminta, dalam mencari bahan / barang yang dianggap mencurigakan
9. Personil Kapal Dengan Tugas Keamanan Khusus (Seafarers With Designated Security Duties)

Awak kapal dengan tugas keamanan yang spesifik harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk melaksanakan tugas – tugasnya sesuai dengan yang diperlukan yaitu :

1. Pengetahuan tentang pola dan ancaman saat itu ;


2. Pengenalan dan pendeteksian persenjataan, alat – alat yang berbahaya dan zat – zat yang membahayakan ;
3. Pengetahuan tentang karakteristik dan pola tingkah laku manusia yang cenderung membahayakan keamanan ;
4. Teknik yang digunakan untuk menghindari tindakan keamanan ;
5. Manejemen mengatasi kerusuhan dan teknik pengendaliannya ;
6. Komunikasi Keamanan ;
7. Pengetahuan tentang Prosedur darurat dan penanganan keadaan darurat ;
8. Pengoperasian peralatan dan system keamanan ;
9. Pengujian kalibrasi dan pemeliharaan peralatan serta system keamanan dilaut ;
10. Teknik-teknik pemeriksaan, pengawasan, dan peman tauan ;
11. Metode penggeledahan phisik terhadap manusia, barang pribadi, bagasi, barang muatan dan barang
persediaan untuk keperluan kapal.

Anda mungkin juga menyukai