Anda di halaman 1dari 10

RESIKO BUNUH DIRI

KELOMPOK 6
K E P E R AWA T A N I V
ANGGOTA
DEFINISI RESIKO BUNUH DIRI
• Risiko bunuh diri adalah suatu keadaan meningkatnya tendensi
untuk melakukan bunuh diri. Bunuh diri merupakan masalah yang
cukup serius di tingkat global, regional dan nasional dimulai dari
adanya risiko bunuh diri, pemikiran/ide bunuh diri, hingga tindakan
bunuh diri yang sudah tentu akan menurunkan kualitas hidup
seseorang. Bunuh diri juga sering dikaitkan dengan adanya
gangguan jiwa seperti depresi, kecemasan yang kerap ditemui di
masyarakat.
ETIOLOGI RESIKO BUNUH DIRI
Secara universal penyebab utama dari bunuh diri adalah ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan
masalah. Etiologi dari bunuh diri meliputi:
(1) Faktor genetik

(2) Faktor biologis

(3) Faktor psikososial dan lingkungan

•(a) Teori psikoanalitik/psikodinamika

•(b) Teori perilaku kognitif

(4) Stressor lingkungan


LANJUTAN..
Sedangkan menurut Hafen dan Frandsen (1985), dikutip dalam Keliat (1991) menyatakan
bahwa penyebab bunuh diri pada remaja adalah:

(1) Hubungan interpersonal yang tidak bermakna,


(2) Sulit mempertahankan hubungan interpersonal,
(3) Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan,
(4) Perasaan tidak dimengerti orang lain,
(5) Kehilangan orang yang dicintai,
(6) Keadaan fisik,
(7) Masalah dengan orang tua,
(8) Masalah seksual,
(9) Depresi.
FAKTOR RISIKO DAN FAKTOR PROTEKSI BUNUH DIRI
CARA MENDETEKSI RESIKO BUNUH DIRI

Bunuh diri dapat diantisipasi tindakannya ketika orang-orang di sekitarnya


mampu menyadari secara dini perilaku tersebut dan memberikan pertolongan
pada orang yang memiliki kecenderungan bunuh diri. Pencegahan sekunder
merujuk pada deteksi dini dan memberi penanganan yang tepat pada individu
yang memiliki keinginan bunuh diri. Rangkaian dari tindakan bunuh diri ini
berawal dari ide untuk menunjukkan gerakan-gerakan isyarat, pola hidup yang
cenderung berisiko, rencana untuk bunuh diri, percobaan bunuh diri, dan pada
akhirnya bunuh diri tersebut terlaksana sepenuhnya (Supyanti, 2012). Secara
psikologis, tindakan bunuh diri disertai dengan beberapa gangguan seperti
depresi, penyalahgunaan alkohol, gangguan skizofrenia, gangguan tingkah laku
dan psikosis (Dewi & Hamidah, 2013).
TATA LAKSANA PADA RESIKO BUNUH DIRI

Tata laksana gawat darurat pasien dengan percobaan bunuh diri pada dasarnya adalah upaya stabilisasi fisik
pasien. Untuk melakukan stabilisasi pasien, berikut adalah hal yang perlu diperhatikan:

1) Pastikan lokasi pemeriksaan aman


2) Pasien menggunakan baju rumah sakit dan barang bawaan pasien disimpan di tempat lain yang aman.
3) Jika pasien dalam kondisi gaduh gelisah dan tidak bisa ditenangkan secara verbal, maka perlu
dipertimbangkan penggunaan farmakoterapi atau upaya mengendalikan pasien secara fisik.
4) Pemeriksaan fisik mencakup tanda vital, tingkat kesadaran, jejas luka pada tubuh dan tanda-tanda
intoksikasi
5) Pemeriksaan penunjang umumnya bergantung pada situasi dan kebutuhan, mencakup: darah perifer
lengkap (misal jika terjadi perdarahan atau ada risiko infeksi), tes kehamilan dan penyakit menular
seksual (bila ada riwayat kekerasan seksual) dan pemeriksaan toksikologi dengan sampel urin.
6) Tata laksana medis berdasar temuan hingga pasien stabil
7) Rawat inap
ASUHAN
K E P E R AWATA N

Anda mungkin juga menyukai