Anda di halaman 1dari 62

PATIENT SAFETY

Pendampingan Akreditasi RS
RSU PKU Muhammadiyah Surakarta
Latar Belakang
 Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi resiko (medical
errors).
 KTD, merupakan suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang
tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi
pasien.
Patient Safety (Sasaran Keselamatan
Pasien /SKP)
Adalah suatu system yang membuat asuhan
pasien di rumah sakit menjadi lebih aman.
Mencegah cedera yang disebabkan kesalahan
akibat suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.
SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)
Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif
Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (high-alert)
Sasaran lV: Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,
tepat-pasien operasi
Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan
Sasaran VI: Pengurangan risiko pasien jatuh
Sasaran I
IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR

Meningkatkan ketelitian identifikasi


pasien
SISTIMATIKA
Identifikasi Pasien
Identifikasi Pasien yang tidak dapat berkomunikasi
Identifikasi Pasien saat Pemeriksaan Penunjang (Lab,
Radiologi)
Identifikasi Pasien saat Pemberian Tranfusi Darah
Identifikasi Pasien pada Bayi baru lahir
Identifikasi Pasien yang tidak memungkinkan
pemasangan Gelang Identitas
Prosedur Pemasangan Gelang Identitas Pasien
Gelang Risiko

6
IDENTIFIKASI PASIEN
Gelang Resiko Gelang Identitas Pasien

7
IDENTIFIKASI PASIEN
Identifikasi pasien dilakukan mulai saat pasien mendaftar
(admission), memperoleh pelayanan sampai pasien pulang
(discharge).

Identifikasi pasien meliputi:


Nama lengkap pasien
Tanggal lahir pasien
Nomor rekam medik

Identifikasi pasien secara verbal menggunakan minimal 2


identitas pasien yaitu Nama lengkap Pasien dan Tanggal
lahir.

8
IDENTIFIKASI PASIEN YANG
TIDAK DAPAT BERKOMUNIKASI
 Pada kondisi pasien yang tidak dapat berkomunikasi
pasien tidak sadar ,
terpasang ventilator,
 sedang dalam perawatan intensif)
 tidak dapat berkomunikasi karena terhalang masalah bahasa dan
tidak ada penterjemah,
karena usia (bayi),
gangguan kognitif (dementia atau kelainan mental),
kondisi medis (koma,dll),
---- Identifikasi dilakukan dengan memeriksa Nama lengkap pasien
dan tanggal lahir, pada gelang identitas pasien, dicocokan dengan
informasi yang telah dimiliki rumah sakit (rekam medik),
 Identifikasi pasien terlantar/ tidak ada keluarga :
mencocokkan gelang identitas pasien meliputi Nama lengkap
pasien,
9 tanggal dan jam masuk rumah sakit dan nomor rekam medik
IDENTIFIKASI PASIEN PADA BAYI BARU
LAHIR
 Identifikasi bayi baru lahir :
 Memasangkan gelang Identitas bayi baru lahir dengan menuliskan nama
ibu (mis: By Ny. Ana) tanggal jam lahir dan jenis kelamin
Setelah bayi didaftarkan gelang sementara segera dilepas diganti baru
dan ditambahkan nomor RM bayi di gelang bayi.
 Identifikasi bayi kembar baru lahir :
 memasangkan gelang Identitas sesuai waktu bayi lahir dengan
menuliskan nama ibu dan nomor RM ibu ditambah nomor urut
kelahiran dengan angka romawi(Contoh: By Ny. Ana I, By. Ny Ana II).
 Identifikasi pasien kembar yang akan masuk perawatan
bersamaan : Pastikan Identitas yang diberikan oleh orang yang
mengetahui dengan benar Identitas masing2 pasien mis orang tua
bayi.
 Pemasangan gelang identitas pasien langsung dipasangkan satu
persatu setelah pembuatan label. Bila ada tanda lahir khusus
10 dicatat dalam RM pasien di lembar Data Dasar
IDENTIFIKASI PASIEN YANG TIDAK
MEMUNGKINKAN PEMASANGAN GELANG
IDENTITAS

Identifikasi pada pasien yang tidak mungkin dipasang


gelang Identitas (mis. pada pasien yang tidak memiliki
extremitas atau pada pasien luka bakar), gelang
dipasangkan pada baju. Bila pasien tidak memakai baju :
identitas dipasang pada tubuh pasien dengan plester
transparan.

Identifikasi pada pasien psikiatri yang tidak


memungkinkan untuk dipasang gelang identitas
dipertimbangkan untuk menggunakan metode identifikasi
lainnya.
11
Sasaran II
PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG
EFEKTIF

Untuk meningkatkan efektivitas


komunikasi antar para pemberi
layanan
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan

Terjadi pada saat:


 Perintah diberikan secara lisan
 Perintah diberikan melalui telpon

 Komunikasi efektif akan


mengurangi kesalahan dan
menghasilkan peningkatan
Keselamatan Pasien

13
Perintah Lisan/Lewat Telepon
 ISI PERINTAH
1. Tulis Lengkap  NAMA LENGKAP DAN TANDA
TANGAN PEMBERI PERINTAH
2. Baca Ulang- Eja  NAMA LENGKAP DAN TANDA
untuk TANGAN PENERIMA PERINTAH
 TANGGAL DAN JAM
NORUM/LASA
3. Konfirmasilisan
dan tanda tangan

14
15
SBAR
Situasi
 Pasien Tn Gun, 45 thn, dirawat di ........, saat ini mengalami
sesak nafas

Backround :
 Pasien masuk rumah sakit 2 hari yang lalu dengan
riwayat, pneumothorax,
Assessment :
TD 130/90, N 88, RR 32 x/mt , O2 saturasi turun dari
95% dalam 2 lmenit menjadi 85%, pada auskultasi: suara
pernafasan menurun disebelah kanan. Tracheal shift,
peningkatan distress,

Recommendation:
 Sudah dllakukan pengaturan posisi semi fowler.
 Mohon advis / terapi ....

17
KOMUNIKASI TERTULIS

Hal-hal yang harus diperhatikan :


• Penulisan instruksi harus dilakukan secara lengkap, dapat
terbaca dengan jelas agar sumber instruksi dapat dilacak bila
diperlukan verifikasi.
• Harus menuliskan nama lengkap , tanda tangan serta tanggal
dan waktu
• Hindari penggunaan singkatan, akronim, dan simbol yang
berpotensi menimbulkan masalah dalam penulisan instruksi dan
dokumentasi medis.
• Lihat Buku Standar Singkatan RSF untuk panduan penggunaan
Singkatan
18
LOOK ALIKE SOUND ALIKE

19
Examples

Intended dose of 4 units in patient history


interpreted as 44 units. “U” should be written out
as “unit.”

20
Communicating Team work ???

22
Sasaran III
PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG
PERLU DIWASPADAI ( HIGHT-ALLERT )
NORUM
BAGAIMANA MEMBEDAKAN ANAK YANG MIRIP INI
?
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)

hidraALAzine  hidrOXYzine
ceREBYx
 ceLEBRex
vinBLASTine
 vinCRIStine
chlorproPAMIDE
glipiZIde
 chlorproMAZINE
DAUNOrubicine  glYBURIde
 dOXOrubicine
CARA MEMBEDAKAN:
1.TALLMAN LETERING
2.BERI LABEL LASA/NORUM
Look Alike Sound Alike

LASA LASA
HIGH-ALERT

HIGH -ALERT
Look-Alike High Alert Drugs

LOOK ALIKE
HIGH ALERT
OBAT HIGH ALERT: KATAGORI OBAT
HIGH
(ISMPs) ALER
1 ADRENERGIC AGONIS IV (Contoh: adrenalin) T
2 ADRENERGIC ANTAGONIS IV (Contoh: Propanolol)
3 ANESTETIC AGENT GENERAL, INHALED dan IV (Misal: Propofol)
4 CARDIOPLEGIC SOLUTION
5 CHEMOTERAPIC AGENTS PARENTERAL DAN ORAL
6 DEXTROSE HIPERTONIC 20% ATAU LEBIH
7 DIALISIS SOLUTION (PERITONEAL, HEMODIALISIS)
8 OBAT EPIDURAL DAN INTRATHECAL
9 GLICOPROTEIN INHIBITOR II B/III A (Misal: Ephbatide)
10 HIPOGLIKEMIK ORAL
11 OBAT OBAT INOTROPIK IV (Misal: Digoxin, milrinone)
12 LIPOSOMAL FORM OF DRUGS (Liposomal Ampheterisine B)
13 MODERATE SEDATION AGENTS IV (Contoh : Midazolame)
14 MODERATE SEDATION AGENTS ORAL FOR CHILDREN (Contoh
Chloralhydrate)
15 ANESTETIC/OPIATE IV DAN ORAL ( Termasuk cairan konsentrat, immediate
and sustained released Formulation)
16 NEUROMUSCULAR BLOCKING AGENT (Contoh: Succynil Choline)
17 RADIO CONTRAS AGENT IV
DAFTAR OBAT HIGH ALERT HIGH
ALER
OBAT SPESIFIK T

1 Amiodarone IV
2 Colcichine Injection
3 Heparin, Low moluculer weigt injection
4 Heparin Unfractionated IV
5 Insulin SC dan IV
6 Lidocaine IV
7 Magnesium SUlfat Injecion
8 Methotrxate oral non oncologic use
9 Netiride
10 Nitroprusside sodium for injection
11 Potasium Cloride for injection concentrate
12 Potasium Phospate injection
13 Sodium Chloride injection hypertonic >0.9%
14 Warfarin
Peresepan Obat High Alert
 Mengevaluasi pasien dan obat-obatnya.
 Menanyakan riwayat penggunaan obat (alergi, ESO,
kontraindikasi)
 Mengenali dengan baik obat yang akan diresepkan.
 Menulis resep secara jelas dan lengkap (nama obat, dosis,
rute)
 Menggunakan istilah / singkatan yang lazim
 Tidak memberikan instruksi verbal, kecuali dalam keadaan
emergensi
 Instruksi verbal : read back!
HIGH ALERT

38
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI,
TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-PASIEN OPERASI

untuk memastikan
tepat-lokasi, tepat-
prosedur, dan
tepat- pasien.

39
OPERASI SALAH KAKI

40
OPERASI SALAH SISI

41
OPERASI SALAH ORANG

42
Maksud dan Tujuan SKP IV

Penyebab Salah-lokasi, Salah-prosedur, Salah


Pasien Pada Operasi
1. Komunikasi Yang Tidak Efektif/Tidak Adekuat
Antara Anggota Tim Bedah
2. Kurang/Tidak Melibatkan Pasien Di Dalam
Penandaan Lokasi (Site Marking)
3. Tidak Ada Prosedur Untuk Verifikasi Lokasi
Operasi
4. Asesmen Pasien Yang Tidak Adekuat
5. Penelaahan Ulang Catatan Medis Tidak Adekuat
6. Budaya Yang Tidak Mendukung Komunikasi
Terbuka Antar Anggota Tim Bedah
7. Resep Yang Tidak Terbaca (Illegible Handwriting)
43
8. Pemakaian Singkatan
OPERASI

1. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi


(laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau
multipel level (tulang belakang)
2. Perlu melibatkan pasien
3. Tak mudah luntur terkena air/alkohol / betadine
4. Mudah dikenali
5. Digunakan secara konsisten di RS
6. dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan tindakan,
7. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan,
dan harus terlihat sampai saat akan disayat

44
CONTOH PENANDAAN

45
TIME OUT

47
Sebelum Induksi Anestesi (Sign In )
Apakah……

1. Identifikasi pasien, prosedur, informed concent


sudah dicek ?
2. Sisi operasi sudah ditandai ?
3. Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap ?
4. pulse oxymeter terpasang dan berfungsi ?
5. Allergi ?
6. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau aspirasi?
7. Risiko kehilangandarah >= 500ml

48
Sebelum Insisi Kulit (Time-out):Apakah
…….

1. Konfirmasi anggota tim (nama dan peran)


2. Konfirmasi nama pasien , prosedur dan lokasi incisi
3. Antibiotik propillaksi sdh diberikan dalam 60 menit
sebelumnya
4. Antisipasi kejadian kritis:
1. Dr Bedah: apa langkah, berapa lama, kmk blood lost ?
2. Dr anestesi: apa ada patients spesific corcern ?
3. Perawat : Sterilitas , instrumen ?
5. Imaging yg diperlukan sdh dipasang ?

49
TIME OUT

50
Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan

untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait


pelayanan kesehatan.
Penggunaan
APD
Kebersihan
Tangan
Penanganan
Kesehatan Limbah & benda
karyawan tajam

Peralatan Praktek lumbal


Perawatan PS PENERAPAN
punksi
KEWASPADAAN
STANDAR
Penempatan
Penanganan Pasien
linen
Pengendalian
Lingkungan
Kebersihan
Pernapasan/Etika Penyuntikan
batuk Yang aman
Maksud dan Tujuan SKP.V.

 PPI (Pencegahan dan pengendalian infeksi ):


tantangan terbesar dalam yan kes
peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang terkait yan kes
keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan
kesehatan.
 Infeksi dijumpai dalam semua bentuk yan kes termasuk:
UTI,blood stream infections dan VAP
 Pokok pokok eliminasi : cuci tangan (hand hygiene) yang
tepat  pakai Pedoman hand hygiene dari WHO

53
55 Dwi Handoyo, SKep.Ns
Contoh: PENGGGUNAAN JEMBATAN KELEDAI, ENAM AREA DALAM HAND-
 TELAPAK TANGAN
WASH/RUB
 PUNGGUNG TANGAN
 SELA- SELA JARI
 PUNGGUNG JARI-JARI (GERAKAN LAMA CUCI TANGAN:
KUNCI) HAND RUB : 20-30 DETIK
 SEKELILING IBU JARI (PUTAR- HAND WASH 40-60 DETIK
PUTAR)
 KUKU DAN UJUNG JARI (PUTAR-
PUTAR)

56
Indikasi Hand Hygiene (5 moment )
1.Sebelum kontak dengan pasien,
2.Sesudah kontak dengan pasien,
3.Setelah terpapar dengan cairan
tubuh pasien
4.Sebelum melakukan tindakan
/prosedur asepsis
5.Setelah kontak dengan lingkungan
area pasien

57
SKP VI
Menurunkan risiko cedera karena jatuh
SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO
PASIEN JATUH

untuk mengurangi
risiko pasien dari
cedera karena jatuh.

59
Maksud dan Tujuan SKP VI.

 Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab


cedera pasien rawat inap.
 Perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil
tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai
jatuh.

 Evaluasi :
riwayat jatuh,
obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol
gaya jalan dan keseimbangan
serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.

 Program tersebut harus diterapkan di rumah sakit.

60
PENGAMATAN LINGKUNGAN PASIEN RISIKO JATUH

61
Asesmen awal/skrining
 Perawat akan melakukan penilaian dengan Asesmen Risiko Jatuh
Morse Fall Scale / humpty Dumptyi ketika pasien masuk RS dan
mencatat hasil assesment
 Rencana intervensi segera disusun, diimplementasikan dan dicatat
dalam Rencana Keperawatan Interdisiplin dalam waktu 2 jam setelah
skrining
Asesmen ulang
 Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang risiko jatuh setiap dua kali
sesaat transfer ke unit lain, adanya perubahan kondisi pasien, adanya
kejadian jatuh pada pasien dan setelah mendapat pengobatan sedatif
 Penilaian menggunakan asesmen Risiko Jatuh Morse Fall Scale dan
Rencana Keperawatan Interdisiplin akan diperbaharui/dimodifikasi
sesuai dengan hasil asesmen.

62
PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN DEWASA
DENGAN SKALA JATUH MORSE (SJM)
SKALA JATUH MORSE Nama Pasien: Umur: Th No. Rekam Medik: Nama Ruangan:
No Risiko Skala Skoring 1 Skoring 2 Skoring Skoring 4 Skoring 5 Skoring
Saat Masuk Tgl ........ 3 Tgl ... Tgl ........ 6
Tgl ............. Tgl ..... Tgl .......
1 Riwayat jatuh, yang baru atau dalam 3 bulan Tidak 0
terakhir Ya 25
2 Diagnosis Medis Sekunder > 1 Tidak 0
Ya 15
3 Alat bantu jalan:
-Bed rest/ dibantu perawat 0
-Penopang/ tongkat/ walker 15
-Furnitur 30
4 . Terpasang infus/ terapi Tidak 0
antikoagulansi Ya 25
5 Cara berjalan/ berpindah
-Normal/ bed rest/ imobilisasi 0
-Lemah 15
-Terganggu 30
6 Status Mental:
-Orientasi sesuai kemampuan diri 0
-Lupa keterbatasan diri 15
Jumlah Skor
Nama & paraf yang melakukan penilaian

Tidak berisiko 0-24 Perawatan yang baik

Risiko Rendah 25-50 Lakukan intervensi jatuh standar


63
Risiko Tinggi ≥51 Lakukan intervensi jatuh risiko tinggi
Cara skoring Skala Jatuh Morse
(SJM)
1. Riwayat jatuh
Skor 25 : bila pasien pernah jatuh sebelum perawatan saat ini, atau jika ada
riwayat
jatuh fisiologis karena kejang atau gangguan gaya berjalan
menjelang dirawat.
Skor 0 : bila tidak pernah jatuh.
Catatan: bila pasien jatuh untuk pertama kali, skor langsung 25.

2. Diagnosis sekunder:
Skor 15 : jika diagnosis medis lebih dari satu dalam status pasien.
Skor 0 : jika tidak.

3. Bantuan berjalan:
Skor 0 : jika pasien berjalan tanpa alat bantu/ dibantu, menggunakan kursi
roda /tirah
baring dan tidak dapat bangkit dari tempat tidur sama sekali.
Skor 15 : jika pasien menggunakan kruk, tongkat, atau walker.
Skor 30 : jika pasien berjalan mencengkeram furnitur untuk topangan.
64
(SJM)
4. Menggunakan infus:
 Skor 25 : jika pasien diinfus.
 Skor 0 : jika tidak.

5. Gaya berjalan/ Transfer:


 Skor 0 : jika gaya berjalan normal dengan ciri berjalan dengan kepala tegak, lengan
terayun bebas di samping tubuh, dan melangkah tanpa ragu-ragu.
 Skor 10 : jika gaya berjalan lemah, membungkuk tapi dapat mengakat kepala saat
berjalan tanpa kehilangan keseimbangan. Langkah pendek-pendek dan
mungkin diseret.
 Skor 30 : jika gaya berjalan terganggu, pasien mengalami kesulitan bangkit dari
kursi, berupaya bangun dengan mendorong lengan kursi atau dengan
melambung (menggunakan beberapa kali upaya untuk bangkit). Kepala
tertunduk, melihat ke bawah. Karena keseimbangan pasien buruk, beliau
menggenggam furnitur, orang, atau alat bantu jalan dan tidak dapat
65
berjalan tanpa bantuan.
Cara skoring Skala Jatuh Morse
(SJM)

6. Status mental:
 Skor 0 : jika penilaian diri terhadap kemampuan berjalannya normal.
Tanyakan pada
pasien, “Apakah Bapak / Ibu dapat ke kamar mandi sendiri atau
perlu
bantuan?” Jika jawaban pasien menilai dirinya konsisten dengan
kemampuan
ambulasi, pasien dinilai normal.
 Skor 15 : jika respon pasien tidak sesuai dengan kemampuan ambulasi atau
jika respon
pasien tidak realistis, dan pasien over estimate kemampuan dirinya
dan lupa
66 keterbatasannya
Intervensi Jatuh Risiko Sedang Pasien
Dewasa

Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien


Pastikan bel panggil perawat mudah dijangkau
Roda tempat tidur pasien posisi terkunci
Posisikan tempat tidur pada posisi terendah
Pagar pengamaan tempat tidur dinaikkan
Pasang gelang khusus (warna kuning) sebagai tanda risiko pasien
jatuh
Tempatkan tanda risiko pasien jatuh pada daftar nama pasien
(warna kuning)
Beri tanda risiko pasien jatuh pada pintu kamar pasien (sesuai
kondisi kamar)

67
PENILAIAN RISIKO JATUH PADA PASIEN ANAK
DENGAN SKALA HUMPTY DUMPTY (SHD)
Parameter Kriteria Skor Skoring 1 saat Skoring2 tgl Skoring3 tgl Skoring4
masuk tgl ….. ….. …. Tgl …..
Di bawah 3 tahun 4
3 - 7 tahun 3
Umur
7 - 13 tahun 2
> 13 tahun 1
Laki-laki 2
Jenis Kelamin
Perempuan 1
Kelainan Neurologi 4
Perubahan dalam oksigenasi (Masalah
Saluran Nafas. Dehidrasi, Anemia, 3
Diagnosa
Anoreksia, Sinkop/sakit kepala, dll)
Kelainan Psikis/ Perilaku 2
Diagnosis Lain 1
Tidak sadar terhadap keterbatasan 3
Gangguan Kognitif Lupa keterbatasan 2
Mengetahui kemampuan diri 1
Riwayat jatuh dari tempat tidur saat bayi-
4
anak
Pasien menggunakan alat bantu atau box
Faktor Lingkungan 3
atau mebel.
Pasien berada di tempat tidur 2
Di luar ruang rawat 1
Dalam 24 jam 3
Respon Terhadap Operasi/ Obat
Dalam 48 jam Riwayat Jatuh 2
Penenang/ Efek Anestesi
> 48 jam 1
Bermacam-macam obat yang digunakan:
obat sedatif (kecuali pasien ICU yang
menggunakan sedasi dan paralisis) ,
Hipnotik, Barbiturat, Fenotiazin, 3
Penggunaan Obat •Tingkat risiko dan tindakan :
Antidepresan,
Laksans/ Diuretika,Narkotik •Skor 7-11: Risiko Rendah Untuk Jatuh
Salah satu dari pengobatan di atas 2 •Skor ≥ 12: Risiko Tinggi Untuk Jatuh
68 Pengobatan lain 1 •Skor Minimal : 7
TOTAL
Nama & paraf yang melakukan penilaian
•Skor Maksimal : 23
Intervensi Risiko Rendah Jatuh pada Pasien Anak

Standar Risiko Rendah (Skor 7 - 11):


1. Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga .
2. Buat posisi tempat tidur rendah dan ada remnya.
3. Ada pengaman samping tempat tidur dengan 2 atau 4 sisi pengaman.
Mempunyai luas tempat tidur yang cukupuntuk mencegah tangan dan kaki atau
bagian tubuh lain terjepit.
4. Menggunakan alas kaki yang tidak licin untuk pasien yang dapat berjalan.
5. Menilai kemampuan untuk ke kamar mandi & memberikan bantuan bila
dibutuhkan.
6. Menempatkan pasien dekat nurse station dengan penerangan yang cukup.
7. Lingkungan harus bebas dari peralatan yang mengandung risiko.
8. Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga.
9. Brosur edukasi jatuh harus berada pada tempatnya

69
Intervensi Risiko Tinggi Jatuh pada Pasien Anak

Standar Risiko Tinggi (skor ≥ 12):


1. Pakaikan gelang risiko jatuh berwarna kuning.
2. Memasang tanda peringatan risiko jatuh, berupa segitigakuning yang di pasang pada
bed pasien.
3. Melakukan observasi pasien minimal setiap satu jam.
4. Menemani pasien pada saat mobilisasi.
5. Tempat tidur pasien harus disesuaikan dengan perkembangan tubuh pasien.
6. Mempertimbangkan penempatan pasien yang perlu perhatiandiletakkan dekat nurse
station.
7. Perbandingan pasien dengan perawat 1 : 3, libatkan keluarga pasien sementara

perbandingan belum memadai


8. Biarkan pintu terbuka setiap saat kecuali pada pasien yangmembutuhkan ruang isolasi.
9. Tempatkan pasien pada posisi tempat tidur yang rendah kecualipada pasien yang
ditunggu keluarga.
10.Semua kegiatan yang dilakukan pada pasien harus didokumentasikan
70
71

Anda mungkin juga menyukai