Anda di halaman 1dari 27

Mengenal tentang suku

DAYAK
GURU PEMBIMBING :MARIYANIE S. Pd
KELOMPOK suku dayak
ABDUL AZIS
M. JUMADI
M. RIDUANSYAH IMAN
SAUPI ALMADANI
A. ASAL-USUL ORANG DAYAK
• Kata “Dayak” pada awalnya digunakan untuk menyebut penduduk
asli di pedalaman Pulau Kalimantan.
• Ada sebutan tersendiri bagi orang Dayak yang memeluk agama Islam
yaitu “Halo”, sedangkan istilah “Dayak” merupakan sebutan bagi
orang Dayak yang non-Islam.

• Menurut komunitas Suku Dayak Hindu


Budha Bumi Segandu Indramayu, kata
“Suku” artinya kaki, yang mengandung
makna bahwa setiap manusia berjalan dan
berdiri diatas kakinya masing-masing untuk
mencapai tujuan sesuai dengan kepercayaan
dan keyakinan masing-masing.
• Kata Dayak berasal dari kata “Ayak” atau
“Ngayak” yang artinya memilih, menyaring,
bisa juga diartikan banyaknya kepercayaan
manusia.
• Makna kata Dayak adalah menyaring,
memilah dan memilih mana yang benar dan
• Setelah orang-orang Melayu dari Sumatra, Jawa, dan
Semenanjung Malaka datang, mereka makin lama makin
mundur ke dalam dan hidup terpencar-pencar ke seluruh
pelosok wilayah Kalimantan dan ada yang mendiami pesisir
pulau Kalimantan.
• Semboyan orang Dayak adalah “menteng ueh mamut” yang
artinya seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta
tidak mengenal menyerah atau pantang mundur.
• Kelompok-kelompok pertama yang masuk wilayah
Kalimantan adalah kelompok Negrid dan Weeddid.
• Kelompok selanjutnya adalah Melayu Proto (3000-1500 SM).
• Suku bangsa Dayak merupakan keturunan daripada imigran
yang berasal dari wilayah yang kini disebut Yunnan di Cina
Selatan.
• Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan yang
bernama “Nansarunai Usak Jawa”, yakni sebuah kerajaan
Dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit (1309-1389).
• Bangsa Tionghoa diperkirakan mulai datang ke Kalimantan
pada masa Dinasti Ming (1368-1643).
• Arus besar berikutnya terjadi pada saat pengaruh Islam yang
berasal dari kerajaan Demak masuk, bersamaan dengan
datangnya para pedagang Melayu (sekitar tahun 1608).
• Sebagian besar suku Dayak memeluk Islam dan tidak lagi
mengakui dirinya sebagai orang Dayak, tapi menyebut dirinya
sebagai orang Melayu atau orang Banjar.
• Orang Dayak yang menolak agama Islam bermukim di daerah-
daerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit,
Labuan Lawas, dan Watang Balangan.
• Menurut Tjilik Riwut, suku Dayak
terbagi dalam tujuh suku besar dan
beberapa suku kecil, yaitu
1. Dayak Ngaju (Dayak Ngaju, Dayak
Ma’anyaan, Dayak Dusun, dan
Dayak Tawangan),
2. Dayak Apu Kayan (Dayak Kenya,
5
Datak Kayan, dan Dayak Bahau),
3. Dayak Iban atau Heban (Dayak
6 Laut),
3 4. Dayak Klemantan atau Dayak
2 Darat (Dayak Klemantan dan
4 Dayak Ketungan),
7 5. Dayak Murut (Dayak Murut,
Dayak Idaan (Dusun), dan Dayak
1 Tidung),
6. Dayak Punan (Dayak Basap,
Dayak Punan, Dayak Ot, dan
Dayak Bukar),
7. Dayak Ot-Danum.
B. MITE DAN MAGI ORANG DAYAK
• Di dalam mite orang Dayak, legenda dan cerita-cerita rakyat akan
ditemui berbagai macam dewa-dewa, roh-roh gaib, kekuatan-
kekuatan sakti berbagai tata kehidupan dan sebagainya.

• Kepercayaan tentang kejadian alam, manusia, dan benda sakti :

 cerita tentang ranying


pohatora dan peres
(penciptaan manusia)
 tentang batang garing
(pohon kehidupan)
 mandau.
Batang Garing Mandau
(pohon kehidupan) (Senjata Khas Suku Dayak
Suku Dayak dikenal dengan ilmu

magisnya, ilmu magis ini


diperoleh dari berbagai sumber
yaitu :

 Mangaji (basurah atau


berguru)

 Balampah (bertapa)

 Katuahan (keberuntungan)

 Nupi (mimpi)

 Minyak dan kayu

 Ilmu magis sejak lahir.


Minyak Bintang dan Minyak Kayu Kepot Sala dan Kayu
Besi Manang
Lipan, Kijang Putih, dan
Ular Berkepala Dua
Bayi Berselaput
(dipercaya memiliki ilmu magis sejak lahir)
C. STRUKTUR KEAGAMAAN
(FAHAM KAHARINGAN DAN AJARANNYA)
• Kaharingan berasal dari bahasa Sangen (Dayak kuno),
yang berasal dari kata “Haring” yang berarti ada dan
tumbuh atau hidup, dilambangkan dengan Batang
Garing atau Pohon Kehidupan.
• Pohon ini berbentuk seperti tombak dan menunjuk
tegak ke atas.
• Tempat bertumpu Batang Garing adalah Pulau Bantu
Nindan Tarung yaitu pulau tempat kediaman manusia
pertama sebelum manusia diturunkan ke bumi.
• Orang-orang Dayak diingatkan bahwa dunia ini adalah
tempat tinggal sementara bagi manusia, karena tanah
air manusia yang sebenarnya adalah di dunia atas, yaitu
di Lawu Tatau.
• Kaharingan merupakan agama asli suku Dayak, yang
biasa disebut dengan agama Hindu Kaharingan.
• Penamaan Hindu Kaharingan tidak dimaksudkan agar
mereka menyembah dewa-dewa orang Hindu Bali (Dewa
Siwa, Brahma, Wisnu), melainkan mereka menyembah
roh-roh ghaib dan roh-roh nenek moyang mereka
sendiri.
• Suku Dayak tidak merayakan upacara-upacara agama
Hindu Bali (Nyepi, Galungan, Kuningan, Saraswati, dan
lainnya), tidak mengenal istilah Sang Hyang Widhi,
yaitu sebutan untuk Tuhan Yang Maha Esa dikalangan
penganut Hindu Bali.
• Mereka hanya mengenal Tuhan mereka adalah Ranying
Hatala Langit atau Raja Tontong Matanandu Kanarohan
Tambing Kabanteran Bulau (penguasa alam atas) dan
Bawing Jata Balawang Bulau (penguasa alam bawah).
• Upacara Basarah merupakan upacara sembahyang bagi
umat Kaharingan yang dilakukan setiap hari Senin dan
Kamis, waktunya ada sore hari.
• Tempat pertemuan atau tempat ibadah disebut dengan
Balai Basarah atau Balai Kaharingan.
• Sejumlah buku suci yang memuat ajaran dan
seperangkat aturan adalah :
1. Panuturan Karak Tungkup (awal dari segala kejadan)
sejenis kitab suci
2. Talatah Basarah atau Kandayu (kumpulan doa)
3. Tawar (petunjuk tata cara meminta pertolongan
Tuhan)
4. Pemberkatan perkawinan
5. Buku penyumpahan atau pengukuhan untuk acara
pengambilan sumpah jabatan.
• Menurut Koentjaraningrat, agama kaharingan memiliki
empat unsur pokok yaitu :
1. Emosi keagamaan
2. Sistim kepercayaan.
Suku Dayak percaya adanya makhluk-makhluk
ghaib yang tidak dapat terjangkau oleh panca indra
manusia dan kekuatan-kekuatan sakti yang hanya
bisa dikuasai para balian, dukun, ataupun para
tukang sihir.
Makhluk ghaib yang sakti disebut ganan.
Roh-roh yang dekat dengan kehidupan manusia yaitu
Ranying Hatalla, Jata, Raja Tuntung Tahaseng,
Janjahulung Tatu Riwut, Gamala Tajan Tanggara,
Sangsaria Anak Nyahu Menteng, Tamanang Tarai
Bulau, dan lainnya.
3. Sistim upacara keagamaan
4. Kelompok keagamaan
Patuhu Pakaian Adat Suku Dayak
D. UPACARA ADAT KEMATIAN DAN
PENGUBURAN ORANG DAYAK
• Bagi orang Dayak ada dua macam penguburan, yaitu

1. Upacara kematian biasa (ritus penguburan)

Upacara kematian dilakukan untuk memimpin liau ke


tempat peristirahatan sementara, yaitu Bukit Pasahan
Raung.

2. Pesta kematian (tiwah)

Upacara tiwah tidak boleh diabaikan, karena apabila


diabaikan akan mendatangkan bencana kepada keluarga
yang masih hidup.

Upacara ini merupakan upacara pemakanan terakhir


yaitu dengan memakamkan tulang-tulang sang wafat di
tempat peristirahatan tetap yang disebut sandong.
Sapundu
E. KESENIAN SUKU DAYAK
1. Seni Tari : Tari Manasai, Tari Karang Dedeo, Tari
Bukan, Tari Gumbeuk, Tari Kanjan, Tari Giring-giring,
dan lainnya.

2. Seni Suara : nyanyian Kandan, nyanyian Setangis ,


nyanyian Kayau Pulang, nyanyian Mohing Asang,
nyanyian Kandayu, nyanyian Sansana Bandar, dan
lainnya.

3. Seni Lukis : tato atau tutang atau cacah pada tubuh dan
pesek (tindik telinga) atau telinga panjang.
Tato Tubuh Orang Dayak
Telinga Panjang Orang Dayak
F. INTERAKSI KEPERCAYAN ORANG
DAYAK DENGAN AGAMA-AGAMA LAIN
• Menurut mitos, agama kaharingan diturunkan dari
langit ketujuh oleh Ranying Mahatalla Langit.

• Suku Dayak memiliki lambang batang haring yang


memiliki arti pohon kehidupan.

• Suku Dayak menjadikan pohon kehidupan sebagai


pedoman untuk interaksi, bergaul, atau berhubungan
dengan sesama manusia, manusia dengan alam, manusia
dengan Tuhan serta berhubungan baik antar umat
beragama.
• Seiring berkembangnya zaman dan terjadinya asimilasi
antara orang Dayak dan suku pendatang maka suku
Dayak ada yang beragama Hindu, Budha, Kristen, dan
Islam.
• Hindu telah menyebar luas di dunia terutama di
Indonesia dan lebih dikenal luas jika dibandingkan
dengan suku Dayak, maka agama Kaharingan
dikategorikan ke cabang Hindu.
• Datang pedagang dari Gujarat yang beragama Islam
(Arab Melayu) dengan tujuan jual beli barang-barang
dari, dan, kepada masyarakat Dayak.
• Mereka sering berinteraksi, bolak-balik mengambil, dan
mengantar barang-barang dagangan dari, dan, ke Selat
Malaka, kemudian mendiami Kalimantan.
• Sistem religi masyarakat Dayak mulai
terpengaruh dan dipengaruhi oleh para
pedagang Melayu yang telah mengenal
pengetahuan, pendidikan, dan agama Islam
dari luar Kalimantan.
• Agama Islam diterima dan dikenal mulai tahun
1.550 M di Kerajaan Tanjung Pura pada
pemerintahan Giri Kusuma yang merupakan
Kerajaan Melayu.
• Orang Dayak yang beragama Islam juga
tersebar di Kalimantan Selatan dan
Kotawaringin, salah seorang Sultan
Kesultanan Banjar yang terkenal adalah
Lambung Mangkurat (seorang Dayak
Ma’anyan atau Ot Danum).
• Masyarakat Dayak masih memegang teguh
kepercayaan dinamismenya, mereka percaya
setiap tempat-tempat tertentu ada
penguasanya, yang mereka sebut Jubata,
Petara, Ala Taala, Penompa, dan lain-lain.
• Setelah penduduk pendatang di pesisir
berasimilasi dengan suku Dayak yang pindah
(lewat perkawinan dengan suku Melayu) ke
agama Islam, agama Islam lebih identik
dengan suku Melayu, dan agama Kristiani atau
kepercayaan dinamisme lebih identik dengan
suku Dayak.
• Sejalan terjadinya urbanisasi ke Kalimantan,
menyebabkan pesisir Kalimantan Barat
menjadi ramai, karena semakin banyak
dikunjungi pendatang, baik lokal maupun
Nusantara lainnya.
Rumah Panjang Suku Dayak
ADA PERTANYAAN?

Anda mungkin juga menyukai