-SRIWIJAYA-
M.Rivan Nuriansyah
M. Aldrich Rinaldi
M. Arief Darmawan
Nadia Lutfania
Nafila Soraya
Geografis Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 (683 M).
Kerajaan Sriwijaya terletak di dekat kota Palembang.
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak
Budha tertua di Indonesia dan merupakan kerajaan
Budha terbesar di Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya
dapat berkembang menjadi besar karena didukung oleh
beberapa faktor, antara lain, letak geografis, pelayaran
dan perdagangan internasional kuno, serta
perkembangan agama Budha. Dengan demikian, Kerajaan
Sriwijaya berkembang menjadi pusat pemerintahan
(politik), pelayaran, perdagangan (ekonomi) dan pusat
pendidikan, serta perkembangan agama Budha.
Secara geografis, Kerajaan Sriwijaya
terletak di kawasan yang strategis karena
berhadapan dengan Selat Malaka dan Selat
Sunda. Karena letak geografis yang strategis ini,
Sriwijaya dapat menguasai dua perairan yang
sangat penting dalam perdagangan. Selain itu,
Kerajaan Sriwijaya berhasil mengembangkan
perdagangan internasional karena didukung oleh
angkatan laut yang kuat dan kapalkapal dagang
yang jumlahnya relatif banyak
Dengan kekuatan angkatan laut yang dimiliki,
Kerajaan Sriwijaya mampu mengamankan jalur
perdagangan Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut
Cina Selatan. Dengan terjaminnya keamanan di
perairan tersebut, banyak pedagang dari luar nege-
ri senang singgah di dermaga Sriwijaya. Berlabuh-
nya kapalkapal asing di dermaga Sriwijaya tentu
sangat menguntungkan. Mereka membayar pajak
kepada kerajaan, membeli barang-barang
komoditas dari hasil bumi di Sriwijaya. Sebaliknya,
masyarakat Sriwijaya dapat membeli barang-barang
dari para pedagang asing tersebut.
Prasasti-prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
• 1. Prasasti Ligor
Prasasti Ligor merupakan prasasti yang terdapat di Ligor (sekarang
Nakhon Si Thammarat, selatan Thailand). Prasasti ini merupakan
pahatan ditulis pada dua sisi, bagian pertama disebut prasasti Ligor A
atau dikenal juga dengan nama manuskrip Viang Sa sedangkan di bagian
lainnya disebut dengan prasasti Ligor B.
• Isi:
Dari manuskrip Ligor A ini berisikan berita tentang raja Sriwijaya, raja
dari segala raja yang ada di dunia, yang mendirikan Trisamaya caitya
untuk Kajara.[2] Sedangkan dari manuskrip Ligor B berangka tahun 775,
berisikan berita tentang nama Visnu yang bergelar Sri Maharaja, dari
keluarga Śailendravamśa serta dijuluki dengan Śesavvārimadavimathana
(pembunuh musuh-musuh yang sombong tidak bersisa).
• 2. Prasasti Palas Pasemah
Prasasti Palas Pasemah, prasasti pada batu,
ditemukan di Palas Pasemah, di tepi Way (Sungai)
Pisang, Lampung. Ditulis dengan aksara Pallawa
dan bahasa Melayu Kuna sebanyak 13 baris.
Meskipun tidak berangka tahun, namun dari
bentuk aksaranya diperkirakan prasasti itu berasal
dari akhir abad ke-7 Masehi.
• Isi:
Isinya mengenai kutukan bagi orang-orang yang
tidak tunduk kepada Sriwijaya.
• 3. Prasasti Leiden
Prasasti Leiden merupakan manuskrip yang
ditulis pada lempengan tembaga berangka tahun
1005 yang terdiri dari bahasa Sanskerta dan bahasa
Tamil. Prasasti ini dinamakan sesuai dengan
tempat berada sekarang yaitu pada KITLV Leiden,
Belanda.
• Isi:
Prasasti ini memperlihatkan hubungan antara
dinasti Sailendra dari Sriwijaya dengan dinasti
Chola dari Tamil, selatan India.
• 4. Prasasti Kota Kapur
Prasasti ini ditemukan di pesisir barat Pulau Bangka.
Prasasti ini dinamakan menurut tempat penemuannya yaitu
sebuah dusun kecil yang bernama "Kotakapur". Tulisan pada
prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawa dan menggunakan
bahasa Melayu Kuna, serta merupakan salah satu dokumen
tertulis tertua berbahasa Melayu. Prasasti ini ditemukan
oleh J.K. van der Meulen pada bulan Desember 1892.
• Isi:
Prasasti Kota Kapur adalah salah satu dari lima buah batu
prasasti kutukan yang dibuat oleh Dapunta Hiyaŋ, seorang
penguasa dari Kadātuan Śrīwijaya.
• 5. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh M. Batenburg
pada tanggal 29 November 1920 di Kampung Kedukan
Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang,Sumatera Selatan, di tepi
Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini
berbentuk batu kecil berukuran 45 × 80 cm, ditulis dalam
aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuna. Prasasti
ini sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia
• Isi:
Menyatakan bahwa Dapunta Hyang mengada- kan
perjalanan suci (sidhayarta) dengan perahu dan membawa
2.000 orang. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil
menaklukkan beberapa daerah.
• 6. Prasasti Hujung Langit
Prasasti Hujung Langit, yang dikenal juga dengan
nama Prasasti Bawang, adalah sebuah prasasti batu yang
ditemukan di desa Haur Kuning, Lampung, Indonesia.
Aksara yang digunakan di prasasti ini adalah Pallawa
dengan bahasa Melayu Kuna. Tulisan pada prasasti ini
sudah sangat aus, namun masih teridentifikasi angka
tahunnya 919 Saka atau 997 Masehi.
• Isi:
Isi prasasti diperkirakan merupakan pemberian
tanah sima.
• 7. Prasasti Talang Tuwo
Prasasti Talang Tuwo ditemukan oleh Louis Constant
Westenenk (residen Palembang kontemporer) pada tanggal
17 November 1920 di kaki Bukit Seguntang,
• Isi:
Isi prasasti Talang Tuo adalah berupa doa-doa dedikasi,
dimana hingga kini, doa-doa demikian masih dijalankan dan
diyakini. Prasasti ini memperkuat bahwa terdapat pengaruh
yang kuat dari cara pandang Mahayana pada masa tersebut,
dengan ditemukannya kata-kata seperti bodhicitta,
mahasattva, vajrasarira, danannuttarabhisamyaksamvodhi,
dimana istilah-istilah bahasa Sanskerta tersebut memang
digunakan secara umum dalam ajaran Mahayana.
• 8. Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu 1 ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru (tidak
jauh dari Sabokingking), Kel. 3 Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota Palembang,
Sumatera Selatan, pada tahun 1935. Prasasti ini sekarang disimpan di
Museum Nasional dengan No. D.155. Di sekitar lokasi penemuan prasasti
ini juga ditemukan prasasti Telaga Batu 2, yang berisi tentang keberadaan
suatu vihara di sekitar prasasti. Pada tahun-tahun sebelumnya ditemukan
lebih dari 30 buah prasasti Siddhayatra. Bersama-sama dengan Prasasti
Telaga Batu, prasasti-prasasti tersebut kini disimpan di Museum Nasional,
Jakarta.
• Isi:
Isinya tentang kutukan terhadap siapa saja yang melakukan
kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan tidak taat kepada perintah dātu.
Casparis berpendapat bahwa orang-orang yang disebut pada prasasti ini
merupakan orang-orang yang berkategori berbahaya dan berpotensi
untuk melawan kepada kedatuan Sriwijaya sehingga perlu disumpah.
• 9. Prasasti Karang Birahi
Prasasti Karang Brahi adalah sebuah prasasti dari
zaman kerajaan Sriwijaya yang ditemukan pada tahun 1904
oleh Kontrolir L.M. Berkhout di tepian Batang Merangin.
Prasasti ini terletak pada Dusun Batu Bersurat, Desa Karang
Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin,
Jambi.
• Isi:
Isinya tentang kutukan bagi orang yang tidak tunduk
atau setia kepada raja dan orang-orang yang berbuat jahat.
Kutukan pada isi prasasti ini mirip dengan yang terdapat
pada Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu.
PERKEMBANGAN KERAJAAAN
SRIWIJAYA
Ada beberapa faktor yag mendorong perkembangan sriwijaya antara lain:
•Letak geografis dari kota palembang yang srategis.
•Runtuhnya kerajaan funan di vietnam akibat serangan kamboja. Hal ini telah
memberi kesempatan sriwijaya untuk cepat berkembang sbg negara maritim.
Perkembangan Politik dan Pemerintahan
semakin berkurang.
Sebab-sebab keruntuhan kerajaan Sriwijaya :
Kebesaran Kerajaan Sriwijaya mulai surut sejak abad ke-11. Kemunduran
itu bermula dari serangan besar – besaran yang dilancarkan Kerajaan Cola
(India) di bawah pimpinan Raja Rajendra Coladewa pada tahun 1017 dan
tahun 1025. Perisitiwa serangan Kerajaan Cola dapat diketahui dari prasasti
Tanjore ( 1030 )
• pernah diserang oleh raja Rajendra Coladewa dari Colamandala India dua
1477M