Anda di halaman 1dari 10

ASRAMA UTSMAN

“Praktik Riba Merajalela di Tengah Kehidupan”


“Masyarakat”

-FARHAN FAISAL ILHAM -AHMAD FADILAH


-MUHAMAD FADLI -MUHAMAD FAHRIZAL
 PRAKTIK PERTAMA : KREDIT SEGITIGA

Praktik riba berupa piutang yang mendatangkan keuntungan sering kita


jumpai dalam kemasan jual beli walaupun sebenarnya jual beli yang terjadi
hanya sebagai kamuflase belaka. Di antara kamuflase riba yang terjadi di
zaman sekarang dalam bentuk jual beli ialah bentuk pengkreditan. Di masa
lalu hanya dikenal kredit dua pihak yaitu antara penjual dengan pembeli saja.
Namun pada masa modernisasi ini, system transaksi ini telah mengalami
perubahan, dimana kredit pada masa sekarang umumnya melibatkan tiga
pihak yaitu pemilik uang, pembeli dan lembaga pembiayaan atau pihak
pembiayaan. Kredit model seperti ini disebut dengan kredit segitiga.
Pihak pertama sebagai pemilik barang menegaskan
bahwa dirinya telah menjual barang kepada pihak kedua,
sebagai pemilik uang dengan pembayaran tunai.
Kemudian pihak kedua menjual kembali barang tersebut
kepada pihak ketiga dengan pembayaran diangsur,
dantentunya dengan harga jual yang lebih tinggi dari
harga jual pertama. Sekilas ini hanyalah transaksi jual beli
biasa, namun sebenarnya tidak demikian. Sebagai
buktinya :
Barang tidak berpindah kepemilikan dari penjual pertama
Barang juga tidak berpindah tempat dari penjual pertama
Segala tuntutan yang berkaitan dengan cacatnya barang penjual kedua tidak
bertanggung jawab, akan tetapi penjual pertama yang bertanggung jawab
Sering kali pembeli kedua telah membayar uang muka terlebih dahulu kepada penjual
pertama.

Pembahasan diatas membuktikan bahwa pembeli pertama,


yaitu pemilik uang hanyalah memiutangkan sejumlah uang
kepada pihak ketiga. Kemudian dari piutangnya ini, pihak
pertama mendapatkan keuntungan.
Padahal jauh-jauh hari Rasulullah saw. melarang praktik semacam ini, sebagaimana
yang telah disebutkan dalam sebuah hadist:

‫َع ِن اْبِن َع َّباٍس َرِض َي ُهَّللا َع ْنُهَم ا َقاَل َر ُس ْو ُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم (َم ْن اْبَتاَع َطَع اًم ا َفَال َيِبْع ُه َح َّتى َيْقِبَض ُه) َقاَل‬
‫ َو َأخِس ُب ُك َّل َش ْي ٍء ِبَم ْنِز َلِة الَّطَع اِم‬: ‫اْبُن َع َّباٍس َرِض َي ُهَّللا َع ْنُهَم ا‬

“Sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma menuturkan, “Rasulullah Shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa membeli bahan makanan, maka janganlah ia
menjualnya kembali hingga ia selesai menerimanya’. “Ibnu Abbas Radhiyallahu
anhuma berkata, “Dan saya berpendapat bahwa segala sesuatu hukumnya seperti
bahan makanan”. [Riwayat Bukhari hadits no. 2025 dan Muslim no. 3913]
 PRAKTIK KEDUA : PEGADAIAN

Di antara riba yang merajalela dikalangan masyarakat ialah riba pegadaian. Telah
menjadi budaya diberbagai daerah, terutama di Indonesia. Pihak kreditur disini
memanfaatkan barang gadai yang diserahkan kepadanya. Seperti etika ada seseorang
yang menggadaikan ladangnya, maka pihak kreditur mengelola lading tersebut dan
mengambil hasilnya. Praktik semacam ini tidak perlu diragukan lagi bahwa praktik ini
sebagai bentuk riba dikarenakan adanya pemanfaatan yang dilakukan pihak kreditur
sehingga mendapatkan keuntungan dari piutangnya.

‫ُك ُّل َقْر ٍض َج َّر َنْفًع ا َفُهَو ِر ًبا‬


“Setiap piutang yang mendatangkan kemanfaatan/keuntungan, maka
itu adalah riba”
 PRAKTI KETIGA : TUKAR TAMBAH EMAS

‫الَّذ َهُب ِبالَّذ َهِب َو اْلِفَّض ُة ِباْلِفَّض ِة َو اْلُبُّر ِباْلُبِّر َو الَّش ِع يُر ِبالَّش ِع يِر َو الَّتْم ُر‬
‫ َس َو اًء‬، ‫ِبالَّتْم ِر َو اْلِم ْلُح ِباْلِم ْلِح ِم ْثاًل ِبِم ْثٍل‬

‫ َفَم ْن َز اَد َأْو ا ْس َتَز اَد َفَقْد َأْر َبى اآلِخ ُذ َو اْلُم غِط ي ِفْيِه َس َو اء‬، ‫ َيدًا ِبَيٍد‬، ‫ِبَس َو اٍء‬

Emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum


dijual dengan gandum, sya’ir (salah satu jenis gandum) dijual
dengan sya’ir, kurma dijual dengan kurma, dan garam dijual
dengan garam, (takaran/timbangannya) harus sama dan kontan.
Barangsiapa menambah atau meminta tambahan maka ia telah
berbuat riba, penerima dan pemberi dosanya sama” [Riwayat
Muslim hadits no. 1584]
 PRAKTIK KEEMPAT : KARTU KREDIT

Yaitu suatu kartu yang dapat digunakan untuk penyelesaian transaksi


ritel dengan system kredit. Dengan adanya kartu ini pengguna
mendapatkan pinjaman uang yang dibayarkan kepada penjual barang
atau jasa dari pihak penerbit kartu kredit. Dampak dari transaksi ini
adalah pengguna kartu kredit wajib membayar tagihan dalam tempo
waktu yang sudah ditentukan, dan apabila telat membayar maka ia akan
dikenai denda. Tidak perlu diragukan lagi, praktik ini adalah riba karena
penggunaan kartu kredit berarti berhutang, sehingga denda yang
dibebankan atas setiap keterlambatan adalah riba.
KESIMPULAN

Dalam era modernisasi ini banyak sekali praktik-praktik riba yang


merajalela dikalangan masyarakat. Riba dalam bentuk apapun itu
hukumnya haram, bukan hanya menurut agama islam saja, tapi menurut
agama lain pun riba ini dilarang. Riba juga sangat merugikan banyak pihak.
Dengan kita berhenti melakukan riba atau berbuat dzalim, maka tidak akan
ada pihak yang merasa menganiaya dan teraniaya. Masih banyak lagi
praktik-praktik riba yang merajalela ditengah-tengah kehidupan masyarakat
yang tidak bisa saya paparkan satu persatu. Disini saya hanya bisa
memaparkan sebagian dari praktik-praktik riba.
Thank You for
your attention!
We are from
Asrama utsman

Anda mungkin juga menyukai