Narkotika Golongan I
Narkotika golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan,
dalam jumlah terbatas dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, reagensia diagnostik dan reagensia laboratorium setelah
mendapat persetujuan dari Menteri Kesehatan. Saat ini sebanyak 114 zat masuk ke
dalam narkotika golongan I.
Contoh: opium, kokain, ganja, 3,4-Methylenedioxymethamphetamine (MDMA)/
ecstasy
Narkotika Golongan II
Narkotika golongan II dapat digunakan untuk pelayanan kesehatan sesuai ketentuan.
Saat ini sebanyak 91 zat masuk ke dalam narkotika golongan II. Contoh: morfin,
petidin, fentanyl.
Narkotika Golongan III
Narkotika golongan III dapat digunakan untuk pelayanan kesehatan sesuai ketentuan.
Saat ini sebanyak 15 zat masuk ke dalam narkotika golongan III. Contoh: kodein,
buprenorfi.
Napza
Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya.
Istilah lain yang sering digunakan adalah Narkoba dan zat psikoaktif.
Definisi narkotika menurut Undang-Undang No. 35 tahun 2009
tentang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Psikotropika menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997 adalah zat
atau obat , baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku
zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang
apabila dikonsumsi oleh organisme hidup, maka dapat
menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan
ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan dan
berefek ingin menggunakannya secara terus-menerus.
Jika dihentikan dapat memberi efek lelah luar biasa atau
rasa sakit luar biasa.
Contoh zat adiktif lainnya adalah alkohol, inhalansia (lem,
bensin, tiner), kafein, nikotin.
Zat psikoaktif adalah zat yang bekerja pada susunan
saraf pusat secara selektif sehingga dapat menimbulkan
perubahan pada pikiran, perasaan, perilaku, persepsi
maupun kesadaran.
Cara penggunaan napza
Secara garis besar cara penggunaan Napza dapat dibagi
menjadi 4, yaitu:
Saluran pernafasan : dirokok.
Saluran pencernaan : ditelan (oral)
Mukosa : dikunyah, dihirup/disedot
Pembuluh darah : suntikan intra vena, subkutan
dan intra muscular. Cara ini memiliki risiko kesehatan
tinggi termasuk penularan penyakit yang disebabkan
oleh virus dan bakteri serta kerusakan jaringan.
Rehabilitasi Medis
Suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk
membebaskan pecandu, penyalahguna, dan korban
penyalahgunaan Narkotika dari ketergantungan Narkotika.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis,
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan
Narkotika dibedakan ke dalam golongan-golongan I, II,
III.
INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR
(IPWL)
(1) Menteri menetapkan pusat kesehatan masyarakat,
rumah sakit dan lembaga rehabilitasi medis sebagai
IPWL.
(2) lembaga rehabilitasi medis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa :
klinik pratama,
klinik utama,
lembaga lain yang melaksanakan rehabilitasi medis bagi
pecandu, penyalahguna, dan korban penyalahgunaan
Narkotika
Syarat IPWL
a. memiliki izin operasional yang berlaku sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. ketenagaan; dokter dan perawat yang terlatih di
bidang gangguan penggunaan Narkotika
c. mampu memberikan pelayanan terapi Rehabilitasi
Medis Narkotika;
d. memiliki fasilitas pelayanan rawat jalan dan/atau
rawat inap yang memenuhi standar pelayanan
rehabilitasi Narkotika.
IPWL yang menyelenggarakan Rehabilitasi Medis
berupa terapi rumatan, wajib memiliki apoteker
Pelayanan terapi Rehabilitasi Medis
Pelayanan terapi Rehabilitasi Medis Narkotika meliputi
pelayanan :
gawat darurat
manajemen putus zat
rawat jalan rumatan
penapisan dan pengkajian
intervensi psikososial
rehabilitasi rawat inap
komorbiditas fisik
dual diagnosis/komorbid psikiatrik
Uji Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya.
Standar fasilitas pelayanan rawat jalan
a. memiliki ruang periksa dan intervensi psikososial;
b. memiliki program rawat jalan berupa layanan
simtomatik dan intervensi psikososial sederhana;
c. memiliki standar prosedur operasional untuk
layanan Rehabilitasi Medis Narkotika rawat jalan.
Standar fasilitas pelayanan rawat inap
a. terdapat tempat tidur untuk perawatan;
b. memiliki program Rehabilitasi Medis Narkotika
rawat inap;
c. memiliki standar prosedur operasional untuk
layanan Rehabilitasi Medis Narkotika rawat inap;
d. memiliki standar keamanan minimal.
Standar keamanan minimal
a. pencatatan pengunjung yang masuk dan keluar;
b. pemeriksaan fisik dan barang bawaan setiap masuk
layanan agar tidak membawa Narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya, dan benda tajam ke dalam
IPWL
c. standar prosedur operasional bagi petugas penjaga
keamanan;
d. sarana dan prasarana yang aman agar pasien
terhindar dari kemungkinan melukai dirinya sendiri,
melukai orang lain, dan melarikan diri.
Tujuan utama program Wajib Lapor
memenuhi hak pecandu, penyalahguna dan korban
penyalahgunaan Narkotika dalam mendapatkan
pengobatan dan perawatan melalui Rehabilitasi Medis
atau sosial.
peran aktif tenaga kesehatan dalam melakukan
asesmen, menyusun rencana terapi, dan memberikan
rekomendasi atas rencana terapi rehabilitasi yang
dibutuhkan oleh pecandu, penyalahguna dan korban
penyalahgunaan Narkotika untuk dapat pulih dari
gangguan penggunaan Narkotika.
Prosedur pelayanan di IPWL
1. Asesmen, menggunakan Formulir Asesmen Wajib Lapor dan Rehabilitasi Medis.
2. Tes urin (urinalisis) untuk mendeteksi ada atau tidaknya Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) dalam tubuh pecandu, penyalahguna, dan korban
penyalahgunaan Narkotika.
3. Pemberian konseling dasar adiksi Narkotika, yang ditujukan untuk mengkaji
pemahaman pasien atas penyakitnya serta pemahamannya akan pemulihan. Pemberian
konseling dasar juga dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi pasien dalam
melakukan perubahan perilaku ke arah yang lebih positif.
4. Pecandu, penyalahguna, dan korban penyalahgunaan Narkotika yang memiliki
riwayat penggunaan NAPZA dengan cara suntik, diberikan konseling pra-tes HIV dan
ditawarkan untuk melakukan pemeriksaan HIV dan/atau Hepatitis C sesuai kebutuhan.
5. Pemeriksaan penunjang lain bila diperlukan.
6. Penyusunan rencana terapi meliputi rencana Rehabilitasi Medis dan/atau sosial, dan
intervensi psikososial.
7. Rehabilitasi Medis sesuai rencana terapi yang dapat berupa rawat jalan (simtomatik
atau rumatan) atau rawat inap.
Program Pasca Rawat
Pecandu, penyalahguna, dan korban penyalahgunaan
Narkotika yang telah melaksanakan Rehabilitasi Medis
berhak untuk menjalani rehabilitasi sosial dan program
pengembalian ke masyarakat yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
IPWL diharapkan menjalin kerja sama dengan panti
rehabilitasi sosial milik pemerintah atau masyarakat,
atau dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
yang memberikan layanan pasca rawat
Standar Layanan Rehabilitasi Medis
Efektivitas program Rehabilitasi Medis bagi pecandu,
penyalahguna, dan korban penyalahgunaan Narkotika
dapat diketahui dengan menggunakan beberapa
indikator.
Pada umumnya masyarakat melihat keberhasilan terapi
dari kemampuan program tersebut yaitu membuat
individu dengan gangguan penggunaan Narkotika
berhenti total menggunakan Narkotika
Indikator yang digunakan: Addiction Severity
Index, WHO Quality of Life, Opiate Treatment Index
Indikator 1 : Peningkatan status kesehatan pengguna
napza selagi berada dalam program
Indikator 2 : Penurunan penggunaan napza secara
ilegal selama berada dalam program.
Indikator 3 : Penurunan keterlibatan dalam tindak
kriminalitas selama berada dalam program
Indikator 4 : Peningkatan kualitas hidup klien selama
dalam program
Rokok - Narkoba
Definisi narkoba yang dibuat oleh Badan Narkotika
Nasional, setidaknya terdapat tiga zat aktif utama, yaitu
narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya
Rokok memiliki unsur utama nikotin yang merupakan
salah satu zat psikotropika stimulan.
Rokok sebenarnya sudah masuk kategori narkotika jenis
rendah.
Remaja adalah individu paling rentan terhadap rokok
dan narkoba, oleh sebab itu peran orang tua sangatlah
penting untuk menjaga anak-anak agar menjauhi kedua
hal tersebut
Rokok: Bahaya yang Mengancam Anak,
Remaja dan Wanita Indonesia
Di dalam sebatang rokok mengandung 4.000 jenis senyawa kimia
beracun yang berbahaya untuk tubuh, 43 diantaranya bersifat
karsinogenik.
Komponen utama yaitu Nikotin suatu zat berbahaya penyebab
kecanduan,
Tar yang bersifat karsinogenik
CO yang dapat menurunkan kandungan oksigen dalam darah.
Konsumsi rokok merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya
berbagai penyakit tidak menular seperti penyakit jantung koroner,
stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes melitus yang
merupakan penyebab kematian utama di dunia, termasuk Indonesia.
Indonesia peringkat ketiga dengan jumlah perokok aktif tertinggi di
dunia setelah China dan India.
Dampak buruk rokok
Merokok merupakan kegiatan yang berdampak buruk tidak hanya bagi diri
sendiri, tetapi juga orang lain atau keluarga yang ada di sekitarnya baik dalam
waktu singkat maupun jangka panjang.
dalam rokok terkandung lebih dari 4.000 jenis bahan kimia yang berbahaya
bagi tubuh.
Penyakit kanker
Penyakit paru-paru kronis
Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut
Menyebabkan stroke dan serangan jantung
Tulang mudah patah
Gangguan pada mata : katarak
Menyebabkan kanker leher rahim dan keguguran pada wanita
Menyebabkan kerontokan rambut.
Merokok dalam berbagai jenis dan bentuk merupakan kegiatan yang akan
mengganggu kesehatan. Mulai bangun kesadaran untuk menciptakan rumah
bebas asap rokok dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat agar
keluarga yang sehat dan bebas dari asap rokok dapat segera terwujud
Beban Negara Akibat Rokok > Pendapatan
Negara yang Berasal dari Cukai Rokok
Secara makro pengeluaran pemerintah dan masyarakat terkait
tembakau di Indonesia (2010) sebesar Rp 231.27 Trilyun, terdiri
untuk: Biaya perawatan medis berupa rawat inap dan rawat jalan
pada 5 jenis penyakit terkait tembakau di Indonesia sebanyak
629.017 kasus Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah termasuk
Stroke, Kanker, dan Gangguan pada janin (Rp 2,11 T),
Pembelian rokok (Rp 138 T)
Kerugian akibat kehilangan produktivitas karena kematian
prematur dan morbiditas-disabilitas (Rp 91,16 T).
Adapun total pendapatan negara dari cukai tembakau pada tahun
yang sama hanya sebesar Rp 55 T.
Beban negara akibat rokok lebih besar dari penghasilan negara dari
cukai tembakau.
Rokok – beban ekonomi
Studi ini berupaya mengidentifikasi biaya yang
dikeluarkan penyakit-penyakit mematikan, tetapi bisa
dicegah akibat konsumsi rokok
Berdasarkan hasil riset Center for Indonesia’s Strategic
Development Initiatives (CISDI), kebiasaan merokok
menciptakan beban ekonomi kesehatan di Indonesia hingga
Rp17,9 triliun-Rp27,7 triliun pada 2019.
CISDI menyebut, mayoritas beban biaya ekonomi
kesehatan berasal dari biaya rawat inap dan perawatan
yang harus ditanggung BPJS Kesehatan.
Nilai Rp17,9 triliun-Rp27,7 triliun setara 61,76%-91,8%
total defisit JKN pada 2019
Rokok - PTM
WHO tahun 2017 menunjukkan bahwa di dunia setiap tahun terjadi
kematian dini akibat PTM pada kelompok usia di 30 – 69 tahun
sebanyak 15 juta.
Sebanyak 7,2 juta kematian tersebut diakibatkan konsumsi produk
tembakau dan 70% kematian tersebut terjadi di negara berkembang
termasuk Indonesia.
Kecenderungan peningkatan prevalensi merokok, terlihat lebih
besar pada usia muda dibandingkan pada usia dewasa.
Hasil pendataan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
keluarga ditemukan anggota keluarga yang merokok di rumah
sebesar 55,6%, hal ini menjadi dasar upaya pengendalian konsumsi
produk tembakau di Indonesia dilakukan melalui kebijakan kawasan
tanpa rokok untuk melindungi masyarakat dari paparan asap rokok
Rokok elektrik
Riset Institut Pertanian Bogor (IPB) menyebutkan kadar zat berbahaya
dari tembakau yang dipanaskan, lebih rendah ketimbang rokok.
Produk tembakau yang dipanaskan atau tidak dibakar banyak digunakan
pada rokok elektrik.
Hasil akhir dari proses ini adalah uap atau aerosol.
Produk tembakau yang dipanaskan memiliki kandungan kadar zat bahaya
lebih rendah daripada rokok.
"Berdasarkan komponen kimianya, maka penggunaan tembakau yang
dipanaskan ini akan mengurangi risiko kimia bagi penggunanya
Tembakau yang dipanaskan jauh lebih rendah kadar bahayanya
dibandingkan rokok yang biasa dikonsumsi perokok aktif.
hasil dari penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa nikotin bukanlah
komponen paling berbahaya
senyawa yang terdapat pada uap produk tembakau yang dipanaskan jauh
lebih sedikit, sekitar 80 jenis
Key Facts on Tobacco:
According to WHO, tobacco kills up to half of its users.
Tobacco consumption is the leading preventable cause of
death
Tobacco epidemic is one of the biggest public health threats
in the world.
Tobacco kills more than 8 million people each year. Among
those 8 million people, more than 7 million deaths are due to
direct use of tobacco while the other 1.2 million deaths are
the deaths of non-smokers being exposed to second-hand
smoking.
Low- and middle-income countries constitute of around 80%
of the world’s 1.1 billion smokers.
Smoking causes more deaths
Smoking causes more deaths each year than the following
causes combined:
Human immunodeficiency virus (HIV)
Illegal drug use
Alcohol use
Motor vehicle injuries
Firearm-related incidents
In 2017, tobacco killed 3.3 million users and people exposed to
second-hand smoke from lung-related conditions
More than 60,000 children aged under five die of lower
respiratory infections caused by second-hand smoke.
Those who live on into adulthood are more likely to develop
the chronic obstructive pulmonary disease (COPD) later in life
WHAT MAKES SMOKING A PUBLIC
HEALTH ISSUE?
A smoker had an age-revised mortality rate that
increased by 70%.
Smoking was a primary contributor to chronic
bronchitis.
There was a causal link between heart
disease/emphysema and smoking.
Pregnant women who smoked were more likely to
have underweight newborns.
Smoking was linked to a ten-fold to twenty-fold
increase in the chances of lung cancer.
SMOKING AND QUITTING
quitting smoking – in only a matter of minutes – decreases an
individual’s risk for heart disease or heart attack.
At about one year, cardiovascular risks drop significantly, and
the risk for heart attack drops.
Between year two through five after quitting smoking : has
reduced their risk of a stroke to a level that nears that of a
nonsmoker.
Five years after quitting smoking, the risk for oral/bladder
cancers is cut by 50%. Oral cancers include cancer of the throat,
the mouth, the tongue, and the esophagus, etc.
Ten years after quitting smoking, the risk of dying from lung
cancer for anyone who has quit smoking is cut by one-half.
THE IMPACT OF SMOKING ON THE
HEALTHCARE SYSTEM
Like most health care issues, analyzing the costs of smoking
to society was, and is, complicated.
The economic impact of smoking has been a hotly debated
medical issue for decades.
These debates are financially-based and borne from the
results found in professional studies specifically designed to
reveal how much do smokers cost society or the health care
system in general.
Health Care Costs for Smokers vs.
Nonsmokers
Ultimately, from a public health perspective, public officials
are tasked with the responsibility of reducing the number of
tobacco users, at least in its jurisdiction
how much do smokers cost the healthcare system and society?
While it is a fact that smokers tend to have more diseases and
health issues than nonsmokers, it is also true that nonsmokers
live longer than smokers.
In the early 1990s, the US Surgeon General issued a report It
is estimated that
medical costs over a lifetime when comparing a smoker or non
smoker, are $6,000 (in 1992 dollars) more for a smoke
r.[Note – $6,000 in today’s dollars is worth about $11,100]
alkohol
Kecanduan alkohol adalah kondisi ketika seseorang
mengalami ketergantungan akan alkohol dan sulit
untuk mengendalikan konsumsinya.
Ada beberapa istilah lain yang digunakan untuk
kondisi ini, yaitu alkoholisme dan gangguan
penggunaan alkohol (alcohol use disorder).
Pola konsumsi alkohol yang berlebihan bisa menimbulkan
masalah serius pada kesehatan dan kehidupan sosial
seseorang. Namun, orang yang kecanduan alkohol tidak
dapat berhenti mengonsumsi alkohol, walau ia sadar
bahwa kebiasaan tersebut telah menyebabkan masalah
pada dirinya.
alkohol dalam minuman
Kandungan minuman beralkohol yang biasa dikonsumsi manusia
adalah etil alkohol atau etanol yang dibuat melalui proses fermentasi
dari madu, gula, sari buah, atau ubi-ubian.
Miras oplosan bukanlah etanol melainkan metyl alkohol atau metanol.
Metanol biasanya dipakai untuk bahan industri sebagai pelarut,
pembersih dan penghapus cat.
Metanol dapat ditemukan dalam tiner (penghapus cat) atau aseton
(pembersih cat kuku).
Tanpa dicampur apapun, metanol sangat berbahaya bagi kesehatan
bahkan bisa menyebabkan kematian. Apalagi dicampur dengan
berbagai bahan lain yang tidak jelas jenis dan kandungannya.
“Metanol bila dicerna tubuh akan menjadi formaldehyde atau formalin
yang beracun, berbahaya bagi kesehatan. Reaksinya dapat merusak
jaringan saraf pusat, otak, pencernaan, hingga kasus kebutaan
Tanda – tanda kecanduan alkohol pada anak
Tidak tertarik melakukan aktivitas sehari-hari maupun
hobi, serta tidak memerhatikan penampilan
Mata merah, sulit berbicara dengan jelas, gangguan
koordinasi gerakan, dan mudah lupa
Mengalami masalah dengan temannya atau tiba-tiba
memiliki kelompok pertemanan yang berbeda dengan
biasanya
Mengalami penurunan prestasi akademis dan memiliki
masalah di sekolah
Sering mengalami perubahan suasana hati
Memiliki banyak alasan atau sering berbohong untuk
menutupi sesuatu
Penyebab kecanduan alkohol
Banyak faktor yang dapat memengaruhi seseorang
mengalami kecanduan alkohol, antara lain:
Faktor psikologis, seperti stres, depresi, dan kesulitan
beradaptasi
Faktor sosial, seperti dorongan dari orang lain untuk
minum alkohol, serta ketersediaan alkohol di sekitar
Faktor lingkungan, misalnya berada di lingkungan
yang menganggap normal konsumsi alkohol secara
berlebihan
Faktor genetik, seperti memiliki orang tua dengan
masalah kecanduan alkohol
Keracunan alkohol
Keracunan alkohol terjadi akibat peningkatan kadar
alkohol dalam darah. Semakin tinggi kadar alkohol dalam
darah, maka semakin parah kondisi yang dapat dialami.
Keracunan alkohol dapat menyebabkan gangguan
perilaku dan gangguan mental, yang meliputi suasana hati
yang tidak stabil, bicara tidak jelas, berperilaku tidak
pantas, kesulitan berkonsentrasi dan menilai keadaan,
serta koordinasi tubuh yang buruk.
Keracunan alkohol juga dapat menyebabkan penderita
tidak dapat mengingat kejadian-kejadian yang dialami,
atau disebut dengan blackout.
Kadar alkohol dalam darah yang sangat tinggi juga dapat
menyebabkan koma atau bahkan kematian
Pengobatan Kecanduan Alkohol
Metode yang digunakan akan disesuaikan dengan tingkat
kecanduan dan tujuan terapi. Metode tersebut meliputi:
1. Konseling
Konseling, baik secara pribadi maupun dengan bergabung ke
dalam kelompok konseling, dapat membantu pasien
memahami masalah kecanduannya.
terapi perilaku kognitif :
pasien akan diberi tahu mengenai bahaya alkohol bagi kesehatan
dan kehidupan sosialnya.
pasien akan dibantu untuk memperbaiki pola pikirnya yang salah
tentang konsumsi alkohol.
Pasien diberi saran terkait hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mengurangi konsumsi alkohol, misalnya dengan mencatat jumlah
konsumsi alkohol selama 1 minggu, atau mengganti alkohol
dengan minuman ringan.
Pengobatan kecanduan alkohol
2. Detoksifikasi
Pasien kecanduan alkohol umumnya disarankan untuk
menghentikan konsumsi alkohol secara bertahap.
Beberapa kondisi yang membuat pasien perlu untuk
menghentikan konsumsi alkohol secara total atau
langsung, yaitu:
Menderita gangguan pada hati, seperti sirosis, hepatitis,
kanker hati, dan penyakit liver lainnya
Menderita penyakit jantung
Hamil atau merencanakan kehamilan
Mengonsumsi obat yang berinteraksi dengan alkohol, seperti
obat antipsikotik
Pengobatan kecanduan alkohol
3. Terapi obat-obatan
naltrekson, akamprosat, atau disulfiram, untuk membantu proses pemulihan
kecanduan alkohol.
suplemen vitamin B complex untuk mencegah terjadinya kekurangan vitamin
ini.
4. Perubahan gaya hidup
Perubahan gaya hidup merupakan langkah yang penting dalam mengatasi
kecanduan alkohol.
pasien perlu mulai menerapkan gaya hidup sehat, seperti dengan
beristirahat cukup dan rutin berolahraga.
Aktivitas lama yang berkaitan dengan alkohol perlu dijauhi dan diganti
dengan aktivitas baru yang lebih positif, seperti membangun aktivitas
spiritual dengan lebih rutin beribadah.
pasien juga perlu menjauhi teman dan situasi yang tidak mendukung
proses pemulihan.
Beberapa alternatif terapi dapat dikombinasikan sebagai terapi tambahan
di masa pemulihan, seperti yoga, meditasi, dan akupuntur
Komplikasi Kecanduan Alkohol
Gangguan otak dan saraf
Penyakit liver
Penyakit jantung dan pembuluh darah
Masalah pencernaan
Gangguan menstruasi dan fungsi seksual
Masalah kehamilan
Gangguan penglihatan
Hipoglikemia
Kerusakan tulang
Kanker
Rentan terserang infeksi
Interaksi alkohol dan obat
Ketoasidosis alkoholik