Anda di halaman 1dari 24

Komponen Minor Minyak Sawit

Komponen penyusun minyak sawit


Komponen Komposisi (%)
Trigliserida 95,62
Asam lemak bebas 4,00
Air 0,20
Phospatida 0,07
Karoten 0,03
Aldehid 0,07

Sumber : Gunstone, 1997


Komponen Minor
• CPO mengandung lebih kurang 1% komponen
minor yang terdiri dari karotenoid, tokoferol,
tokotrienol, sterol- sterol, fosfolipid dan
glikolipid, terpen dan gugus hidrokarbon
alifatik, serta kotoran.
• Komponen terbesar dari karotenoid adalah β-
karoten dan α-karoten yang mencapai 90%
dari total karotenoid(Ongetal.,1990)
Komponen Minor Minyak sawit mentah
(Choo et all, 1989)

No Komponen Minor Kandungan(ppm)


1 Karotenoid 500-700
2 Tokoferol dan tokotrienol 600-1000
3 Sterol 326-527
4 Fosfolipid 5-130
5 Triterpen alkohol 40-80
6 Metil sterol 40-80
7 Squalen 200-500
8 Alkohol alifatik 100-200
9 Hidrokarbon alifatik 50
1. Karotenoid
• Karotenoid adalah pigmen organik yang
ditemukan dalam kloroplas dan kromoplas
tumbuhan dan kelompok organisme lainnya
seperti alga ("ganggang"), sejumlah bakteri
(fotosintentik maupun tidak), dan beberapa
fungi (non-fotosintetik), (Hirschberg, J. et all,
1997)
Struktur kimia karoten
• Ada 2 kelompok besar karotenoid, yaitu
– xantofil (karotenoid yang membawa atom
oksigen)
– karotena (karotenoid yang murni hidrokarbon,
tidak memiliki atom oksigen).
• Semua karotenoid adalah tetraterpenoid
karena terbentuk dari delapan molekul
isoprena sehingga memunyai 40 atom karbon
Struktur kimia karoten
Peran karotenoid
• Dalam proses fisiologi adalah sebagai zat
antioksidan dan penghantar elektron dalam
fotosintesis.
• Beberapa karotenoid dapat diubah menjadi
vitamin esensial (Mithra. S, 2011)
• Karotenoid yang paling banyak dikenal sesuai dengan
namanya ditemukan dalam akar tunggang wortel
(bahasa Latin Vulgar, carota) dan menghasilkan warna
jingga terang akibat kandungan beta-karotena.
• Sumber beta-karotena yang juga umum dikenal adalah
berbagai jenis waluh.
• Minyak sawit mentah adalah sumber karotenoid alam
dengan nilai kesetaraan retinol (provitamin A) yang
tertinggi.
• Karotenoid yang paling biasa ditemukan di alam adalah
likopena dan β-karotena.
Karoten dan Lycopne
2. Tokoferol dan Tokotrienol
• Vitamin E adalah nama umum untuk dua kelas
molekul (tocopherol dan tocotrienol) yang
memiliki aktivitas vitamin E dalam nutrisi
(Youngson R, 2005)
Struktur Kimia
Sejarah penemuan Vitamin E
(Youngson R, 2005)
• Vitamin E pertama kali ditemukan pada tahun 1922 oleh Dr. H.M
Evans dari California melalui penelitian untuk mempertahankan
kehamilan normal tikus betina diperlukan suatu subtansi tak
dikenal.
• Tanpa bahan ini, janin tikus akan mati dalam sepuluh hari saat
dikandung.
• Tikus jantan yang kekurangan bahan ini juga mengalami kelainan
pada testisnya.
• Sehingga saat itu vitamin E disebut sebagai vitamin anti
kemandulan.
• Pada wanita juga dianjurkan sebagai perawatan untuk kemandulan,
kelainan menstruasi, peradangan vagina, gejala menopause,
mencegah keguguran dan kesuburan benih.
• Vitamin E pertama kali diisolasi pada tahun 1936 dari
minyak tepung gandum.
• Disebut vitamin E karena ditemukan setelah vitamin-
vitamin yang sudah ada yaitu A, B, C, dan D.
• Bentuk vitamin E merupakan kombinasi dari delapan
molekul yang sangat rumit yang disebut ’tocopherol’.
• Kata ’tocopherol’ berasal dari bahasa Yunani: Toketos yang
berati ’kelahiran anak’ dan Phero berarti ’saya bawa’,
akhiran ’-ol’ ditambahkan untuk menunjukkan bahwa
bahan ini merupakan salah satu dari alkohol yang
menyebabkan mabuk jika dikonsumsi dalam jumlah banyak.
Vitamin E pada minyak sawit (Infosawit,
2021)
• Minyak sawit merupakan sumber asli vitamin E yang
cukup banyak, dengan komposisi kira-kira 30% tokoferol
dan sisanya atau sebanyak 70% adalah tokotrienol.
• Minyak sawit memiliki kandungan tokotrienol yang
tertinggi diantara tumbuh-tumbuhan selain minyak
beras.
• Minyak sawit mentah diperkirakan mengandungi
tokotrienol setinggi 550mg/kg.
3. Squalen
• Squalene adalah rantai hidrokarbon yang dibentuk oleh enam unit
isoprena ketika unit dirakit, mereka membentuk triterpen yang
memberi karakter lipid.
• Enam ikatan rangkap karbon (C=C) menjadi salah satu lipid paling
tak jenuh, dan sensitif terhadap oksidasi (Lopez, Bermudez, Paz,
2014).
• Struktur biokimia squalene adalah C 30H50, senyawa 30 karbon
(poliprenil, memegang 6 gugus prenil, lebih dikenal sebagai
isoprenoid atau isoprena) karena struktur ikatan rangkap CH3 enam
kelompok, isoprenoid memiliki efek antioksidan alami yang kuat.
• Squalene memiliki struktur yang mirip dengan isoprenoid lain
seperti β-karoten, likopen, vitamin A, vitamin E, dan koenzim Q10
(ubiquinone) (Lopez et al, 2014)
Struktur Kimia Squalen
Sifat Fisiko Kimia Squalen
No Properti Nilai

1 Berat molekul 410,7 g/mol

2 Titik lebur -75°C

3 Indek bias 1.499

4 Viskositas pada 25°C 12 cP

5 Density 0,858 g/mL

6 Titik didih pada 25°C 285°C

7 Titik nyala 110°C

8 Nomor yodium 38lg/lOOg

Puncak inframerah 2728,1668,1446,1380,1150,1180,


964,835 cm-1
9
10 Tegangan permukaan 32 mN/m

Sumber: Sibuyo, Diah dan Evita (2017)


Sumber asli dan nama sistematis
• Menurut Spanova dan Daum (2011) squalene
banyak ditemukan dalam minyak hati ikan hiu
hitam genus Zameus.
• Squalene mempunyai berat molekul
410,7g/mol dan mempunyai nama kimia 2,
6,10, 15,19,23 -hexamethyl-2,6, 10,14,18,22
teracosahexaene.
Daftar Sifat Squalene dan Aplikasi Farmasi

Sifat Bioaktif Aplikasi


Injeksi intravena, konsumsi oral
Kardio protektif
untuk pengendalian kolestrol

Antioksidan Emulsi topikal, pemberian oral

Squalene Antibakteri dan antijamur krim topical, obal oral

Zat pencegahan dan kemoterapi:


Anti kanker
obat-obatan dan vaksin

Detoksifikasi Suplemen
Sumber: Lozano-Grande, Gorinstein, Espitia-Rangel, Dávila-Ortiz, &
Martínez-Ayala (2018)
Manfaat Squalen
• Squalene sering digunakan secara klinis dalam dosis
harian seperti antioksidan, agen bakterisida dan
fungisida, agen antistatik dan pelembab pada sediaan
kosmetik dan farmasi (Norhidayah, Baharin, Hamed,
dan Zaidul, 2012).
• Gabas-Rivera, Barranquero, Beamonte et al (2014)
mengatakan squalene dapat menurunkan level oksidasi
di dalam tubuh dan meningkatkan kadar high density
lipoprotein (HDL) sehingga dapat mencegah terjadinya
aterosklerosis, serta untuk detoksifikasi racun.
Manfaat Squalen
• Menurut Amarowicz (2009) Squalene digunakan sebagai
bahan dasar dalam industri kosmetika dan obat-obatan
untuk perawatan kulit dan sebagai antiaging.
• Untuk kosmetika digunakan dalam bentuk krim
terutama krim nutrisi dan krim medis, dan juga pada
kosmetik jenis lainnya termasuk milky lotion, face lotion,
lipstick, foundation dan powder.
• Di bidang pengobatan, squalene diaplikasikan dalam
bentuk salep (ointments) dan suppositories karena
mudah diabsorbsi ke dalam kulit.
Alternatif Sumber Squalen
• sumber squalene alternatif lain yakni dari
minyak nabati.
• Identifikasi pertama squalene dalam minyak
zaitun dilakukan oleh Thorbjarnarson dan
Drummond pada tahun 1935.
• Keberadaan dan konsentrasi squalene pada
beberapa sumber minyak nabati seperti minyak
kedelai, minyak biji anggur, minyak jagung dan
minyak sawit (Frega, Bocci, dan Lercker, 1992).
Squalen pada minyak sawit
• Popa, Babeanu, Nita, Diu-Parvu (2015) menyatakan
bahwa produk samping yang diperoleh dari proses
penyulingan minyak sawit, seperti palm fatty acid
distillate (PFAD) mengandung 15 sampai 30% fraksi
tidak tersabunkan, dengan konsentrasi squalene
sampai dengan 80%.
• Oleh karena itu, PFAD yang dianggap sebagai
produk sampingan dari proses penyulingan minyak
nabati memiliki peluang lebih besar untuk
mengandung squalene.

Anda mungkin juga menyukai