Anda di halaman 1dari 20

Evaluasi Penggunaan Obat Antidepresan

Pada Pasien Depresi di Rumah Sakit


Jiwa Provinsi Jawa Barat Kabupaten
Bandung
Oleh:
Bima Sakti
(11171088)
Pembimbing Utama
1. Dr. apt. Entris Sutrisno,
MH.Kes
Pembimbing Serta
2. Dr. apt. Marita Kaniawati,
M.Si
OUTLINE LATAR
01 BELAKANG
RUMUSAN MASALAH &
02 TUJUAN
TINJAUAN
03 PUSTAKA
METODE
04 PENELITIAN
DESIGN
05 PENELITIAN
ALUR
06 PENELITIAN
LATAR
BELAKANG

Menurut WHO (World Health Organitation)


Depresi merupakan gangguan jiwa yang
mempengaruhi lebih dari 350 juta jiwa di seluruh
dunia. Hal tersebut secara signifikan berkontribusi
terhadap beban morbiditas dan berhubungan
dengan penurunan kualitas hidup yang tidak
memadai dan fungsi normal pasien.
(Hubungan Social Support Dengan Stress Mahasiswa,
Gangguan depresi dapat dialami oleh semua kelompok
usia. Hasil riskesdas 2018 menunjukkan gangguan
depresi sudah mulai terjadi sejak rentang usia remaja 15-
24 tahun dengan prevalensi 6,2%. Pola prevalensi
depresi semakin meningkat seiring dengan peningkatan
usia, tertinggi pada umur 75+ tahun sebesar 8,9%, 55-74
tahun sebesar 8,0% dan 55-64 tahun sebesar 6,5%.

Kasus gangguan jiwa di Indonesia berdasarkan hasil


Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
meningkat. Peningkatan ini terlihat dari kenaikan
prevalensi rumah tangga yang memiliki ODGJ di
Indonesia. Ada peningkatan jumlah menjadi 7 permil
rumah tangga. Artinya per 1000 rumah tangga terdapat 7
rumah tangga dengan ODGJ , sehingga jumlahnya
diperkirakan sekitar 450 ribu ODGJ berat.

Kementerian Kesehatan RI,2018. Laporan Riskesdas 2018.


RUMUSAN MASALAH & TUJUAN
PENELITIAN

Rumusan masalah pada penelitian ini bagaimana Untuk dapat mengetahui ketepatan
ketepatan penggunan obat pada pasien depresi. pemelihan obat, ketepatan pasien, ketepatan
Parameter ketepatan tersebut adalah tepat dosis dan ketepatan frekuensi penggunaan
pemelihan obat, tepat pasien, tepat dosis dan obat antidepresan pada pasien depresi di
tepat frekuensi penggunaan obat antidepresan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
pada pasien depresi di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat.
TINJAUAN PUSTAKA
EPO
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)  suatu
proses jaminan mutu yang memantau serta
mengevaluasi penggunaan obat terhadap
standar yang di tentukan (Wiffen, 2007).
DEFINISI

Depresi adalah kata yang memiliki banyak nuansa arti. Sebagian besar di
antara kita pernah merasa sedih atau jengkel, menjalani kehidupan yang
penuh masalah, merasa kecewa, kehilangan dan frustrasi, yang dengan
mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan. Secara umum
perasaan demikian cukup normal dan mudah dihalau.
(Dr.Namora LumonggaLubis, 2009)
TERAPI
JENIS JENIS DEPRESI FARMAKOLOGI
Antidepresan Klasik (Trisiklik &
Tetrasiklik)

Obat tersebut menghambat resorpsi dari


Mild depression dan dysthymic disorder noradrenalin dan serotonin dari sela
sinaps di ujung-ujung saraf.
Severe depression / Major depression

Antidepresan Generasi ke-2


Moderate depression
SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor) : Obat
tersebut menghambat penyerapan serotonin.
NaSA (Noradrenalin and Serotonin Antidepressants):
Obat ini tidak memiliki aktivitas selektif dan menghambat
pengambilan kembali serotonin dan norepinefrin. Ada
tanda-tanda bahwa obat ini lebih efektif dari pada SSRI.
(Dr.Namora LumonggaLubis, 2009) (Depkes RI, 2015)
Antidepresan
Antidepresan Generasi ke-
Klasik (Trisiklik
2
& Tetrasiklik)
Imipiramin Klomipiramin Fluoxetin Sertralin Citalopram

Litium Fluvoxamine Mianserin Mirtazapin


Amitriptilin
Karbonat

Venlafaxine
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian


observasional non-eksperimental, menggunakan
metode deskriptif dari rekam medis pasien
secara retrospektif. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah ketepatan pengobatan
untuk penderita depresi. Parameter ketepatan
yang digunakan adalah pilihan obat yang tepat,
pasien yang tepat, dosis yang tepat dan
frekuensi yang tepat.
Alur Penelitian

Penelusur Pencarian
Administrasi Pengumpul Analisis Data
an &
Pustaka an Data
Penentuan
Data
DESAIN
Penetapan Kriteria
Pasien
a.
b.
Kriteria inklusi
Kriteria esklusi PENELITIAN
Obat Antidepresan pada pasien depresi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Penetapan Kriteria Obat
Jawa Barat

Penetapan Kriteria Kriteria obat yang digunakan pada penelitian harus meliputi tepat
penggunaan obat pemelihan obat,tepat pasien,tepat dosis dan tepat frekuensi.

Di ambil dari data rekam medik pada pasien depresi yang dilakukan
Pengumpulan Data
secara Retrospektif di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

Metode deskriptif menggunakan data rekam medik pasien secara retrospektif.


Kemudian melakukan pengumpulan data dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
Analisis data Metode deskriptif ini meliputi tepat pemelihan obat, tepat pasien, tepat dosis dan tepat
frekuensi.

Tempat dan Waktu Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat tahun 2021 dengan
penelitian pengambilan data selama 6 bulan di tahun 2020
Hasil dan Pembahasan
Presentase Pengelompokkan Pasien Berdasarkan Jenis
Kelamin Dan Usia
NO Karakteris Jumlah Persentase
tik
1 Jenis
Kelamin
29 45%
Pria
35 55%
Wanita
2 Umur
(Tahun)
51 80%
15 – 35
9 14%
35 – 45
4 6%
45 – 75
Penggolongan Penggunaan Obat
Antidepresan
Nama
Jumla Persentase
Golongan Antidepresan
h (%)
(Generik)
SSRI Sertralin 50 78%
(Selective Fluoxetin 6 9%
Serotonin
Reuptake
Inhibitor)
TCA Amitriptilin 8 13%
(Tricyclic
Antidepressan)
Total 64 100
Gambaran Ketepatan Penggunaan Obat Antidepresan Pada
Pasien Depresi
Diagnosis Jenis Jumlah Ketepatan Keterangan
Antidepresan Pasien Tepat Tidak Tepat

Penggunaan sertralin dinyatakan


Episode tepat obat karena sertralin
Depresi Sertralin 50 √ merupakan terapi obat yang sesuai
Berat dengan guideline terapi (DiPiro et
al., 2020) (Depkes RI, 2015)
Penggunaan fluoxetine dinyatakan
Episode tepat obat karena fluoxetine
Depresi Fluoxetin 6 √ merupakan obat pilihan pertama
Berat pada episode depresi (DiPiro et al.,
2020) (Depkes RI, 2015)
Penggunaan amtriptylin dinyatakan
Episode tepat obat karena amitriptylin
Depresi Amitriptilin 8 √ merupakan terapi obat yang sesuai
Berat dengan guideline terapi (DiPiro et
al., 2020) (Depkes RI, 2015)
Gambaran Ketepatan Pasien Pada Penggunaan Obat Antidepresan Pada
Pasien Depresi
Diagnosis Jenis Jumlah Ketepatan Keterangan
Antidepresan Pasien Tepat Tidak Tepat

Episode Sertralin 50 50 Dinyatakan tepat pasien karena


Depresi penggunaan antidepresan sertralin
Berat tidak kontraindikasi dengan
kondisi pasien (DiPiro et al.,
2020) (Depkes RI, 2015)
Episode Fluoxetin 6 6 Dinyatakan tepat pasien karena
Depresi penggunaan antidepresan
Berat fluoxetin tidak kontraindikasi
dengan kondisi pasien (DiPiro et
al., 2020) (Depkes RI, 2015)
Episode Amitriptilin 8 8 Dinyatakan tepat pasien karena
Depresi penggunaan antidepresan
Berat amitriptylin tidak kontraindikasi
dengan kondisi pasien(DiPiro et
al., 2020) (Depkes RI, 2015)
Gambaran Ketepatan Dosis Penggunaan Obat Antidepresan
Pada Depresi
Jenis Antidepresan Jumlah Pasien Ketepatan
Diagnosis Keterangan
Tepat Tidak Tepat
-8 pasien dinyatakan tidak tepat dosis karena dosis
obat antidepresan sertralin yang diberikan pada pasien
tidak sesuai dengan guideline yang digunakan (DiPiro
Episode Depresi et al., 2020) (Depkes RI, 2015)
Sertralin 50 42 8
Berat -42 pasien dinyatakan tepat dosis karena pemberian
dosis obat antidepresan sertralin sudah sesuai dengan
guideline yang digunakan. (DiPiro et al., 2020)
(Depkes RI, 2015)
-2 pasien dinyatakan tidak tepat dosis karena dosis
obat antidepresan fluoxetin yang diberikan pada
pasien tidak sesuai dengan guideline yang digunakan.
Episode Depresi (DiPiro et al., 2020)(Depkes RI, 2015)
Fluoxetin 6 4 2
Berat -6 pasien dinyatakan tepat dosis karena pemberian
dosis obat antidepresan fluoxetin sudah sesuai dengan
guideline yang digunakan. (DiPiro et al., 2020)
(Depkes RI, 2015)
-2 pasien dinyatakan tidak tepat dosis karena dosis
obat antidepresan amitriptilin yang diberikan pada
pasien tidak sesuai dengan guideline yang digunakan.
Episode Depresi (DiPiro et al., 2020) (Depkes RI, 2015)
Amitriptilin 8 6 2
Berat -6 pasien dinyatakan tepat dosis karena pemberian
dosis obat antidepresan amitriptilin sudah sesuai
dengan guideline yang digunakan. (DiPiro et al.,
2020) (Depkes RI, 2015)
Gambaran Ketepatan Frekuensi Penggunaan Obat Antidepresan Pada
Pasien Depresi
Diagnosis Jenis Jumlah Ketepatan Keterangan
Antidepresan Pasien Tepat Tidak Tepat

Episode Sertralin 50 50 Dinyatakan tepat frekuensi karena


Depresi frekuensi pemberian antidepresan
Berat sertralin sudah sesuai dengan
guideline yang digunakan. (DiPiro
et al., 2020), (PIONAS BPOM,
2015)
Episode Fluoxetin 6 6 Dinyatakan tepat frekuensi karena
Depresi frekuensi pemberian antidepresan
Berat fluoxetin sudah sesuai dengan
guideline yang digunakan. (DiPiro
et al., 2020), (PIONAS BPOM,
2015)
Episode Amitriptilin 8 8 Dinyatakan tepat frekuensi karena
Depresi frekuensi pemberian antidepresan
Berat fluoxetin sudah sesuai dengan
guideline yang digunakan (DiPiro
et al., 2020), (PIONAS BPOM,
2015)
Kesimpulan
1. Antidepresan yang banyak digunakan pada pasien episode depresi berat di instalasi
rawat inap inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yaitu antidepresan golongan
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) 87%, jenis antidepresan yang digunakan
yaitu Sertralin 78% dan Fluoxetin 9%. Antidepresan lain yang digunakan yaitu
Amitriptylin 13% dari golongan Tricyclic Antidepresan (TCA) .
2. Kriteria pasien dengan jenis kelamin wanita lebih banyak terkena episode depresi berat
dengan persentase 55% dibandingkan dengan pria 45%.
3. Berdasarkan kriteria 4 tepat (4T) ( Tepat pemilihan obat, Tepat pasien, Tepat dosis dan
Tepat frekuensi pemberian) didapat bahwa 100% tepat pemilihan obat, 100% tepat
pasien, 81% tepat dosis dan 100% tepat frekuensi pemberian.
DAFTAR
PUSTAKA
● Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 81.
● DiPiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V. (2020).
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Eleventh Edition.
● Dr.Namora LumonggaLubis, Ms. (2009). Depresi Tinjauan Psikologis. April, 1–209.
● Hendry. (2013). Gangguan Depresi pada Lanjut Usia, Cermin Dunia Kedokteran. 40(11), 815–819.
● Hubungan Social Support dengan Stress Mahasiswa. (n.d.). 482–487.
● Permenkes. (2013). PERMENKES NOMOR 55 TAHUN 2013.
● Permenkes. (2014). Permenkes No.56 2014. 7, 219–232.
● Permenkes. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2016, May, 31–48.
● Kementerian Kesehatan RI,2018. Laporan Riskesdas 2018.
● Wiffen, P., Mitchell, M., Snelling, M., Stoner, N., Wiffen, P., Mitchell, M., Snelling, M., & Stoner, N.
(2007). Chapter 1 Adherence. Oxford Handbook of Clinical Pharmacy.
https://doi.org/10.1093/med/9780198567103.003.0001
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai