Anda di halaman 1dari 19

PERAN BIDAN

DALAM
MEMPROMOSIKAN
KESEHATAN
REPRODUKSI

Oleh : Bdn. Betanuari Sabda Nirwana,S.Tr.Keb.,M.Tr.Keb


Kesehatan reproduksi dan
kesehatan mental pada
perempuan saling
berhubungan timbal balik
Kadar hormon yang naik turun sepanjang
hidup memengaruhi kondisi emosi dan
suasana hati setiap perempuan dengan cara
yang berbeda, di mana kondisi tersebut juga
akan berdampak pada kualitas hidup
perempuan. Meskipun setiap perempuan
memiliki perbedaan kondisi yang berbeda
dan unik, apakah kondisi kesehatan
reproduksi memengaruhi kesehatan mental
pada perempuan dan begitu pula
sebaliknya?
Premenstrual Syndrome dan
Premenstrual Dysphoric Disorder.
 Premenstrual Syndrome (PMS) menjadi istilah yang sudah tidak asing bagi
perempuan. PMS merupakan gejala fisik dan emosional yang terjadi pada
satu hingga dua minggu sebelum dimulainya setiap periode menstruasi. Gejala
PMS memengaruhi setiap perempuan secara berbeda di mana terdapat lebih
dari 200 gejala berbeda yang dikaitkan dengan PMS.

 Gejala emosional dan non-spesifik yang umum termasuk stres, kecemasan,


kesulitan tidur, sakit kepala, perasaan lelah, perubahan suasana hati.
Sedangkan gejala fisik di antaranya termasuk kembung, nyeri punggung
bawah, kram perut, sembelit ataupun diare, pembengkakan atau nyeri pada
payudara, timbulnya jerawat siklik, dan nyeri sendi atau otot.
Premenstrual Dysphoric
Disorder (PMDD)
 Kondisi yang hampir memilki kesamaan dengan PMS namun dengan gejala yang lebih parah,
termasuk depresi berat, mudah tersinggung, dan tegang.
 PMDD sendiri diperkirakan terjadi pada 3-8% perempuan yang sedang mengalami menstruasi dan
lebih sering terjadi pada perempuan dengan gangguan kecemasan atau depresi. Ide atau upaya
bunuh diri menjadi gejala PMDD yang paling mengkhawatirkan. Menurut International Association
for Premenstrual Disorders, diperkirakan 15% wanita dengan PMDD akan mencoba bunuh diri
seumur hidup mereka. Sehingga sejak tahun 2013 Premenstrual Dysphoric Disorder telah menjadi
salah satu diganosis kesehatan mental dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders.

Diperkirakan 75% perempuan yang sedang menstruasi mengalami PMS. Namun perempuan dengan
gangguan kesehatan mental seperti depresi atau gangguan kecemasan memiliki kemungkinan
mengalami gejala PMS yang lebih buruk.
Stress
a n C l e v e l and
s i l p e n e l i ti D
Menghambat
k a n h a g a n P M D
Berdasar r d a p a t h ubun Menstruasi
d i ke t a h u i te a h .
Clinic, t o n i n yan g re n d
d i o t ak
s e r o i a
dan kadar m e r u p a k a n z a t kim
l s a r a f.
i n n y a
 Seroton t u me n g i r i m k a n si
b u ngan
e m b a n b e r h u
yang m a d a r s e ro t on in
r o t o nin
a n k kare n a s e
Perubah i n y a P M D D
u a s a na
e r j ad gont r o l s
dengan t l a m m e n
b e r p e r a n da
juga n y e r i.
, d a n
hati, tidur
 Kondisi PMS dan PMDD yang berdampak pada kesehatan mental
perempuan, kondisi kesehatan mental juga memengaruhi kesehatan
reproduksi perempuan, salah satunya terkait siklus menstruasi.
Sebagian perempuan mengalami permasalahan keterlambatan dan kesulitan
menstruasi saat kondisi kesehatan mental sedang tidak stabil yang
mungkin terjadi akibat banyaknya stressor yang sedang dihadapi.
Lanjutan …………………….

 Kondisi tersebut terjadi berhubungan dengan terjadinya peningkatan hormon kortisol.


Hormon kortisol sendiri terutama bertanggung jawab atas perubahan siklus menstruasi saat
perempuan mengalami stres.
 Saat mengalami stres kadar hormon kortisol akan meningkat, selanjutnya sebagai respon
hipotalamus, organ di otak yang berperan penting dalam mengatur sistem reproduksi,
berhenti mengirim sinyal ke ovarium untuk melakukan tugasnya. Tanpa adanya sinyal
tersebut proses ovulasi tertunda atau bahkan berhenti sama sekali yang menyebabkan
menstruasi terlambat atau bahkan tidak menstruasi sama sekali.

Studi menunjukkan perempuan dengan


gangguan kecemasan cenderung memiliki
siklus menstruasi yang lebih pendek (lebih
pendek dari 24 hari). Kondisi di mana siklus
menstruasi yang tidak teratur juga terkait
dengan beberapa kondisi gangguan kesehatan
mental seperti eating disorder, depresi,
serta bipolar disorder.
Kesehatan mental selama kehamilan.
 Depresi = kondisi kesehatan

Faktor yang Memengaruhi Kesehatan


mental yang paling umum terjadi Kesiapan mental untuk menghadapi kelahiran
selama kehamilan. dan juga menjadi seorang ibu.
 Perempuan yang mengalami

Mental Selama Kehamilan


depresi saat hamil memiliki risiko
lebih besar mengalami depresi Perubahan fisik dan hormon.
setelah melahirkan, yang Misalnya, morning sickness, kram kaki, sakit
disebut postpartum depression. punggung, dan lain-lain yang bisa membuat
ibu menjadi stres.

Kualitas pernikahan yang terganggu atau adanya


masalah dalam hubungan antara suami istri.

Tidak mendapatkan dukungan dari lingkungan


sekitar, seperti keluarga, teman-teman dan lain-
lain.
Menyiapkan mental untuk
menghadapi kelahiran dan
juga merawat bayi.

Berada dalam
lingkungan positif dan
kondusif untuk ibu.
Menjaga
Relaksasi.
Kesehatan Mental
Selama
Kehamilan
Belajar mengelola
emosi dan tekanan.

Mencari informasi yang dibutuhkan


mengenai kehamilan, proses kelahiran, dan
juga pengasuhan anak. Akan lebih baik bila
Lakukan kegiatan- hal ini dilakukan bersama suami, sehingga
ibu merasa didukung.
kegiatan yang menarik
dan disukai.
Kesehatan mental dan perimenopause

 Transisi awal menuju menopause saat


perempuan masih mengalami menstruasi
disebut perimenopause.
 Selama perimenopause, beberapa perempuan
mulai merasakan gejala seperti panas luar biasa
dan berkeringat, sulit tidur, dan perubahan
suasana hati.
 Sedangkan saat mendekati periode menopause,
perempuan mungkin mengalami gejala lain,
seperti nyeri saat berhubungan seks, masalah
buang air kecil, dan menstruasi yang tidak
teratur. Perubahan-perubahan ini tentu
menjadi stressor bagi perempuan.
 Perempuan dengan
depresi lebih mungkin
perimenopause lebih awal, mengalami
dikarenakan perempuan d
depresi memiliki kadar est engan
rogen yang lebih rendah. D
estrogen merupakan horm i mana
on penting yang mengatu
menstruasi yaitu mengend r siklus
alikan pertumbuhan lapisa
selama awal siklus menstru n rahim
asi.

Selain itu perempuan dengan masalah kesehatan mental seperti kecemasan atau
depresi memiliki kemungkinan lebih besar mengalami insomnia, meskipun
permasalahan insomnia memengaruhi hingga setengah perempuan yang
mengalami menopause.

Anda mungkin juga menyukai