Anda di halaman 1dari 26

Layanan

Bimbingan dan
Konseling
Kelompok

Tim Teaching

2024
Tim Dosen

1. Neng Triyaningsih Suryaman, M.Pd., Kons.


2. Hengki Satrianta, M.Pd., Kons.
3. Hayu Stevani, M.Pd.
4. Ahirudin, M.Pd., Kons.
5. Wiwin Andriani, M.Pd.
6. Ridho Rismi, A.Md., M.Pd., Kons.
Perkenalan Perkuliahan

Syarat sukses mengikuti perkuliahan:


– Minimal kehadiran 80%
– Tugas dikerjakan dan dikumpulkan tepat waktu
– Mengikuti UTS dan UAS
– Tertib, menjaga Etika, dan Tata Krama
– Aktif (Bertanya dan Menjawab) saat perkuliahan
– Maksimal tidak hadir 3 kali (mahasiswa harus memberitahu dosen secara
langsung apabila berhalangan hadir, bukan melalui mahasiswa atau ketua
kelas)
Materi Perkuliahan

– Pembentukan Kelompok dalam Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok


– Konsep Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
– Komponen Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
– Tahap-Tahap Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
– Teknik-Teknik dalam Bimbingan dan Konseling Kelompok
– Etika dalam Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
– Persiapan dan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
Referensi:

– Prayitno, Afdal, Ifdil, Zadrian Ardi. 2017. Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok yang Berhasil: Dasar dan
Profil. Bogor: Ghalia Indonesia
– Corey, Gerald. 2012. Theory and Practice of Group Counseling. Belmont, CA: Brooks/Cole
– Jacobs ED. E., et al. 2012. Group Counseling: Strategies and Skills, Seventh Edition. USA: Brooks/Cole
– Wibowo, Mungin Eddy. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: UNNES Press
– Rusmana, Nandang. 2009. Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (Metode, Teknik, dan Aplikasi). Bandung: Rizqi
Press
– Prayitno. 2007. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia
– Berg, Robert C., Landreth Garry L. & Fall, Kevin A. 2006. Group Counseling Concepts and Procedures. New York: Routledge
– Sisca Folastri dan Itsar Bolo Rangka. 2016. Prosedur Bimbingan dan Konseling Kelompok. Bandung: Mujahid Press
– Gladding, T. Samuel. 2012. Groups: A Counseling Specialty (6th Edition) (Merril Counseling). USA: Pearson
– Natawidjaja, Rochman. 2009. Konseling Kelompok, Konsep Dasar dan Pendekatan. Bandung: Risqi Pres
– Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014
– Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016
Materi Pertemuan 1

Pembentukan Kelompok dalam Layanan


Bimbingan dan Konseling Kelompok

Bagaimana pembentukan kelompok terjadi hingga dilaksanakannya layanan


bimbingan kelompok maupun konseling kelompok? Yuk simak materi
selanjutnya….
Konsep Dasar Kelompok

Faktor Pengikat:
Kerumunan
– Interaksi antara orang-orang yang ada
di dalam kumpulan atau kerumunan
itu.
– Ikatan emosional sebagai pernyataan
bersama
– Tujuan atau kepentingan bersama yang
ingin dicapai
Kumpulan
kelompok – Kepemimpinan yang dipatuhi dalam
orang
rangka mencapai tujuan atau
kepentingan bersama
– Norma yang diakui dan diikuti oleh
mereka yang terlibat di dalamnya.
PERSYARATAN KELOMPOK TERBENTUKNYA KELOMPOK
1.MEMPUNYAI ANGGOTA YANG SALING Kelompok pada dasarnya didukung dan terbentuk
BERINTERAKSI DAN BERKOMUNIKASI melalui berkumpulnya sejunlah orang. Kumpulan
orang-orang itu kemudian menjunjung beberapa
2.MEMPUNYAI PIMPINAN YANG DI SEPAKATI kualitas tertentu sehingga kumpulan tersebut
BERSAMA menjadi sebuah kelompok. Seperti halnya dalam
kehidupan sehari-hari sering dijumpai peristiwa
3.MEMPUNYAI TUJUAN BERSAMA berkumpulnya sejumlah orang disuatu tempat.

4.MEMPUNYAI PERATURAN YANG


DISEPAKATI BERSAMA

5.MEMPUNYAI KETERKAITAN EMOSIONAL


1 Asesmen Kebutuhan Layanan Bimbingan dan
Konseling Kelompok

Mengoptimalkan
kegiatan pendukung Pemanfaatan data
Melakukan asesmen sebagai upaya hasil asesmen
kebutuhan layanan dalam melakukan menentukan setting
asesmen kebutuhan kelompok
layanan

a. Aplikasi Instrumentasi
b. Himpunan Data
c. Konferensi Kasus
d. Kunjungan Rumah
e. Alih Tangan Kasus
a. Aplikasi Instrumentasi

– Data yang dihimpun atau diperoleh melalui aplikasi instrumentasi dapat


digunakansebagai pertimbangan dalam pembentukan kelompok, pertimbangan
dalam menetapkan seseorang atau lebih dalam kelompok layanan, materi atau
pokok bahasan dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok dan konseling
kelompok. Selain itu, hasil ulangan atau ujian, hasil AUM, hasil tes, sosiometri,
dan intrumentsasi tes maupun non tes lainnya merupakan bahan yang sangat
berguna dalam merencanakan dan mengisi kegiatan layanan bimbingan
kelompok maupun konseling kelompok, serta untuk tindak lanjut layanan.
b. Himpunan Data

– Data yang dihimpun atau diperoleh melalui aplikasi instrumentasi, dihimpun


dalam himpunan data. Kemudian data tersebut dapat digunakan dalam
merencanakan dan mengisi kegiatan layanan bimbingan kelompok dan
konseling kelompok dengan berlandaskan asas-asas tertentu yang relevan.
c. Konferensi Kasus

– Konferensi kasus dapat dilakukan sebelum atau setelah layanan bimbingan dan
konseling kelompok dilakukan.
– Siswa yang masalahnya dikonferensikasuskan, dapat dilakukan tindak lanjut
layanan dengan menempatkan siswa tersebut ke dalam kelompok bimbingan
atau konseling kelompok tertentu sesuai dengan topik masalahnya
d. Kunjungan Rumah

– Kunjungan rumah dapat dilakukan sebagai pendalaman


dan penanganan lebih lanjut tentang topik masalah siswa
yang dibahas atau dibicarakan dalam layanan.
e. Alih Tangan Kasus

– Seperti pada layanan-layanan yang lain, masalah yang belum tuntas atau di luar
kewenanangan konselor dalam layanan bimbingan dan konseling kelompok juga
harus di alih tangankan atau dilimpahkan kepada konselor atau petugas lain
yang lebih mengetahui
2
Jenis-Jenis Kelompok

Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder

Kelompok Sosial dan Kelompok Psikologikal

Kelompok Terorganisasikan dan Kelompok Tidak Terorganisasikan

Kelompok Formal dan Kelompok Informal


Kelompok Primer Kelompok Sekunder
Kelompok primer adalah suatu kelompok yang mana Kelompok sekunder didasarkan pada kepentingan-
hubungan yang terjalin di dalam kelompok tersebut kepentingan tertentu yang mewarnai arah kegiatan dan
diwarnai oleh hubungan pribadi yang akrab dan gerak-gerik kelompok itu, seperti:
kerjasama terus menerus di antara para anggotanya Kelompok politik
Kelompok keagamaan
Keluarga merupakan bentuk kelompok primer yang amat Kelompok para ahli pada suatu bidang
mantap dan kompak di seluruh dunia dan sepanjang
peradaban manusia Keberadaan dan kegiatan kelompok sekunder tidak
tergantung pada hubungan pribadi secara akrab,
Contoh: meskipun hubungan antar-anggota (baik langsung
Kesatuan anak-anak sepermainan ataupun tidak langsung) tetap ada.
Kesatuan kelompok remaja
dsb
Kelompok Sosial Kelompok Psikologikal
Pada kelompok sosial tujuan yang hendak dicapai Kelompok yang dibentuk atas dasar mempribadi
biasanya tidak bersifat pribadi (impersonal), melainkan (personal), di mana para anggota kelompok biasanya
merupakan tujuan bersama dan untuk kepentingan didorong oleh kepentingan antar pribadi. Contoh
bersama para anggota kelompok. Contoh dari kelompok kelompok psikologikal dapat djumpai pada himpunan
sosial dapat kita jumpai pada organisasi atau serikat para korban kebakaran pada suatu wilayah, atau
pekerja/buruh. sekelompok anak perempuan yang duduk dan bekumpul
di bawah pohon rindang di sudut pekarangan sekolah
setiap waktu istrahat.

Kelompok sosial dan kelompok psikologikal sering tumpang tindih. Sejumlah anggota suatu organisasi
buruh di suatu unit yang kecil (sebagai kelompok sosial) mungkin tidak selalu memikirkan lagi tujuan
ataupun permasalahan yang menyangkut organisasinya itu, namun mereka terus menerus
mengadakan pertemuan, bukan untuk kepentingan organisasi buruhnyaitu, melainkan karena mereka
sedang berkumpul dan saling mengadakan hubungan antarpribadi (dalam hal ini suasananya menjadi
suasana kelompok psikologikal. Demikian juga sekelompok anak perempuan yang duduk berkumpul di
bawa pohon rindang (kelompok psikologikal) pada suatu ketika dapat membicarakan hal-hal yang
sepatutnya menjadi urusan kelompok sosial, misalnya membicarakan bagaimana meningkatkan
disiplin sekolah, bagaimana memperbanyak buku-buku pelajaran, dsb.
Kelompok Terorganisasikan Kelompok Tidak
Terorganisasikan
Kelompok yang terorganisasikan yaitu suatu kelompok Kelompok tidak terorganisasikan yaitu kelompok yang
yang terbentuk berdasarkan tata aturan yang disepakati terbentuk secara bebas atas keterikatan yang
secara bersama dan bersifat tegas. ditumbuhkan oleh para anggota kelompok

Ciri utama kelompok terorganisasikan ialah adanya Pada kelompok yang tidak terorganisasikan, peranan
pemimpin yang mengatur dan memberi kemudahan dan pemimpin tidak menonjol. Peranan pemimpin justru
mengawasi dijalankannya peranan masing-masing ditenukan oleh selera para anggotanya.
anggota
Kelompok Formal Kelompok Informal
Kelompok formal yaitu suatu kelompok yang terbentuk Kelompok informal, yaitu suatu kelompok yang dibentuk
berdasarkan aturan tertentu yang bersifat resmi (tertulis). dengan tidak didasarkan pada hal-hal resmi (tertulis)
sebagaimana pada kelompok formal
Lalu, bagaimana dengan karakteristik kelompok dalam layanan bimbingan dan
konseling kelompok?
Yuk simak materi berikutnya…

Materi Pertemuan 2
3
Karakteristik Kelompok dalam Layanan BK Kelompok

a. Saling memiliki hubungan yang dinamis antar anggota


Dalam saling hubungan yang dinamis antar anggota kelompok, masing-masing anggota itu berkepentingan
untuk bergulat dengan suasana antar hubungan itu sendiri, khususnya suasana perasaan yang tumbuh dalam
kelompok itu. Suasana perasaan itu meliputi baik rasa diterima atau ditolak, rasa cinta dan benci, rasa berani
dan takut, dan sebagainya yang semuanya itu menyangkut sikap, reaksi dan tanggapan para anggota yang
berdasarkan keterlibatan dalam saling hubungan mereka dalam kelompok.
Sifat kelompok dapat terbuka dan tertutup. Terbuka jika pada suatu saat dapat menerima anggota baru dan
dikatakan tertutup jika keanggotaannya tidak memungkinkan adanya anggota baru. Pertimbangan keanggotaan
tergantung kepada keperluan. Kelompok terbuka maupun tertutup terdapat keuntungan dan kerugiannya. Sifat
kelompok adalah terbuka maka setiap saat kelompok dapat menerima anggota baru sampai batas yang dianggap
cukup. Namun demikian adanya anggota baru dalam kelompok akan menyulitkan pembentukan kohesivitas
anggota kelompok.
b. Tujuan Bersama
Tujuan bersama adalah pusat dari kegiatan/kehidupan kelompok. Dalam “kelompok tugas” tujuan
bersama kelompok jelas, yaitu menjalankan tugas yang dibebankan kepada kelompok itu. Dalam hal ini
semua anggota kelompok memusatkan dirinya untuk tujuan itu. Dalam “kelompok bebas” tujuan
bersama pada mulanya kabur, dan justru kelompok itu sendirilah yang harus menetapkan tujuan yang
akan mereka capai. Pada umumnya tujuan bersama dalam “kelompok bebas” ialah pengembangan
pribadi masing-masing anggota kelompok.
c. Hubungan antara besarnya kelompok (banyak anggota)
dengan sifat kegiatan kelompok
Dalam hal ini ada beberapa jenis kelompok menurut jumlah anggotanya, misalnya kelompok dua, kelompok
tiga, kelompok 4-8, kelompok 8-30. Kelompok dua, yaitu kelompok yang anggotanya hanya dua orang.
Kelompok ini adalah kelompok yang paling ideal untuk terciptanya keakraban yang paling tinggi, tetapi
bahayanya kemungkinan timbulnya pertentangan/pertengkaran diantara mereka berdua. Kelompok tiga, yaitu
kelompok yang terdiri dari tiga orang. Dinamika saling hubungan segitiga mungkin dapat tumbuh dengan
baik, tetapi bahayanya ialah jika salah seorang anggota menjadi terasing jika 2 anggota lain membuat
“persekutuan”. Kelompok 4-8 orang adalah kelompok yang besarnya sedang yang dapat diselenggarakan
dalam rangka bimbingan dan konseling. Kelompok sedang ini dapat memilih pemimpinnya sendiri atau
setidak-tidaknya dapat menentukan aturan tertentu sebagai pegangan bagi kegiatan seluruh anggota.
Kelompok yang sedang besarnya ini biasanya mudah dikendalikan. Kelompok 8-30 orang merupakan
kelompok yang baik untuk tujuan-tujuan pendidikan tertentu. Namun kelompok itu kurang efektif untuk
menciptakan keakraban sosial dalam waktu yang singkat. 4 sampai 12
m po k be ranggota berkisar
Konselin g ke lo baliknya jika Se
an 8 sa m pa i 15 orang, sedangkan re na di na m ika jadi kurang hidup. Untuk
bi ng an ke lo m pok beranggoatak ra ng da ri 4 or an g tidak efektif ka ra t da la m m en gelola kelompok. n
m be
Bi
m la h an gg ot a kelompok yang
ku
r un tu k ko ns el in g karena terlalu k in i, da pat di tetapkan berdasarka
orang. Ju terlalu besa g kelompo besar dan
m la h ko ns el i m elebihi 12 orang rp ar tisip asi da la m proses konselin Jik a ju m lah ko nseli dipandang
ju dapat be es konselin g.
lah konseli yang n efektifitas pros oleh pendamping
konselor.
menetapkan jum or da n m em pe rti m ba ng ka
da pat di ba nt u
kemampuan seor
ang konsel baik, konselor
tu hkan pe ngel olaan yang lebih
membu
d. Itikad dan sikap terhadap orang lain
Itikad baik, dalam arti tidak mau menang sendiri, tidak sekedar menanggapi atau
menyerang pendapat orang lain, dan sebagainya sangat penting. Sikap para anggota
yang dimaksud adalah bahwa setiap anggota dapat memberikan waktu dan
kesempatan kepada anggota lain untuk mengemukakan pendapatnya secara leluasa.
e. Kemampuan mandiri
Kemandirian merupakan unsur yang amat penting menyangkut anggota kelompok. Dalam kemandiriannya itu masing-
masing anggota kelompok tidak begitu saja terbawa oleh pendapat anggota lain, atau tidak begitu saja mengiyakan apa yang
dikatakan oleh anggota lain atau pemimpin kelompok. Dalam dinamika kelompok yang dinamis setiap anggota kelompok
diharapkan mengembangkan dan mewujudkan kediriannya masing-masing.
Selain itu, hal yang sangat menentukan keefektifan layanan kelompok adalah suasana kelompok yang:
1) Interaksi yang dinamis
2) Keterikatan emosional
3) Penerimaan
4) Altruistik, mengutamakan kepedulian terhadap orang lain
5) Intelektual (rasional, cerdas dan kreatif). Menambah ilmu dan wawasan individu serta dapat menumbuhkan ide-ide
cemerlang.
6) Katarsis (mengemukakan uneg-unegnya, idenya dan gagasannya). Menyatakan emosinya yang lebih mengarah pada
pengungkapan pmasalah yang dipendam.
7) Empati (suasana yang saling memahami tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan sehingga dapat menyesuaikan
sikapnya dengan tepat).
f. Waktu Pelaksanaan
Lama waktu pelaksanaan konseling kelompok sangat bergantung kepada
kompleksitas permasalahan yang dihadapi kelompok. Secara umum konseling
kelompok yang bersifat jangka pendek (short-term group counseling) membutuhkan
waktu durasi 60 sampai 90 menit. Durasi pertemuan konseling kelompok pada
prinsipnya sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi anggota kelompok. Sedangkan
Layanan bimbingan kelompok dapat diselenggarakan kapan saja, sesuai dengan
kesepakatan antara pemimpin kelompok dan para anggota kelompok, baik terjadwal
maupun tidak terjadwal. Seiring dengan waktunya, bimbingan kelompok
diselenggarakan di tempat-tempat yang cukup nyaman bagi para peserta, baik di
dalam ruang maupun di luar ruangan. Mereka duduk dengan membentuk sebuah
lingkaran di kursi atau bersila mengikuti kondis yag ada. Waktu penyelenggaraan
untuk setiap kali penyelenggaraan (satu sesi) layanan bimbingan kelompok sekitar 1-
2 jam. Banyaknya sesi untuk penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok

Anda mungkin juga menyukai