Anda di halaman 1dari 71

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI YANG DAPAT

DIGUNAKAN UNTUK PEMANTAUAN JANIN


DAN PEMANTAUAN IBU

Disusun oleh kelompok 2


Mengapa Teknologi?
 Penelitian :1086 bidan 731 mahasiswa kebidanan, dan 10 pengelola
bangsal kebidanan

 Bidan merupakan posisi kunci dalam menentukan dan


mengasumsikan teknologi yang diggunakan untuk menilai
kesejahteraan ibu dan janin. Bukan untuk “menggantikan” posisi
bidan, namun untuk memperkuat asuhan yang akan diberikan.
 Kemauan bidan dalam menggunakan teknologi didasarkan pada
tingkat pelatihan, kompetensi yang dibutuhkan, dan kepercayaan diri.
 Para lulusan baru, memandang komputer dan teknologi sebagai aspek
penting dalam bekerja, sehingga mereka termotivasi untuk dapat
menggunakannya.
Teknologi kesehatan?
 seperangkat teknik-teknik, obat-obatan,
prosedur yang digunakan oleh profesional
kesehatan dalam memberikan pelayanan medis
kepada perorangan dan pelayanan kesehatan di
masyarakat.
Wewenang bidan?
 UU RI No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan yang
tercantum dalam pasal 42

 Ayat 1. Teknologi dan produk teknologi kesehatan


diadakan diteliti, diedarkan dan dikembangkan dan
dimanfaatkan bagi kesehatan masyarakat.
 Ayat 2. (1) mencakup segala metode dan yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit, mendeteksi adanya
penyakit, meringankan penderitaan akibat penyakit,
menyembuhkan, memperkecil komplikasi dan
memulihkan kesehatan setelah sakit.
Teknologi
Pemantauan Kemajuan Persalinan

Tokodinamometer
 pemeriksaan dengan perabaan memberikan
efektifitas hasil pemeriksaan yang kurang karena
memerlukan pengalaman dan keterampilan
 Rancangan tokodinamometer merupakan
modifikasi kardiotokografi dengan teknologi tepat
guna yang dirancang terdiri dari perangkat keras
dan perangkat lunak
Toco Track
Color Coded-Rings
PEMANTAUAN JANIN

DJJ

MOLASE

KETUBAN
Pemantauan Kesejahteraan Janin Melalui
Denyut Jantung Janin (DJJ)

• Sistem saraf simpatis


• Saraf parasimpatis
• Baroreseptor
Mekanisme • Kemoreseptor
DJJ • Susunan SP
• Sistem pengaturan
hormon
Faktor yang memengaruhi DJJ
Pengaruh obat-obatan terhadap pola DJJ 6
Obat Referensi Studi desain Pengaruh pada DJJ
Butorphanol Hatjis Case control Transien pola sinusoidal DJJ
Kokain Chazotte Case control Tidak ada karakteristik perubahan
pada pola DJJ
Kortikosteroid Senat RCT Menurunkan variabilitas DJJ dengan
betamethasone tetapi bukan
dexamethasone

MgSO4 Hallak dan Wright RCT dan retrospective Penurunan signifikan frekuensi DJJ
basal dan variabilitas; menghalangi
meningkatnya akselerasi seiring
dengan kemajuan usia kehamilan

Meperidine Giannina RCT Tidak ada karakteristik perubahan


pada pola DJJ
Morphine Kopecky Case control Penurunan angka akselerasi
Nalbuphine Giannina RCT Penurunan angka akselerasi, variasi
jangka panjang dan pendek
Terbutaline Tejani Retrospective Penurunan frekuensi deselerasi
lambat dan deselerasi variabel
Zidovudine Blackwell Case control Tidak ada perbedaan dalam frekuensi
DJJ basal, variabilitas, angka
akselerasi atau deselerasi
Pola Denyut Jantung Janin
 Frekuensi denyut jantung basal (Baseline FHR)
 National Institute of Child Health and Human Development (NICHD)
adalah nilai rata-rata DJJ yang dipantau selama 10 menit, dengan
peningkatan 5 dpm.
Bradikardia 5,7
Frekuensi dasar DJJ <110 dpm. Takikardi 5,7
Secara umum, bradikardia dengan Frekuensi dasar DJJ >160 dpm. Takikardi
frekuensi antara 80 – 110 dpm menggambarkan peningkatan rangsang
yang disertai variabilitas moderat simpatis dan atau penurunan rangsang
(5 – 25 dpm). Bradikardi tidak parasimpatis, dan secara umum berkaitan
disertai adanya deselerasi, dengan hilangnya variabilitas. Bila
kemungkinan hal ini disebabkan disertai dengan hilangnya variasi
adanya kelainan bawaan jantung denyutan, deselerasi lambat, deselerasi
janin atau postmaturitas. variabel, atau denyutan yang tak teratur
Sedangkan bila disertai adanya pada akhir kontraksi uterus, menunjukkan
deselerasi keadaan tersebut tanda bahaya bagi janin.
menandakan adanya keadaan gawat
janin.
POLA DJJ
 Variabilitas denyut jantung janin (beat to beat variability)
 Interval DJJ pada janin yang sehat menunjukkan gambaran
yang tidak seragam (non uniformity), dikenal sebagai
variabilitas beat to beat.
 Akselerasi5,6,7,9  Peningkatan DJJ ≥ 15 dpm dari frekuensi dasar DJJ.
Adanya akselerasi DJJ dapat dipakai sebagai petanda bahwa janin tidak
sedang dalam kondisi depresi atau asidosis.
 Deselerasi5,6,7,9  Penurunan DJJ ≥ 15 dpm dari frekuensi dasar DJJ.
Deselerasi dapat disebabkan oleh kompresi kepala, kompresi umbilikus,
atau insufisiensi uteroplasenta.

1. Deselerasi dini
2. Deselerasi variabel
3. Deselerasi lambat
Mekanisme deselerasi dini
Mekanisme deselerasi variabel
Mekanisme deselerasi lambat
Pemanfaatan Teknologi pada
Pemantauan Denyut Jantung Janin

Electronic Fetal Auskultasi


Monitoring/ Intermiten
Pemantauan (Leanec dan
Elektronik Janin Doppler
(EFM)
Pinard stetoskop (leanec/
fetoscope)
 Kelebihan: tidak mengeluarkan biaya banyak, serta
tidak membutuhkan banyak perbaikan jika alat tersebut
rusak.
 Kekurangan : Penggunaan pinard stetoskop kurang
efisien waktu apalagi jika digunakan oleh bidan dalam
ruangan yang ramai pasien. Selain itu, harus digunakan
di ruang yang tidak terlalu ramai. Selain itu, terkadang
untuk mengefektifkan waktu pada akhirnya bidan
menghitung DJJ dalam waktu yang singkat, misalnya
selama 15 detik kemudian dikali 4. Hal tersebut dapat
menurunkan keakuratan dan kesalahan perhitungan
DJJ.
Doppler  monitor ultrasonografi portable untuk mendeteksi gerakan
jantung janin hingga mengkonversikannya menjadi suara, dan bunyi DJJ
dapat terdengar dengan baik secara langsung.

 Membutuhkan sumber tenaga listrik dan memerlukan


biaya perbaikan yang cukup mahal jika mengalami
kerusakan, dan lebih mahal daripada leanec.
 Doppler dengan mudah dapat digunakan oleh bidan
sembari berkomunikasi dengan pasien terkait
kesejahteraan janin pasien.
 Selain itu, tidak hanya bidan saja yang
mendengarkan DJJ tetapi pasien juga dapat
mendengarkan DJJ dengan baik.
 Pemantauan DJJ setidaknya dilakukan setiap 30
menit sekali selama fase aktif kala 1 dan setidaknya
setiap 15 menit sekali selama kala 2
 Namun, apabila pada pasien dengan risiko tinggi
maka pemantauan setidaknya minimal setiap 15
menit sekali pada fase aktif kala 1 dan 5 menit
sekali pada kala 2.
Karakteristik DJJ ditentukan melalui auskultasi vs
pemantauan elektronik janin9
 Sebuah studi di Uganda bertujuan untuk membandingkan
metode skrining utama doppler dan laenec sebagai alat
untuk memantau DJJ abnormal pada saat intrapartum.
 Studi tersebut menggunakan desain uji coba secara acak.
Dari Juli 2012 hingga Desember 2013, tersaring 2042 ibu
hamil.
 Hasilnya secara signifikan angka DJJ abnormal terdeteksi
lebih tinggi pada kelompok doppler daripada kelompok
pinard/ laenec (75/992 (7,6%) vs 46/979 (4,7%), p = 0,008,
IRR = 1,61, 95% CI 1,13-2,30. Kesimpulannya,
pemantauan rutin dengan doppler meningkatkan proporsi
janin yang teridentifikasi membutuhkan persalinan segera
melalui identifikasi DJJ abnormal dalam persalinan.
Electronic Fetal Monitoring/ Pemantauan
Elektronik Janin (EFM) pada Persalinan5,7,9
 Continuous Electric Fetal Monitoring (Pemantauan
elektronik janin berkelanjutan/ EFM)
Cardiotocography (CTG)  Internal dan
Eksternal
Faktor Risiko Tinggi Ibu dan Janin yang Diindikasikan Perlu
Menggunakan Continuous Electronic Fetal Monitoring 7
Kondisi Faktor Risiko
Antenatal
Janin Abnormal arteri umbilical
Presentasi bokong
IUGR
Kehamilan kembar
Oligohidramnion
Rhesus isoimmunization
Ibu Anemia
Perdarahan antepartum
Penyakit jantung
Diabetes
Hipertensi (preeklampsia atau eklampsia)
Hipertiroidism
Trauma jalan lahir
Obesitas
Penyakit ginjal
Penyakit vaskular
Intrapartum
Janin DJJ abnormal
Ketuban campur mekonium
Ibu Uterus hipertonik
Induksi persalinan
Infeksi intrauterin atau korioamnionitis
Kehamilan postterm ( UK >42 minggu)
Sebuah meta-analisis sintesis menemukan sembilan uji
klinis acak dengan kesimpulan berikut:

 Penggunaan EFM dibandingkan dengan auskultasi intermiten


meningkatkan angka kelahiran SC secara keseluruhan (odds
rasio [OR] 1,53, 95% confidence interval [CI], 1,17-2,01) dan
angka SC untuk suspek gawat janin (OR 2,55, 95% CI, 1,81-
3,53).
 Penggunaan EFM meningkatkan penggunaan vacuum (OR
1,23, 95% CI, 1,02-1,49) dan forceps (OR 2,4, 95% CI, 1,97-
3,18) pada persalinan pervaginam operatif.
 Penggunaan EFM tidak mengurangi angka kematian perinatal
secara keseluruhan (OR 0,87, 95% CI, 0,57-1,33) meskipun
kematian perinatal disebabkan oleh hipoksia janin tampak
berkurang (OR 0,41, 95% CI, 0,17-0,98).
 Sebuah studi yang dilakukan oleh Madaan,
membagi secara acak 100 wanita di India yang
bersalin setelah persalinan SC sebelumnya menjadi
dua kelompok, satu dipantau melalui auskultasi
intermiten (doppler) dan lainnya dipantau melalui
EFM. Tidak ada perbedaan hasil ibu atau bayi baru
lahir antara kedua kelompok. Kelompok auskultasi
intermiten mengalami peningkatan yang tidak
signifikan dalam jumlah persalinan pervaginam
(70% vs 64%, masing-masing).
Pemantauan Kesejahteraan Janin
Melalui Penilaian Moulage

Pemeriksaan
vagina digital
(vaginal
examination/ VE) USG 2D
(sonopartogram)
Vaginal examination/ VE
 Telah dilaporkan bahwa pengulangan VE secara
signifikan mempersingkat periode laten persalinan
dalam ketuban pecah dini (2,1 ± 4,0 vs 11,3 ± 13,4
hari). Dengan pemikiran ini, Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) merekomendasikan pembatasan
jumlah tindakan VE, dan di Inggris, National
Institute for Health and Clinical Excellence (NICE)
telah merekomendasikan penelitian lebih lanjut
yang bertujuan mengurangi frekuensi tindakan VE
dalam persalinan normal.
USG 2D
SONOPAR
TOGRAM
KETUBAN
PECAH

Bagian terendah
janin tidak Persalinan akan Bercampur
terfiksasi di pelvis segera dimulai Mekonium

Prolapsus & Persalinan ditunda


kompresi Tali Meningkatkan
 Infeksi uterus ++ SC, AS<7 5’
pusat/ (interval waktu)

Peningkatan
Pemantauan
PEMANFAATAN TEKNOLOGI
 USG
 AFI (Amniotic Fluid Indeks) kurang dari 5
PEMANTAUAN IBU

Tanda-Tanda Vital

Intake dan Output

Keadaan Umum

Kesadaran
TANDA-TANDA VITAL
 Persalinan menyebabkan stres fisiologis dan psikologis
yang cukup besar pada ibu. Jika pasokan energi dari
karbohidrat tidak mencukupi, lemak dimetabolisme dan
timbul ketosis. Ini dapat dideteksi dengan adanya aseton
dalam urin ibu dan tanda-tanda klinis ketosis dan
dehidrasi.
 Denyut nadi meningkat selama persalinan tetapi tidak
melebihi 100 kali/menit. Jika lebih dari 100 kali/menit
menunjukkan stres maternal. Tekanan darah sistolik
meningkat 10 sampai 20 mmHg dalam setiap kontraksi.
Peningkatan suhu tidak boleh terjadi kecuali ada ketosis,
ketika suhu meningkatkan 0,5⁰C, atau infeksi intrauterin.
Pemeriksaan SUHU
Metode pengukuran Suhu
Kateter
Invasif paru/pulmonary
catheter (PAC).

Oral 1. Termomete
Pengukuran
r raksa/
Suhu
gallium-in-
glass,
Aksila
2. Reaktif
Non-invasif
strip
(Termometer)
3. Termomete
Kulit r digital
4. Termomete
Membran r infra
Timpani merah
Jenis-jenis termometer
 Memonitor suhu ibu: 25,26
• Pada saat masuk
• Membran utuh - 4 jam
• Ruptur membran - 2 jam
• Jika wanita demam setiap - 1 jam.
 Rata-rata, suhu oral dibawah suhu
intrauterin 0,8 °C (95% CI 0,7 °C,
1 °C).
 Suhu oral yang lebih besar dari
37,2 ° C mendeteksi suhu
intrauterine lebih besar dari 38°C
dengan sensitivitas 81% dan
spesifisitas 96 %. koefisien
korelasi antar klas dengan suhu
intrauterin (0,1 atau kurang).
 Hasil menunjukkan bahwa indikator
terbaik suhu intrauterin adalah suhu
oral, dengan koefisien korelasi
intraclass rata-rata 0,6 (95% CI 0.42,
0.77).
 Dengan demikian, pengukuran suhu
oral dengan teknik yang benar
disarankan untuk deteksi demam ibu
dalam persalinan karena memberikan
estimasi terbaik dari suhu intrauterin.
 Pengukuran suhu oral yang benar
dianjurkan adalah menempatkan
termometer oral selama 2 menit
dalam mulut dan memastikan ibu
tidak meminum air dingin, air panas,
dan es batu sekurang-kurangnya 15
menit sebelum pengukuran.20
 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membandingkan nilai pengukuran
diperoleh dengan termometer inframerah
Pengukuran suhu tubuh
non-kontak, termometer timpani dan dilakukan dengan cara
dot termometer kimia. Populasi konsekutif dan
penelitian terdiri dari mahasiswa yang independen oleh tiga
belajar di dua departemen dari universitas peneliti yang berbeda.
di Ankara. Sebanyak 452 mahasiswa yang Setiap peneliti hanya
memenuhi kriteria inklusi penelitian dan menggunakan satu jenis
menawarkan diri untuk berpartisipasi termometer dalam
dimasukkan dalam sampel. Sebelum pengukuran.
thermometer inframerah dan timpani
digunakan, instrumen ini didiamkan pada
suhu kamar selama setidaknya 10 menit,
seperti yang dijelaskan di manual user. 2
 Gambar 4. Suhu rata-rata antara
thermometer oral, timpani, infrared
 Di antara individu dewasa muda yang
berpartisipasi dalam studi ini, 55,1%
adalah perempuan, dan 44,9% adalah
laki-laki; usia rata-rata adalah 19,66 0,94;
dan 83,9% dari subyek yang berat badan
normal sesuai dengan indeks massa
tubuh. Suhu rata-rata yang diperoleh
ditemukan 36,71 0,40 untuk dot
termometer oral kimia, 36,78 0,39 untuk
termometer timpani dan 36,22 0,10 untuk
non-kontak termometer inframerah. 2
 survei cross-sectional dari 113 pasien dewasa yang dirawat di Manmohan
cardio Thoracic Vaskular dan Pusat Transplantasi (MCTVC) Nepal pada
periode antara 16 Juli-Agustus 2013.
 Konvensional termometer raksa kaca diperiksa dan dibawa ke 95 derajat
Fahrenheit sebelum setiap pengukuran suhu. Dua thermometer secara
bersamaan ditempatkan di rongga mulut dan di situs kulit ketiak. Membaca
dari lisan suhu dilakukan dalam 1 dan 3 menit, sama, pembacaan suhu
ketiak adalah dilakukan di 3 dan 5 menit. Data dianalisis di SPSS 18
dengan menggunakan parametrik dan nonparametric tes. 3
 Hasil: Temuan mengungkapkan perbedaan.
Selanjutnya, suhu oral dalam 1 menit adalah 97,75
± 1,27 SD, dan dalam 3 menit 98,69 ± 1,37 SD.
Demikian pula, berarti suhu ketiak dalam 3 menit
itu 97,67 ± 1,40 SD, sedangkan berarti dalam 5
menit adalah 98,43 ± 1,46 SD. Perbedaan rata-rata
adalah significant. Kesimpulan: waktu yang efektif
untuk mengukur suhu oral adalah 3 menit dan 5
menit untuk pengukuran aksila. 3
Pemeriksaan NADI
 Denyut nadi meningkat selama persalinan tetapi tidak melebihi 100
kali/menit. Jika lebih dari 100 kali/menit menunjukkan stres maternal.
 Memantau denyut nadi ibu: 25,26
• Pada masuk
• Selama fase laten persalinan - 4 jam
• Selama fase aktif persalinan - setiap 30 menit

IT
1. Elektrokardio
Manual
graf,
1. Arteri radial
2. Monitor
pada
denyut
pergelangan
jantung dan
tangan dan
3. Prinsip
2. Arteri karotis
Photoplethys
di leher.
mography
(Oximeters)
 Photoplethysmography  Transmiten dan pantulan. Reflektansi
photoplethysmography digunakan dalam aplikasi smartphone.

Kontak
(hanya ponsel dengan
kamera on-board yang Non Kontak
dilengkapi dengan flash. (Proses ini bekerja
Jika telepon tidak dengan menempatkan
memiliki flash maka
pengukuran perlu
wajah subjek di
kondisi yang sangat depan kamera
remang untuk smartphone )
mendapatkan hasil yang
akurat)
Metode Kontak
 Bekerja dg prinsip the Eulerian Video
Magnification (EVM)
 Jari tidak boleh ditekan terlalu keras karena dapat
menghentikan sirkulasi darah. Setelah
menempatkan jari, aplikasi dimulai untuk
menangkap frame sambil flash kamera dihidupkan.
 Menangkap perubahan volume darah dengan
menyinari jari dengan LED  ukuran detak jantung
sinkron dengan perubahan volume darah
 Setiap kali jantung berdetak yakni mendorong darah
ke setiap bagian dari tubuh manusia. Ketika kapiler
penuh oleh darah, ia akan memblokir jumlah cahaya
yang dapat melewati. Ketika darah memendek,
lebih banyak cahaya dapat melewati jaringan.
 Intensitas cahaya yang dipantulkan bervariasi
dengan volume darah di ujung jari, yang pada
gilirannya bervariasi sesuai dengan detak jantung.
Dari berbagai tingkat intensitas jantung dapat
dengan mudah dihitung. 23
Metode non kontak
 Denyut jantung menyebabkan perubahan warna mikro
pada wajah subjek  Prinsip Photolethysmography
 Perangkat adalah Samsung Galaxy S II (kamera utama
8 MP), Walton Primo D2 (2 MP kamera utama) dan
iPhone 4S (kamera utama 8 MP). Dua penggunaan
Sistem Operasi Android dan lainnya menggunakan
iOS. Semua perangkat ini dilengkapi dengan flash dan
kamera depan. Aplikasi smartphone dapat ditemukan
di App Store dan Google play untuk platform Android
iOS dan masing-masing. 23
Aplikasi What’s my Heart Rate.
Lingkungan yang cukup terang adalah
sangat penting. Subjek diminta untuk
duduk di tempat yang terang dan
denyut jantung diukur menggunakan
kamera depan.
Hasil input objek invalid

Untuk mengotentikasi prosedur kerja, aplikasi yang


berjalan di beberapa masukan tidak valid selain organ
tubuh manusia untuk melihat apakah aplikasi
memberikan hasil negatif palsu  Hasil eksperimen
menunjukkan bahwa metode kontak menyediakan hasil
lebih akurat dibandingkan metode non-kontak.
Pemeriksaan Respirasi
 Tingkat pernapasan/respiration rate (RR) adalah
didefinisikan sebagai jumlah napas per menit
 RR khas untuk manusia dewasa saat istirahat adalah
12-20 Selama pemulihan dari anestesi bedah, sebuah
agonis μ-opioid digunakan untuk nyeri kontrol dapat
memperlambat RR mengarah ke bradypnea (RR
<12) atau bahkan apnea (penghentian respirasi untuk
jangka waktu tak tentu), ketika adanya penghalang
jalan napas seperti asma, emfisema dan COPD
(Chronic Obstructive Pulmonary Disease).
Sensor tetap pada tripod 20
mm dari tubuh dan
pengukuran dari dua sinyal
yang diperoleh dan digital
oleh sebuah osiloskop
(Tektronix TDS2014).
Subjek manusia duduk di
atas kursi dan pernapasan,
dan sensor tanda vital
ditempatkan di tengah dada
subjek. Data didigitalkan
oleh osiloskop dan ditransfer
ke komputer melalui GPIB
antarmuka.
 Sinyal respirasi memiliki besaran yang lebih besar dari sinyal detak
jantung. Akurasi sinyal detak jantung menunjukkan data domain
frekuensi
 diperoleh dari sensor jari, keduanya menunjukkan puncak yang kuat
pada identik frekuensi 1,15 Hz. Tingkat respirasi diukur adalah 33
denyut / menit dan tingkat detak jantung adalah 69 denyut / menit.
Pemeriksaan Tekanan Darah
 Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik
aerob dan anaerob meningkat.
 Tekanan darah meningkat selama kontraksi dengan
sistolik naik rata-rata dari 15 (10-20) mmHg dan
diastolik meningkat rata-rata 5-10 mm Hg. Di antara
kontraksi, tekanan darah kembali ke tingkat nya
sebelum persalinan.
 Rasa sakit, takut, dan cemas lebih lanjut dapat
meningkatkan tekanan darah.
 Sebaiknya dengan wanita dalam posisi tidur miring.
 Tekanan darah: Diperiksa setiap 30 menit selama
persalinan aktif, setiap 15-30 menit selama kala II kedua
dan pasca-partum. Tekanan darah sering menurun
dengan epidural. Penurunan yang signifikan
mengindikasikan perdarahan, syok, atau supine
hypertension. Tekanan darah dapat meningkat pesat
dengan , pre-eklampsia, eklampsia, kelebihan cairan. 27
 Mengukur tekanan darah: 27
• Pada masuk
• Selama fase laten persalinan - 4 jam
• Selama fase aktif persalinan - 2 jam
 Tujuan: Untuk mencari pengganti yang cocok untuk
sphygmomanomer merkuri untuk mengukur tekanan darah (BP)
yang akurat dalam kehamilan normal dan hipertensi.
 Metode: Dua penelitian paralel dilakukan di 340 wanita hamil,
170 dengan gangguan hipertensi dan 170 wanita normotensif.
Sphygmomanometer hybrid, A & D UM-101, dan perangkat
profesional oscillometric otomatis untuk kantor dan klinik,
Omron HEM-907, diuji. Menggunakan (BHS) Protokol, sembilan
berurutan Rekaman TD diambil bergantian antara
sphygmomanometer air raksa dan hybrid. 5,10 dan 15 mmHg
perbedaan absolut dari merkuri sphygmomanometry.
 Hasil: Wanita dalam kedua studi itu rata-rata 34 minggu
kehamilan dan etnis, usia dan BM Iyang sama. Pada wanita
hipertensi, 29% memiliki preeklampsia dan 73% menerima anti
hipertensi. SBP adalah dalam 5 mmHg merkuri BP di 94% dari
bacaan dengan perangkat auskultasi dan 75% dengan perangkat
otomatis (P¼ 0,021); DBP adalah dalam 5 mmHg di 97 dan
61% bacaan, masing-masing (P¼ 0,001).
 Hasil adalah serupa di antara wanita hamil normotensif. Kedua
perangkat mencapai Peringkat A / A menurut BHS protokol.
 Kesimpulan: sphygmomanometer hybrid auskultasi lebih akurat
dibandingkan dengan perangkat oscillometric otomatis pada
kehamilan, khususnya pada kehamilan hipertensi. Pengganti ini
diterima untuk sphygmomanometer merkuri pada kehamilan.
Pemantauan Intake dan Output selama Persalinan
 Sebuah penelitian di Swedia yang Hiponatremia didefinisikan sebagai
natrium plasma £ 130 mmol/l setelah
dilatarbelakangi bahwa adanya melahirkan. Hasil penelitian
risiko dan bahaya hiponatremia hiponantremia ditemukan 16 (26%) dari
ibu selama persalinan yang 61 ibu melahirkan yang minum lebih
dari 2.500 ml selama persalinan.
sebelumnya telah diberikan
Hiponatremia berkorelasi signifikan
oksitosin dalam larutan glukosa dengan lama persalinan kala II,
sering diklaim sebagai penyebab persalinan dengan tindakan dan seksio
hiponatremia peningkatan sesarea darurat untuk partus lama (P =
0,002). Oleh karena itu, disarankan untuk
kejadian dari gangguan pernapasan
membatasi asupan cairan tidak lebih
dan hiperbilirubinemia pada bayi. dari 2.500 ml, dan tidak diberikan
Desain penelitian observasional cairan hipotonik secara intravena pada
prospektif pada 287 ibu hamil aterm ibu bersalin. Sehingga makan dan minum
dianjurkan namun tidak pula berlebihan. 28
(37 minggu).
 Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2009
untuk menentukan manfaat dan bahaya pembatasan
cairan oral dan makanan selama persalinan, dengan
atau tanpa hidrasi intravena.
 Desain penelitian Randomised Controlled Trials
(RCTs) dan quasi-RCTs pada lima penelitian yang
melibatkan 3130 Ibu bersalin. Penelitian pertama
membandingkan ibu dengan pembatasan makan
dan minum dengan ibu yang diberi kebebasan
makan dan minum.
 Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan
signifikan secara statistik diidentifikasi dalam:
operasi sesar (rasio risiko rata-rata (RR) 0,89,
interval kepercayaan 95% (CI) 0,63-1,25, lima
penelitian, 3103 ibu), kelahiran vaginal operatif
(rata RR 0,98, 95% CI 0,88 untuk 1.10, lima
penelitian, 3103 ibu) dan Apgar skor kurang dari
tujuh pada lima menit (rata RR 1,43, 95% CI 0,77-
2,68, tiga studi, 2.574 bayi), atau di salah satu hasil
lainnya dinilai.
Kesimpulan
 Bukti menunjukkan tidak ada manfaat, tidak ada
pembenaran untuk pembatasan cairan dan makanan di
persalinan untuk wanita berisiko komplikasi rendah.
 Tidak ada studi melihat secara khusus pada perempuan
pada peningkatan risiko komplikasi, maka tidak ada bukti
untuk mendukung pembatasan pada perempuan.
 Bukti yang bertentangan pada larutan karbohidrat berarti
diperlukan studi lebih lanjut dan sangat penting dalam
setiap studi masa depan untuk menilai perempuan.4
 Tenaga kesehatan harus melakukan pendidikan
kesehatan pada ibu hamil bahwa penting untuk
mengosongkan kandung kemih selama kehamilan
dan postpartum. Pengosongan kandung kemih
dilakukan sekurang-kurangnya setiap 2 jam selama
persalinan terutama jika ibu bersalin dilakukan
penyisipan blok epidural/epidural block (EDB).30
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai