Pertemuan 3 By Syarifah Rabiatul Adawiah Kurnia Ramadhani outlines
1. Sifat fisik dan kimia senyawa organologam
2. Reaktivitas dan stabilitas senyawa organologam Beberapa sifat senyawa organometalik antara lain: Ikatan antara logam dan atom karbon sering kali bersifat kovalen Mayoritas senyawa organologam, terutama yang mengandung gugus hidrokarbon aromatik atau berstruktur cincin, berbentuk padat Senyawa yang terdiri dari logam-logam yang sangat elektropositif seperti natrium atau litium sangat mudah menguap dan dapat mengalami pembakaran spontan. Dalam banyak kasus, senyawa organometalik diketahui beracun bagi manusia (terutama senyawa yang bersifat mudah menguap). Senyawa-senyawa ini dapat bertindak sebagai agen pereduksi, terutama senyawa yang terbentuk oleh logam-logam yang sangat elektropositif. Titik leleh yang relatif rendah. Tidak larut dalam air, namun dapat larut dalam eter. Sangat reaktif. Itu sebabnya disimpan dalam pelarut organik. Dalam senyawa organologam, karbon memiliki keelektronegatifan 2,5 sedangkan sebagian besar logam memiliki keelektronegatifan kurang dari 2,0. Senyawa ini, terutama yang dihasilkan oleh logam yang sangat elektropositif, mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Logam yang sangat elektropositif, seperti natrium atau litium, sangat mudah menguap dan dapat terbakar secara spontan Dari poin-poin di atas, dapat diamati bahwa sifat-sifat senyawa organometalik berbeda dari yang lain berdasarkan sifat-sifat logam yang membentuknya. Sifat Fisik: 1. Titik leleh dan titik didih: Organologam biasanya memiliki titik leleh dan titik didih yang lebih tinggi daripada senyawa organik biasa, karena adanya interaksi logam-logam dalam strukturnya. 2. Kelarutan: Sifat kelarutan organologam dapat bervariasi. Beberapa dapat larut dalam pelarut organik seperti eter atau benzene, sementara yang lain mungkin kurang larut. 3. Warna: Beberapa organologam dapat memiliki warna yang khas, tergantung pada jenis logam dan ligan organik yang terikat. Sifat Kimia: 1. Reaktivitas terhadap asam dan basa: Organologam dapat bereaksi dengan asam atau basa, tergantung pada sifat kimiawi logam yang terlibat. Beberapa organologam dapat membentuk senyawa kompleks dengan asam atau basa. 2. Oksidasi: Beberapa organologam dapat mengalami reaksi oksidasi, terutama jika terlibat dalam reaksi dengan oksigen atau zat oksidasi lainnya. 3. Reaktivitas terhadap ligand organik: Organologam dapat membentuk senyawa kompleks dengan ligan organik tertentu. Reaksi ini dapat melibatkan pemecahan ikatan logam-ligan dan pembentukan ikatan baru. 4. Katalisis: Beberapa organologam memiliki sifat katalisis dan digunakan dalam reaksi kimia sebagai katalis. 5. Konduktivitas listrik: Beberapa organologam dapat menunjukkan konduktivitas listrik yang signifikan, terutama jika terlibat dalam ikatan logam yang konduktif. Sifat-sifat senyawa-senyawa ini memengaruhi stabilitas dan reaktivitas kompleks organometalik. Stabilitas termal suatu senyawa organometalik menurun dari unsur yang paling ringan hingga yang paling berat di setiap golongan utama tabel periodik (golongan 1, 2, dan 13–15). Sebagai contoh, metil litium (LiCH3) jauh lebih stabil dalam senyawa logam golongan 1 daripada metil kalium (KCH3), dan tetrametil silikon, Si(CH3)4, stabil pada suhu 500 °C (932°F) dalam ketiadaan udara, sedangkan tetrametil timbal, Pb(CH3)4, cepat terurai pada suhu yang sama. Komponen blok-d (golongan 3–12), yang menolak pola ini dengan meningkatkan kekuatan ikatan MC dan stabilitas seiring peningkatan di dalam suatu golongan, menantang tren ini Stabilitas Senyawa Organologam: 1. Stabilitas Termal: Beberapa senyawa organologam stabil pada suhu tinggi, sementara yang lain dapat mengalami dekomposisi atau reaksi lainnya. Hal ini dikarenakan kekuatan ikatan antara logam dan gugus organic pada senyawa organologam yang lebih kuat daripada ikatan kovalen pada senyawa oragnik biasa
2. Stabilitas dalam Pelarut:
Stabilitas senyawa organologam dapat dipengaruhi oleh jenis pelarut yang digunakan dalam reaksi atau penyimpanan. 3. Stabilitas terhadap Hidrolisis: Beberapa senyawa organologam stabil terhadap hidrolisis (reaksi dengan air), sementara yang lain dapat terurai dengan mudah. 4. Stabilitas Kimia Logam: Sifat kimia logam dalam senyawa organologam juga memainkan peran penting dalam stabilitasnya. Logam yang lebih reaktif atau mudah teroksidasi dapat menyebabkan senyawa organologam menjadi kurang stabil. 5. Stabilitas Elektronik: Senyawa organologam dengan ikatan logam-ligan yang kuat cenderung lebih stabil secara elektronik. Reaktivitas
Reaktivitas senyawa organologam dapat dikaitkan
dengan karakter ioniknya. Senyawa-senyawa natrium dan kalium sejauh ini adalah yang paling reaktif; keduanya secara spontan terbakar di udara terbuka, sedangkan senyawa organomagnesium juga bereaksi dengan oksigen tapi tidak terlalu keras. Senyawa- senyawa litium lebih reaktif daripada senyawa- senyawa magnesium. Reaktivitas Senyawa Organologam: 1. Reaksi Oksidasi-Reduksi: Beberapa organologam dapat mengalami reaksi oksidasi-reduksi dengan berbagai agen oksidatif atau reduktif. 2. Reaksi dengan Asam dan Basa: Organologam dapat bereaksi dengan asam atau basa tergantung pada sifat kimia logam dan ligan organiknya. 3. Reaksi dengan Ligand Organik: Senyawa organologam dapat berinteraksi dengan ligan organik, membentuk senyawa kompleks baru atau mengalami substitusi ligan. 4. Reaksi Katalitik: Beberapa organologam digunakan sebagai katalis dalam berbagai reaksi kimia, seperti reaksi reduksi dan reaksi polimerisasi. 5. Reaksi dengan Oksigen dan Air: Organologam tertentu dapat bereaksi dengan oksigen atau air, menyebabkan degradasi atau pembentukan produk samping yang tidak diinginkan.