Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

K F
Dengan diagnosa ESRD On HD e.c Hipertensi
Kasus Hipotensi dan Kram Otot Intra Dialisis

Kelompok 5
Heri Kusaeri
Ria Puspita
Rinrin Oktaviani
Taufik Hidayat
Vega Arya Yudhistira
LATAR BELAKANG
 Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah
kesehatan dunia hingga saat ini, karena jumlah penderita
terus meningkat serta menimbulkan morbiditas dan mortalitas
yang tinggi.
 Penyakit ginjal kronis adalah penurunan fungsi ginjal secara
progresif dan irreversibel, sehingga ginjal tidak dapat
membuang cairan yang berlebih dan sisa metabolisme
secara optimal.
 Hemodialisis dapat menggantikan fungsi ginjal yang
terganggu, namun tetap saja menimbulkan komplikasi yang
membahayakan kondisi pasien. Salah satu komplikasi yang
paling umum terjadi selama hemodialisis atau yang lebih
dikenal dengan komplikasi intradialisis adalah hipotensi dan
kram otot.
HIPOTENSI???

 Pada beberapa literatur hipotensi intradialisis (IDH) tidak


memiliki standarisasi dan beberapa studi memiliki definisi yang
berbeda
 Namun kebanyakan mendefinisikan sebagai penurunan tekanan
darah dengan disertai munculnya gejala spesifik. Penurunan
tekanan darah bisa relatif atau absolut. Sampai saat ini belum
ada evidance based yang merekomendasikan pengertian IDH.
Manifestasi dari IDH bervariasi mulai dari asimtomatik sampai
dengan syok. Beberapa literature mengemukakan bahwa IDH
ditandai dengan penurunan TD sistolik 30 atau TD sistolik
absolut dibawah 90 mmHg
MANIFESTASI KLINIS
Pusing
Lelah
Wajah pucat
Keringat dingin
Pingsan
Sering menguap
Tutur kata yang kabur
Penglihatan kabur
Mual
Perasaan tak nyaman diperut
PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan penatalaksanaan hipotensi adalah mencegah terjadinya komplikasi berupa
kerusakan organ-organ vital akibat berkurangnya aliran darah. Tindakan yang
dapat dilakukan terhadap hipotensi adalah:

 Menempatkan pasien pada posisi Trendelenburg


 Memberikan oksigenasi
 Megurangi atau menghentikan kecepatan UF
 Jika diperlukan untuk mengatasi hipotensi, berikan agen yang sesuai : Cairan
NaCl 0,9% dapat diberikan secara bolus sebanyak 100- 200 ml

Zat osmotik seperti manitol, albumin, atau cairan hipertonis akan memfasilitasi
perpindahan air dari kompartemen intersisial dan intraseluler ke dalam
kompartemen pembuluh darah.

Dosis bolus dilusi kecil (0,2-0,3 mg) vasopressor seperti metaraminol bitartrate
dapat diberikan melalui jalur darah vena atau venous blood line (VBL) dan
setelah terbukti efektif dalam meningkatkan tekanan darah (Kallenbach, 2012).
KASUS DAN PEMBAHASAN
1. IDENTITAS PASIEN 2. IDENTITAS
 Nama : Ny .N
PENANGGUNG
 Umur : 54 tahun
 TTL
JAWAB
: 22 Desember 1969
 Agama : Islam
 Pendidikan : SMA  Nama : Tn. S
 Dialisis ke : 55  Hubungan : suami
 Tgl masuk : 19 oktober 2023
 Tgl Pengkajian  Pekerjaan : dagang
: 19 oktober 2023
 Diagnosa : CKD on HD ec  Alamat : Jln Bukit
Hipertensi
Jarian No 43
 Alamat : Jln Bukit Jarian No 43
RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian pasien mengeluh lemas,pusing dan
diare
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat pengkajian tanggal 19 oktober 2023, pasien
mengeluh lemas, pasien mengeluh pusing,pandangan
gelap disertai diare dengan frekuensi sehari 5 kali
konsistensi cair
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengalami hipertensi dan GGK
PEMERIKSAAN FISIK
Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis, tidak ada sianosis,klien
tampak pucat, CRT< 2dtk,tidak ada peningkatan vena
jugularis, N 50x/mnit, TD 85/52 mmHg

Sistem Pencernaan
Mukosa bibir simetris, tidak terdapat stomatitis, reflek
menelan baik, tidak terdapat distensi abdomen, tidak
terdapat nyeri tekan abdomen, BAB cair, frekuensi 5x
PRESKRIPSI HEMODIALISIS
 Dialisis Ke : 55 Program HD
 Mesin no : G104  UF Goal : 3000
 Tipe dialyzer : ABN  TD : 5 jam
 Jenis Dialisat  Base Na : 138
: Bicarbonat,
Kalium 2,0  QB : 150
 Conductivity : 13,8  Suhu Mesin : 36,5

 Heparinisasi Minimal  QD : 500


 Dosis Awal  TMP : 40
: tidak
 BB post HD yang lalu :
diberikan
 Dosis kontinyu: 500ui 56,4kg
 BB pre HD : 59kg
 Dosis Sirkulasi: 5000iu
 BB post HD : 56kg
 Vascular Acces : AV-shunt Kanan
 BB kering : 56-56,5kg
ANALISA DATA
N Data Etiologi Masalah
o
1 Ds : hipovolemi Diare
pasien mengatakan lemah, pusing dan sudah 2 hari
ada diare dengan frekuansi 5 kali
Do :
pasien tampak lemas
keringit dingin
TD : 85/52mmhg
N : 50x/menit
Pasien tampak pucat
Akral teraba dingin

2 Ds : Resiko syok hipotensi


Pasien mengatakan pusing dan lemas
Do : pasien tampak lemas
TD : 85/52mmhg
N : 50x/menit
RR: 20 x/menit
SPO2 97 %
Pasien tampak pucat
Akral teraba dingin
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipovolemi berhubungan dengan adanya diare
2. Resiko syok berhubungan dengan hipotensi
PERENCANAAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Hipovolemi berhubungan dengan adanya Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 jam Manajemen Hipovolemi :
diare diharapkan hipovolemi dapat teratasi dengan kriteria : 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemi(misal
1. Kekuatan nadi meningkat nadi teraba lemah, tekanan darah
2. Perasaan lemas menurun menurun,tekanan nadi menyempit,membran
3. Frekuensi nadi membaik mukosa kering
4. Tekanan darah membaik Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis
(NaCl,RL)
3. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
( glukosa 2,5%,NaCl 0,4)
Pemantauan cairan
4. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
5. Monitor frekuensi nafas
6. Monitor tekanan darah

2 Resiko syok berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 jam Manajemen syok :
hipotensi diharapkan resiko syok dapat teratasi dengan kriteria : 1. Monitor oksigenasi
1. Akral dingin menurun 2. Monitor TTV
2. Saturasi meningkat 3. Berikan oksigen untuk mempertahankan satu
3. Frekuensi nadi membaik rasi oksigen
4. Tekanan darah membaik 4. Posisikan pasien trendelenbuurg
5. Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis
(NaCl,RL)
6. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
( glukosa 2,5%,NaCl 0,4)
IMPLEMENTASI
No Tanggal/Jam Implementasi Dp Paraf
1 Kamis 19/10/2023 Mengobservasi tanda-tanda vital 1
Heri, Taufik, Vega, Rinrin, Ria
07.00 TD : 85/52mmhg
Nadi : 50x/menit
Rr :20 x/menit
SPO2 97%
07.10 Kolaborasi pemberian cairan IV NaCl 0,9% 300 CC
07.15 Kolaborasi pemberian cairan IV D40% 25 ml
Melakukan TTV
TD : 115/75
N : 66 x/menit
RR : 20 x/menit
07.20 Hemodialisa di mulai
08.00 Mengobservasi tanda-tanda vital
TD : 120/75mmhg
N : 70x/menit
RR : 20 x/menit
09.00 Mengobservasi tanda-tanda vital
TD : 100/60mmhg
N : 72x/menit
RR : 20 x/menit
10.00 Mengukur tanda-tanda vital
TD : 110/77mmhg
N : 78 x/menit
RR : 20 x/menit
11.00 Mengukur tanda-tanda vital
TD : 115/88mmhg
N : 77x/menit
RR : 20 x/menit
12.00 Mengukur tanda-tanda vital
TD : 110x/77mmhg
N : 66 x/menit
RR : 20 x/menit
2 Kamis Mengobservasi tanda-tanda vital 2 Heri, Taufik, Vega, Rinrin, Ria
19-10-2023 TD : 85/52mmhg
07.00 Nadi : 50x/menit
Rr :20 x/menit
SPO2 97%
07.10 Kolaborasi pemberian cairan IV NaCl 0,9% 300 CC
Kolaborasi pemberian cairan IV D40% 25 ml
07.15 Melakukan TTV
TD : 115/75
N : 66 x/menit
RR : 20 x/menit
08.00 Mengobservasi tanda-tanda vital
TD : 120/75mmhg
N : 70x/menit
RR : 20 x/menit
09.00 Mengobservasi tanda-tanda vital
TD : 100/60mmhg
N : 72x/menit
RR : 20 x/menit
10.00 Mengukur tanda-tanda vital
TD : 110/77mmhg
N : 78 x/menit
RR : 20 x/menit
11.0 Mengukur tanda-tanda vital
TD : 115/88mmhg
N : 77x/menit
RR : 20 x/menit
12.00 Mengukur tanda-tanda vital
TD : 110x/77mmhg
N : 66 x/menit
RR : 20 x/menit
EVALUASI
No Hari/Tanggal Dp Evaluasi Paraf
1 Kamis 19/10/2023 1 S:
Heri, Taufik, Vega, Rinrin,
Pasien mengatakan lemah
Ria
berkurang
O:
TD : 110x/77mmhg
N : 66 x/menit
RR : 20 x/menit
A : masalah teratasi
P: lanjutkan program HD
sesuai jadwal rutin

2 Kamis 19/10/2023 2 Pasien mengatakan pusing,


pandangan gelap berkurang
O: 110x/77mmhg
N : 66 x/menit
RR : 20 x/menit
SPO2 98%
A : masalah resiko syok
teratasi
P : lanjutkan program HD
selanjutnya.
KESIMPULAN
 Proses hemodialisa merupakan proses pengeluaran zat-zat yang terdapat dalam
darah yang tidak dapat keluar, karena ketidak normalan tersebut maka pasien
yang menderita GGK dengan stadium lanjut perlu menggunakan Hemodialisa
sebagai terapi lanjutan

 Proses dari hemodialisa sendiri memungkinkan banyak efek samping yang


bermunculan salah satu diantaranya yaitu Hipotensi, hipotensi muncul karena
besarnya proses ultrafiltrasi dan difusi cairan dan elektrolit di dalam tubuh yang
ditarik keluar sehingga mengakibatkan tekanan darah turun dalam rentang 30-50
mmHg dan terjadi hipotensi

 Hipotensi yang terjadi pada proses cuci darah atau hemodialisa dapat diatasi
dengan pemberian cairan fisiologis seperti NaCl 0,9% dengan jumlah sesuai
kebutuhan atau pun dengan cairan hipertonis seperti Dextrose 40%. Dengan
begitu cairan di dalam tubuh akan kembali normal dan hipotensi dapat teratasi
THANKS
FOR
WATCHING

Anda mungkin juga menyukai