Anda di halaman 1dari 11

Problem pengembangan dan pelaksanaan HKm

Kelembagaan pengelolaan kehutanan masyarakat


KELOMPOK IV

 Fitriani sarah
 Lento tiboyong
 Heri Arianto
 Antonius
 Refriandy Pramono Mattau
 Vanto Niger
Pengembangan dan pelaksanaan HKm

Pengembangan dan pelaksanaan HKm adalah salah satu upaya


pemerintah dalan mengakomodir kepentingan masyarakat
setempat yang tinggal di sekitar hutan. Pengembangan KHm
bertujuan untuk memberdayakan masyarakat setempat dalam
mengelola hutan secara lestari guna menjamin ketersediaan
lapangan kerja bagi masyarakat setempat untuk memecahkan
persoalan ekonomi dan sosial yang terjadi di masyarakat dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat
melalui pemanfaatan sumber daya hutan secara optimal, adil,
dan berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi
hutan dan lingkungan hidup.
Pengembangan HKm melibatkan pemberian akses legal kepada
masyarakat setempat untuk mengelola hutan, seperti Hutan
Desa (HD), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Adat (HA), dan
Kemitraan Kehutanan (KK). Pelaksanaan HKm melibatkan
pengajuan persetujuan pengelolaan HKm kepada Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang mengikuti proses
penerbitan persetujuan pengelolaan HKm sesuai dengan tata
waktu yang kelola kelembagaan dan usaha.
masalah dalam pengembangan dan pelaksanaan Hutan
Kemasyarakatan.
 Konflik antara masyarakat dan Petugas Kehutanan.
 Kurangnya Dana Untuk Pengembangan program HKm.
 Kurangnya keahlian teknis dalam pengelolaan hutan.
 Kerangka Hukum yang kurang memadai
 Masalah kepemilikan tanah.
Kelembagaan pengelolaan kehutanan masyarakat

 Aktivitas pengelolaan lahan


Aktivitas pengelolaan lahan yang dilakukan oleh
kedua Gapoktan bermacam-macam, seperti
pembersihan lahan, penyiangan, pemupukan dan
penjarangan. Pada Gapoktan Mahardika penyiangan
dan penjarangan tidak banyak dilakukan oleh
masyarakat yang tergabung didalam Gapoktan
tersebut, dikarenakan banyak pemilik lahan yang tidak
tinggal disekitar hutan dan masyarakat juga tidak fokus
merawat tanamannya karena bertani menjadi
pekerjaan sampingan.
 Aspek struktural Struktur kelembagaan
mempunyai fungsi internal ataupun eksternal untuk
mencapai tujuan suatu lembaga. Struktur kelembagaan
menjelaskan bagian-bagian pekerjaan dalam aktivitas
kelembagaan. Fungsi internal menjadi pedoman bagi
anggotanya dalam bertindak. Sedangkan fungsi
eksternal menjelaskan tentang bagaimana dan siapa
yang berhubungan dengan pihak luar.
 Keanggotaan
Keanggotan pada Gapoktan Mahardika dan Sinar
Harapan mempunyai beberapa kesamaan, misalnya
pada pola perekrutan anggota yang dilakukan pada
masyarakat sekitar hutan yang mempunyai lahan
garapan, memiliki tanggung jawab, mengetahui
peraturan yang ada, dan frekuensi pertemuan
kelompok dilakukan dua kali dalam satu tahun
 Kepemimpinan
pemilihan pemimpin atau anggota disetiap Gapoktan
mempunyai cara yang berbeda, jika di Gapoktan
Mahardika ditunjuk seseorang yang paling
berpengalaman, karena masyarakat sekitar
menganggap, orang yang paling berpengalaman itulah
yang dapat membimbing anggotanya dengan benar.
Lain halnya di Gapokran Sinar Harapan yang lebih
memilih melakukan musyawah atau voting untuk
mendapatkan seorang pemimpin
 Aspek kultural
Sistem tata nilai, norma, dan kultur yang terdapat
dikedua Gapoktan cukup baik karena mengandung
kepercayaan yang ditinggalkan serta masih diterapkan
di kehidupan yang sekarang
SEKIAN DAN TRIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai