Anda di halaman 1dari 37

KEBIJAKAN PROGRAM PENGENDALIAN

TB
Disampaikan pada Pertemuan Workshop Desiminasi Sistem Transportasi Spesimen
TBC Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan
25-26 Juni 2019
Latar Belakang

TB masih merupakan masalah kesehatan


masyarakat di Indonesia
Cakupan penemuan kasus TB perlu ditingkatkan
agar seluruh pasien TB dapat diobati
Pencapaian eliminasi TB memerlukan komitmen
kuat dari segenap jajaran pemerintah & dukungan
seluruh lapisan masyarakat didukung ketersediaan
sumber daya, sarana dan prasarana yg cukup
Penularan TB
TB menular melalui udara

Sumber penularan adalah


“dahak” penderita

Dipengaruhi oleh :
Batuk atau  Jumlah kuman
bersin  Lamanya kontak
Penderita  Daya tahan tubuh Orang lain

 oleh karena itu perlu dilakukan contact tracing pada pasien BTA positif

TB penyakit menular, tetapi bisa diobati sampai sembuh bila minum obat sampai tuntas
Informasi Umum
Area 5 million Km2 / 17.800 pulau
Populasi Kasus TB 257.516.167
Sensitif
Provinsi, Kab/Kota 34 Prov, 511 Dkab/Kota
FasilitasKasus TB
Kesehatan 9,212 PKM, 8,792 klinik, 1,653 RS, ± 120,000 praktisi
Resisten medis
Lab Mikroskopis TB 5675 laboratoriun (Berdasarkan HC)
Lab Tes Cepat 41 GeneXpert (Kemenkes), 25 mesin hibah dari TB
Reach Wave 3 (DKI Prov), 4 mesin hibah dari CHAI
(Papua), 2 LPA

Laboratorium Biakan dan DST 5 Lab DST OAT Lini 1


5 lab DST OAT Lini 1 dan Lini 2
3 Lab dalam proses sertifikasi DST Lini 1

RS Rujukan dan Sub Rujukan TB RO 39 RS di 27 provinsi


ROADMAP DAN STRATEGI NASIONAL
ROADMAP ELIMINASI TBC SAMPAI TAHUN2030
Milestone Menuju Eliminasi TB di Indonesia
Visi : “Indonesia Bebas TB 2050”
Goal : “Eliminasi TBC di Indonesia pada 2030”
450 100%
Target sesuai End TBC 2030: 90%
400 • 90% penurunan insiden TB
• 95% penurunan kematian TB
350 80%
dibandingkan tahun 2014
70%
300
i
as 60%
per 100.000 pop

e r
250
s el
200
ak 50%
40%
150 PPM Faktor Risiko
Intensif, Aktif, 2030 2035 30%
STR TB MDR
100 massif STR TB SO
20%
STR MDR STR LTB Faktor Risiko
50 2016 Faktor risiko Vaksin TB 10%
0 0%
2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025

2026

2027

2028

2029

2030

2031

2032

2033

2034

2035
incidence notification success rate
7
Tahapan Pengendalian Penyakit TBC

2020 2030
Insidens menurun 80%
2050
TBC CDR : > 70% SR : > 85%
MDR : CDR > 80%: SR Mortalitas menurun Tidak Ada Kasus
>75% 90% baru

ERADIKAS
REDUKSI ELIMINASI
I
PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
(Permenkes No. 67 Tahun 2016)

Penemuan Pengobatan
1. Tipe/kategori TB Kegiatan khusus
• Pengobatan TB
Aktif Pasif/Intensif 2. TB sensitif obat dan
Resistan Obat jangka
1. Pelacakan kontak 1. Pelibatan fasyankes resistan obat pendek
2. Skrining di tempat pemerintah-swasta 3. Paket obat : intensif • Pengobatan profilaksis
khusus 2. Jejaring Layanan - lanjutan TB laten
3. Pengendalian faktor 3. Pemeriksaan 4. Pemantauan minum • Imunisasi BCG
risiko Laboratorium obat • Dukungan psikososial
(pendampingan pasien
4. Promosi kesehatan 5. Penanganan Efek dan pemeberian
5. Transport sputum Samping enabler)
6. Evaluasi hasil
Intensif pengobatan
Masif 1. Manajemen Layanan TB
Skrining di tempat khusus terpadu (HIV, DM, rokok,
(Rutan, lapas, tempat kerja, penyakit paru, dll)
asrama) 2. Pemeriksaan Laboratorium

Cakupan Penemuan Keberhasilan Pengobatan9


Kegiatan prioritas untuk Program TB

Mengatasi Underreporting Mengoptimalkan Mengakses yang belum Kegiatan khusus TB RO


di Fasyankes yang sudah dicapai terjangkau • Pelayanan TB RO di 360
 Penerapan PPM berbasis • Penguatan surveilans • Penemuan dan RS dan Balkes
kab/kota pelacakan kontak • Pengobatan TB RO
• Peningkatan
• Skrining di tempat jangka pendek
 Wajib Lapor dan kepatuhan minum • Desentralisasi layanan ke
khusus
Penguatan surveilans obat (PMO) • Pengendalian faktor puskesmas
 Sinkronisasi dengan • Pelacakan pasien risiko • Dukungan psikososial
BPJS (data dan sistem mangkir • Promosi kesehatan (pendampingan pasien
rujuk balik) dan pemeberian enabler)
 Manajemen Layanan TB • Penanganan efek
yang terintegrasi (HIV, samping
DM, gizi, rokok,
penyakit paru, dll)
RPJMN SDGS
Prevalensi TB per 100.000 penduduk Insidensi TBC .1
Prevalensi HIV
Prevalensi tekanan darah tinggi
+ Prevalensi obesitas penduduk 18 tahun
INDIKATOR TB dalam Persentase merokok penduduk usia ≤ 18 tahun RENSTRA
SDGS, RPJMN, Jumlah kabupaten/kota mencapai eliminasi malaria Prosentase angka Keberhasilan .1
RENSTRA Keluarga pengobatan TBC (SR)
sehat & SPM

KELUARGA SEHAT
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
1. Pelayanan kesehatan ibu hamil
2. Pelayanan kesehatan ibu bersalin
TB 1. Keluarga mengikuti KB
2. Ibu bersalin difaskes
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
3. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
4. Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan
4. Pelayanan kesehatan balita
5. Pertumbuhan balita di pantau tiap bulan
5. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar
6. Penderita TB Paru berobat sesuai standar
6. Pelayanan kesehatan pada usia produktif
7. Penderita hipertensi berobat teratur
7. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut
8. Gangguan jiwa berat di obati dan tidak
8. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi
ditelantarkan
9. Pelayanan kesehatan penderita Diabetes Melitus
9. Tidak ada anggota keluarga yang merokok
10.Pelayanan Kesehatan orang dengan gangguan
10.Keluarga memiliki atau memakai air bersih
jiwa berat
11.Keluarga memiliki atau memakai jamban
11.Pelayanan kesehatan orang terduga TB
sehat
12.Pelayanan kesehatan orang dengan risiko
12.Sekeluarga menjadi anggota JKN
terinfeksi HIV
Target Pencapaian Tahun 2018

1. Missing Cases • Case Detection Rate (CDR) >70%

2. Compliance • Success Rate (SR) >90%

• Angka penemuan kasus >60%


3. Penanggulangan •
TB RO
Angka kepatuhan minum obat
>70%
SITUASI & CAPAIAN
PROGRAM TBC
Under Reporting Kasus Tuberkulosis
1200 Insidens TBC 898.000
(821,000 - 984,000) 733.000 kasus TBC sudah diobati di
fasilitas layanan kesehatan (Hasil
WHO, 2018
1000 Inventory study 2017)
• Pelacakan kontak
• Pelacakan pasien
800 18% belum 165.000 kasus TBC mangkir
terjangkau dan belum terjangkau dan
terdeteksi (unreacheable
terdeteksi and undetected) : 18 %
600 • Penerapan PPM berbasis
kab/kota
• Notifikasi Wajib
400
34% belum 369.435 kasus TBC • Penguatan surveilans.
dilaporkan sudah diobati namun
belum dilaporkan
• Manajemen Layanan TB
(Under reported) : 34% yang terintegrasi (HIV, DM,
200 gizi, rokok, penyakit paru,
dll)
• Sistem rujuk balik
48% dilaporkan dlm 430.000 kasus TBC • Sinkronisasi dengan BPJS
0
SITT sudah dilaporkan ke • Koalisi Profesi
SITT (48%)

*Hasil sementara Inventory Study


Under-Reporting

Best estimate (95% CI)

Total 41% (36% - 46%)


Tipe Fasyankes
Puskesmas 15% (11% - 20%)
Non-puskesmas 71% (61% - 79%)
Rumah Sakit 62% (52% - 72%)
Lainnya (Klinik, DPM,
Lab)
96% (92% - 98%)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
JAMBI 26%

BALI 27%

KALBAR 27%

Data per 25 Mei 2018


BENGKULU 28%

LAMPUNG 28%

NTB 30%

KALTENG 30%

NTT 30%

ACEH 31%

DIY 31%

RIAU 32%

BABEL 33%

SULBAR 34%

SULTRA 35%

SUMBAR 36%

GORONTALO 36%

SUMSEL 38%

KALTIM 38%

KEPRI 39%

SULTENG 40%

KALSEL 41%

BANTEN 45%

SULSEL 45%

JATIM 47%

MALUT 49%

SUMUT 50%

JATENG 52%

KALTARA 54%

JABAR 60%
Case Detection Rate TBC per Provinsi Tahun 2017

MALUKU 62%

PAPUA BARAT 80%

PAPUA 81%

SULUT 86%

DKI JAKARTA 105%

INDONESIA 47%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
MALUT 64%

PAPUA 67%

Data per 25 Mei 2018


PAPUA BARAT 71%

JAMBI 74%

KALTARA 75%

SULTRA 76%

MALUKU 76%

KALBAR 78%

DKI JAKARTA 78%

BABEL 82%

JATENG 82%

NTT 83%

RIAU 84%

DIY 84%

SULUT 85%

SULTENG 85%

KALTENG 85%

LAMPUNG 85%

SUMBAR 85%

SULSEL 86%

KEPRI 86%

ACEH 87%

SUMUT 88%

BALI 88%

JABAR 89%

SULBAR 90%

BANTEN 90%

JATIM 90%

BENGKULU 90%

KALSEL 91%
Success Rate TBC per Provinsi Tahun 2017

KALTIM 91%

SUMSEL 92%

NTB 94%

GORONTALO 97%

Indonesia 86%
Penemuan Kasus TBC RO Tahun 2009 – 2017

Walaupun penemuan kasus TB MDR meningkat


• Pelayanan TB RO di 360
tiap tahunnya tetapi masih rendah dibandingkan RS dan Balkes
dengan jumlah kasus yang diperkirakan • Penerapan pengobatan TB

124,229
122,335
RO jangka pendek (9 bulan)
dan penggunaan obat baru
39% pasien belum memulai • Desentralisasi layanan
pengobatan:
- Under reporting sampai ke tingkat
Tahun 2017 - Meninggal puskesmas
• 16 % dari estimasi insiden TB - Menolak diobati • Dukungan psikososial
RR/MDR (5.109 dari 32,000 kasus) 30% Putus Berobat: (pendampingan pasien dan
• 46 % dari estimasi kasus TB - Efek samping obat pemberian enabler)
RR/MDR dari yang semua kasus TB - Dukungan psikososial belum optimal • Penanganan efek samping
yang dilaporkan (5.109 dari 11,000 melalui rujukan berjenjang

29,203
kasus)

15,607
9,703

5,109

3,252
3,119
2,731
1,935
1,896
1,656

1,581

1,473
1,299
1,094
3,846
2,443
1,256

819
696
460

441
296
216
155
554
148
66
34

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 TW 2 Thn
2018

Terduga Konfirm Diobati 18


Patien pathway: Indonesia
Penemuan kasus TB dan peningkatan Akses Layanan
Penemuan Pasif dengan Jejaring Layanan TB (PPM)
Intensif : HIV, DM, PAL, MTBS,
Mandatory
notification DPM IDI
RS Swasta Lab Swasta
Apotik
Klinik IAI
RSU Daerah
RS Paru

Puskesmas Dikes Kab/kota


Cakupan 60% Yankes Labkesda

Cakupan 40% Penemuan Aktif berbasis keluarga dan masyarakat


• Investigasi kontak : 10 – 15 orang
Kader, posyandu,
pos TB desa, • Penemuan di tempat khusus : asrama, lapas, rutan, pengungsi, tempat
Chase survey kerja, sekolah
• Penemuan di masyarakat : penemuan massal
Public Private MIX (PPM)
Regulasi, MoU, komitmen

Dinas Kesehatan

Rumah Sakit
Patient
centered,
Puskesmas Etis, moral,
Profesional, Laboratorium
Klinik Akuntabel
Organisasi profesi
Dokter Praktek kesehatan lainnya
Mandiri LSM, organisasi pasien

PASIEN TB dan MASYARAKAT


PERCEPATA
N
ELIMINASI
TB
Upaya Percepatan Pencapaian Target
1. PPM berbasis Kabupaten / Kota bekerja sama dengan koalisi profesi
2. Penemuan aktif dan masif melalui Pendekatan Keluarga
3. Penguatan surveilans (penyisiran kasus, mandatory notification, berbasis IT)
4. Perluasan layanan TB melalui sinkronisasi JKN TB dan sinkronisasi laporan (bridging)
5. Pelacakan kontak dan kasus mangkir serta penguatan peran PMO dan keluarga
dalam memastikan kepatuhan minum obat
6. Peran kader (peer group dan keluarga) sebagai pendamping minum obat
7. Ekspansi layanan TB RO di 360 RS dan balai di 34 Provinsi (KMK RI
No.HK.01.07/MENKES/350/2017) dan desentralisasi layanan ke Puskesmas
8. Pengobatan TB RO jangka pendek dari 18-24 bulan menjadi 9-12 bulan
9. Peningkatan penelitian dan pengembangan TB dengan kerja sama semua lembaga
penelitian termasuk dukungan sumber daya melalui JETSET (Jejaring Jetset) TB
Permenkes No.67 tahun 2016
Penanggulangan Tuberkulosis
Akselerasi Penemuan Kasus SE Dirjen No. HK.03.03/D1/III.1/951/2016
Pemanfaatan Diagnostik SE Dirjen No. HK.03.03/D1/III.1/1600/2016
Jenis Pemeriksaan Laboratorium dalam Program TB
Pemeriksaan Laboratorium TB:
◦ Pemeriksaan Mikroskopis TB
◦ Pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan TB
 Metode Konvensional: media padat (LJ) dan cair (MGIT)
 Metode Cepat : Line Probe Assay
◦ Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler dengan alat GeneXpert
Program TB (Subdit TB) yang berada di bawah Ditjen P2P merupakan
pengguna pelayanan laboratorium TB yang bermutu. Penguatan kualitas
laboratorium TB berada di bawah Ditjen Yankes
Kualitas Pemeriksaan Laboratorium TB
Laboratorium merupakan penentu diagnosis dan
keberhasilan pengobatan pasien TB dan TB Resistan
Obat
Kualitas pemeriksaan laboratorium menentukan kualitas
Program Pengendalian TB
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Penyedia Layanan Laboratorium TB
Lab
Jenis Pemeriksaan TB PKM RS B/BLK B/BKPM Mandiri/
swasta

Mikroskopis TB √ √ √ √ √

Biakan dan Uji


- √ √ - -
Kepekaan TB

Pemeriksaan TCM √ √ √ √ √

1st dan 2nd LPA - √ √ - -


Partisipasi Kab Kota dan Fasyankes dalam Uji Silang
Mikroskopis TBC
Tahun 2017 - 2018

2750 52% 55%


2250 42% 42% 45%
38% 39%
1750 36% 36% 34% 26% 35%
1250 24% 25%
750 15%
250 4% 5%
3%
TW 1 - 2017 TW 2 - 2017 TW 3 - 2017 TW 4 - 2017 TW 1 - 2018 TW 2 - 2018 TW 1 - 2017 TW 2 - 2017 TW 3 - 2017 TW 4 - 2017 TW 1 - 2018 TW 2 - 2018

Par- 255 214 215 203 122 21


tisi-
pasi
kab
kota
Fask 2661 2505 2512 2397 1840 209
es
Ikut
CC
% 52% 42% 42% 39% 24% 4%
Par-
tisi- Partisipasi kab kota Faskes Ikut CC % Partisipasi kab kota % Cakupan
pasi
kab
kota
% 38% 36% 36% 34% 26% 3%
Cak fasyankes
upa
n
Laboratorium Biakan dan Uji Kepekaan TB Tersertifikasi
(Update Agustus 2018)
RS Adam Malik
BLK Samarinda HUMRC Makassar

BBLK Makassar BLK Manado


BBLK Palembang*
BLK Jayapura

BP4 Lubuk Alung


BLK Semarang*

BBLK Jakarta

Mikrobiologi FK UI
BBKPM Ambon
RS Persahabatan RS Sanglah*

LRN: BBLK Surabaya


BLK Bandung RS Saiful Anwar
Lab Tersertifikasi uji kepekaan lini 1 dan 2
RS Rotinsulu RSPM Madiun
Lab Tersertifikasi uji kepekaan lini 1
BP4 Tegal
RSP Cisarua Lab Lab Biakan terstandarisasi
Kebijakan Penempatan Alat TCM

Perhitungan kebutuhan alat TCM:


1. Perhitungan sesuai kondisi epidemiologis
di masing-masing wilayah
2. Pertimbangan administratif
3. Pertimbangan geografis

Penempatan alat TCM diperuntukkan bagi fasyankes


rujukan/ sub rujukan/ satelit TB RO yang berada di
RS Nasional, Provinsi, Regional, Laboratorium
Kesehatan, Balai Paru dan Puskesmas sesuai
permintaan Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota
Surat Usulan Penempatan Alat TCM TBC Tahun 2018
Alokasi 425 alat TCM TBC Tahun
2018 diprioritaskan :
- RS / Puskesmas yang sudah
menjalankan DOTS
- Rumah Sakit Rujukan Nasional
- Rumah Sakit Rujukan Regional
- Rumah Sakit Rujukan Provinsi
- Rumah Sakit Khusus Paru/ Balai
Paru
- Puskesmas Lokus PISPK
Rencana Penempatan :
- RS/ Balai Layanan TBC RO
- Fasyankes di Kab/Kota yang
belum memiliki TCM
- Puskesmas PISPK
- RS Khusus Paru/Balai Paru /
Fasyankes beban TB Tinggi
Surat Direktur P2PML
No Surat : PM.01.03/1/1154/2018
Tanggal : 31 Mei 2018
17 Distribusi 634 alat TCM – Agustus 2018
19 6
11
15 5
10 4
8 10
22
3 14 9
8
10 7
24 15 11
8 4 13
56
13 38
13 61 48

10 111 11
13 7

Distribusi TCM di 396 Kab/Kota


Sumatera
Jawa 299 TCM
Bali & Nusa Tenggara
137 TCM

31 TCM
496 20 95
Kalimantan 47 TCM RS Lab PKM
Sulawesi 82 TCM
Maluku & Malut 16 TCM
Papua & Papua Barat 22 TCM 611 Fasyankes
Trend Utilisasi Mesin TCM per Triwulan Tahun 2017-2018
*berdasarkan laporan bulanan TCM per 8 Oktober 2018
90% MENINGKAT FLUKTUATIF MENURUN
80%
Target
70% 80%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
R G IY LI EL R T L L I B L T
EH U AR IAU SE LU NG BE PR TA TIM TEN NT RA AR NG SE TIM LU NG RA KU AR PUA BI TT LO UT
B TEN D BA LS LBA
A C M B R M U PU A R A N B E E T B M N A L
A A U M K E
K KA J A T A L L T A L A L SU L T U L L U A P P A
A
JA T A
J JA SU SU S U U
S N A G M B L K K A N M
S E L I JA B
K
A K KA SU S M P
R
O
B K O
D G

Utilisasi TW4 2017 Utilisasi TW1 2018 Utilisasi TW2 2018 Utilisasi TW3 2018 Target
Rencana Penguatan Kualitas Laboratorium TB
 Laboratorium Mikroskopis TB
◦ Perubahan alur uji silang mikroskopis TB
◦ Pelatihan calon lab RUS
◦ Penguatan tim lab mikroskopis TB provinsi
 Dinkesprov bersama lab rujukan provinsi menilai kebutuhan lab intermediate di
wilayahnya
 Mengaktifkan calon lab intermediate yg telah mengikuti pelatihan
 Laboratorium Biakan dan Uji Kepekaan

◦ Penguatan sistem transportasi spesimen


 Laboratorium Tes Cepat Molekuler

◦ Implementasi algoritma baru sesuai Permenkes 67 tahun 2016  penggunaan alat TCM
akan meningkat
◦ Pembentukan tim lab TCM Provinsi
 Pengembangan Lab TCM di Provinsi
 Pelaksanaan Workshop TCM di tingkat regional dan provinsi

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai