Modul Pelatihan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
Topik Definisi HIV/AIDS Penyebab HIV/AIDS Tanda dan gejala HIV/AIDS Klasifikasi HIV/AIDS Cara penularan HIV/AIDS Informasi saat konseling bagi ibu hamil dengan HIV/AIDS Persalinan dengan HIV/AIDS Penanganan HIV/AIDS Cara pencegahan HIV/AIDS Definisi HIV HIV (Human Immunodeficliency Virus) virus penurunan kekebalan tubuh pada manusia adalah virus yang sangat kecil dan tidak bisa terlihat oleh manusia. AIDS (Aquired Immuno Deficiensy Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh dan merupakan lanjutan atau tahap terakhir (paling parah) pada penderita HIV, serta terjadi karena seseorang terinfeksi virus Human Immunodeficliency Virus (HIV). Penyebab Virus HIV (Human Immunodeficliency Virus) yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan meghancurkan sel CD4 Virus HTL III (Human T. Lymphotropic Virus), (Gallo, National Institute of Health, USA) Virus HIV-2, yang berbeda dengan HIV-1 secara genetic maupun antigenic Tanda dan gejala 1. Stadium I → pada tahun ke 1-2 mengalami influenza, demam dan masih merasa sehat dan tidak curiga bahwa mereka menderita HIV/AIDS 2. Stadium II → pada tahun ke 3-4 system imun tidak mampu lagi menghadapi infeksi Opportunistik, dan terus menerus menderita penyakit minor dan mayor Karena tubuhnya tidak mampu memberikan pelayanan. 3. Stadium III → pada tahun ke 5-6 mulai timbul diare berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan di mulut dan terjadi pembengkakan didaerah kelenjar getah bening. 4. Stadium IV → Stadium AIDS, dengan munculnya pembesaran kelenjar getah bening diseluruh tubuh dengan jumlah CD4 <200. dan mulai mengalai gejala HIV wasting syndrome, Infeksi bakteri yang berat, Infeksi herpes >1 bln, Toxoplasma cerebral, Encephalophaty HIV.
Gejala HIV/AIDS rata-rata baru timbul ±10 tahun
sesudah infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi. Klasifikasi HIV/AIDS 1. Infeksi Akut ( CD4 : 750 – 1000 ) Timbul setelah masa inkubasi 1-3 bulan. Gejala → influenza, demam, atralgia, anereksia, malaise, gejala kulit (bercak-bercak merah, urtikarta), gejala syaraf (sakit kepada, nyeri retrobulber, gangguan kognitif dan apektif), gangguan gas trointestinal (nausea, diare).
2. Infeksi Kronis Asimtomatik (CD4 > 500/ml) Setelah infeksi akut, penderita tampak baik saja, meskipun sebenarnya terjadi replikasi virus dalam tubuh. Beberapa diantaranya mengalami pembengkakan kelenjar limfe (limfa denopatio LEP) Hal ini berlangsung selama 5 tahun 3. Infeksi Kronis Simtomatik (setelah 5 tahun terkena HIV), berdasarkan tingkat imunitas: a. Penurunan Imunitas sedang : CD4 200 – 500 → timbul penyakit-penyakit ringan misalnya reaktivasi dari herpes zoster atau herpes simpleks b. Penurunan Imunitas berat : CD4 < 200 → terjadi infeksi oportunistik, mengalami viremia dan tubuh sudah dalam kehilangan kekebalannya. Cara penularan HIV dari ibu ke bayi
Persalinan resiko penularanya paling tinggi, karena : Bayi bisa menelan darah ataupun lendir ibu. Saat persalinan terjadi percampuran darah ibu dan darah bayi. Terutama persalinan pervaginam yang berlangsung lama. Terjadi KPD >4 jam. Penggunaan alat bantu pada kepala janin Faktor lain : Hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang terinfeksi virus. Jarum dan alat suntik yang tidak steril, atau benda tajam lain yang menusuk atau menyayat kulit. Transfusi darah, bila darah tersebut belum diperiksa apakah bebas dari HIV. Darah terinfeksi yang masuk ke dalam sayatan atau luka terbuka orang lain. Informasi saat konseling bagi ibu hamil dengan HIV/AIDS Metode Keuntungan Kerugian Seksio Risiko penularan Lama perawatan ibu sesarea rendah Perlu fasilitas & (SC) Terencana sarana pendukung Biaya mahal Per Mudah dilakukan di Risiko penularan vagina sarana kesehatan tinggi m terbatas (kecuali bila ibu minum ARV teratur & VL tidak terdeteksi) Biaya murah Persalinan dengan HIV/AIDS Seksio sesarea (SC) elektif Merupakan cara persalinan yang memiliki risiko transmisi terkecil Akan mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar 50-66% Mengurangi resiko penularan 87% apabila juga diberikan terapi ARV