Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN HIV/AIDS
Ns. Devi Trianingsih, S.Kep.,M.Kep
PENDAHULUAN
• Tatalaksana kondisi spesifik dari anak dengan
infeksi HIV mirip dengan penanganan pada
anak lainnya
• Sebagian besar infeksi pada anak dengan infeksi
HIV-positif disebabkan oleh patogen yang sama
seperti pada anak dengan infeksi HIV-negatif,
walaupun mungkin lebih sering terjadi, lebih
parah dan terjadi berulang-ulang  sebagian
memang disebabkan oleh patogen yang tidak
biasa
• Sebagian dari kematian ini dapat dicegah,
melalui diagnosis dini dan tatalaksana yang
benar, atau dengan memberi imunisasi rutin
dan perbaikan gizi
• Secara khusus, anak ini mempunyai risiko lebih
besar untuk mendapat infeksi pneumokokus
dan tuberkulosis paru.
TARGET BAHASAN
• Bab ini membahas beberapa aspek dari
tatalaksana anak dengan HIV/AIDS: diagnosis
infeksi HIV, tahapan klinis, pengobatan
antiretroviral, tatalaksana beberapa
kondisi yang berkaitan dengan HIV,
perawatan penunjang, ASI, pemulangan
dari rumah sakit & tindak lanjut,
perawatan paliatif untuk anak pada fase
sakit terminal.
PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK
• Penularan HIV dari ibu ke anak (tanpa
pencegahan antiretroviral) diperkirakan berkisar
antara 15–45%.
• Bukti dari negara industri maju menunjukkan
bahwa transmisi dapat sangat dikurangi (menjadi
kurang dari 2% pada beberapa penelitian terbaru)
dengan pemberian antiretroviral selama
kehamilan dan saat persalinan dan dengan
pemberian makanan pengganti dan bedah
kaisar elektif.
MANIFESTASI KLINIS
• Gambaran klinis infeksi HIV pada anak sangat
bervariasi. Beberapa anak dengan HIV-positif
menunjukkan keluhan dan gejala terkait HIV yang
berat pada tahun pertama kehidupannya.
• Anak dengan HIV-positif lainnya mungkin tetap
tanpa gejala atau dengan gejala ringan selama lebih
dari setahun dan bertahan hidup sampai beberapa
tahun.
• Disebut Tersangka HIV apabila ditemukan gejala
berikut, yang tidak lazim ditemukan pada anak
dengan HIV-negatif (cont’s…)
Gejala yang menunjukkan kemungkinan infeksi HIV
• Infeksi berulang: tiga atau lebih episode infeksi bakteri yang lebih berat (seperti
pneumonia, meningitis, sepsis, selulitis) pada 12 bulan terakhir.
• Thrush: Eritema pseudomembran putih di langit-langit mulut, gusi dan mukosa pipi.
Pasca masa neonatal, ditemukannya thrush tanpa pengobatan antibiotik, atau berlangsung
lebih dari 30 hari walaupun telah diobati, atau kambuh, atau meluas melebihi bagian lidah
– kemungkinan besar merupakan infeksi HIV. Juga khas apabila meluas sampai di bagian
belakang kerongkongan yang menunjukkan kandidiasis esofagus.
• Parotitis kronik: pembengkakan parotid uni- atau bi-lateral selama ≥ 14 hari, dengan
atau tanpa diikuti rasa nyeri atau demam.
• Limfadenopati generalisata: terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada dua
atau lebih daerah ekstra inguinal tanpa penyebab jelas yang mendasarinya.
• Hepatomegali tanpa penyebab yang jelas: tanpa adanya infeksi virus yang
bersamaan seperti sitomegalovirus.
• Demam yang menetap dan/atau berulang: demam (> 38° C) berlangsung ≥ 7 hari,
atau terjadi lebih dari sekali dalam waktu 7 hari.
• Disfungsi neurologis: kerusakan neurologis yang progresif, mikrosefal, perkembangan
terlambat, hipertonia atau bingung (confusion).
• Herpes zoster.
• Dermatitis HIV: Ruam yang eritematus dan papular. Ruam kulit yang khas meliputi
infeksi jamur yang ekstensif pada kulit, kuku dan kulit kepala, dan molluscum
contagiosum yang ekstensif.
Gejala yang umum ditemukan pada anak
dengan infeksi HIV, tetapi juga lazim
ditemukan pada anak sakit yang bukan infeksi
HIV
• Otitis media kronik: keluar cairan/nanah dari telinga dan
berlangsung ≥ 14 hari
• Diare Persisten: berlangsung ≥ 14 hari
• Gizi kurang atau gizi buruk: berkurangnya berat badan atau
menurunnya pertambahan berat badan secara perlahan tetapi pasti
dibandingkan dengan pertumbuhan yang seharusnya, sebagaimana
tercantum dalam KMS. Tersangka HIV terutama pada bayi berumur
< 6 bulan yang disusui dan gagal tumbuh.
Gejala atau kondisi yang sangat
spesifik untuk anak dengan infeksi
HIV positif
• Diduga kuat infeksi HIV jika ditemukan hal berikut
ini: pneumocystis pneumonia (PCP), kandidiasis
esofagus, lymphoid interstitial pneumonia (LIP)
atau sarkoma Kaposi. Keadaan ini sangat spesifik untuk
anak dengan infeksi HIV. Fistula rekto-vaginal yang
didapat pada anak perempuan juga sangat spesifik tetapi
jarang.
Tes dan diagnosis infeksi HIV pada anak

• Diagnosis infeksi HIV pada bayi yang terpajan pada


masa perinatal dan pada anak kecil sangat sulit, karena
antibodi maternal terhadap HIV yang didapat secara
pasif mungkin masih ada pada darah anak sampai
umur 18 bulan. Tantangan diagnostik bertambah
meningkat bila anak sedang menyusu atau pernah
menyusu. Meskipun infeksi HIV tidak dapat
disingkirkan sampai 18 bulan pada beberapa anak,
sebagian besar anak akan kehilangan antibodi HIV pada
umur 9-18 bulan.
• Tes HIV harus secara sukarela dan bebas dari
paksaan, dan persetujuan harus diperoleh
sebelum melakukan tes HIV (RAHASIA,
KONSELING, INFORMED CONCERN)
• Tes diagnostik pada anak HIV
1. Tes antibodi (Ab) HIV (ELISA atau rapid
tests)
2. Tes virologis  Untuk anak berumur < 18
bulan, semua tes antibodi HIV yang positif
harus dipastikan dengan tes virologis sesegera
mungkin
Pengobatan Antiretroviral
• Obat ARV tidak untuk menyembuhkan HIV, tetapi
dapat menurunkan kesakitan dan kematian secara
dramatis, serta memperbaiki kualitas hidup pada orang
dewasa maupun anak
• Prinsip yang mendasari ART dan pemilihan lini pertama
ARV pada anak pada umumnya sama dengan pada
dewasa. Sangat penting untuk
mempertimbangkan:
1. ketersediaan formula yang cocok yang dapat diminum dalam
dosis yang tepat.
2. daftar dosis yang sederhana
3.rasa yang enak sehingga menjamin kepatuhan pada anak kecil
4. rejimen ART yang akan atau sedang diminum orang tuanya
Penanganan lainnya untuk anak
dengan HIV-positif

1. Imunisasi
2. Pencegahan dengan Kotrimoksazol
3. Nutrisi
IMUNISASI
• Seorang anak dengan infeksi HIV atau diduga dengan
infeksi HIV tetapi belum menunjukkan gejala, harus
diberi semua jenis vaksin yang diperlukan (sesuai
jadwal imunisasi nasional), termasuk BCG.
Berhubung sebagian besar anak dengan HIV positif
mempunyai respons imun yang efektif pada tahun pertama
kehidupannya, imunisasi harus diberikan sedini mungkin
sesuai umur yang dianjurkan.
• Jangan beri vaksin BCG pada anak dengan infeksi
HIV yang telah menunjukkan gejala.
• Berikan pada semua anak dengan infeksi HIV (tanpa
memandang ada gejala atau tidak) tambahan imunisasi
Campak pada umur 6 bulan, selain yang dianjurkan
pada umur 9 bulan.
PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL
• Pencegahan dengan Kotrimoksazol terbukti
sangat efektif pada bayi dan anak dengan infeksi
HIV untuk menurunkan kematian yang disebabkan
oleh pneumonia berat.
• Semua anak yang terpapar HIV (anak yang lahir dari
ibu dengan infeksi HIV) sejak umur 4-6 minggu
• Anak yang terpapar HIV, anak yang terinfeksi HIV,
DAN anak yang diberi ART (Kotrimoksazol
hanya boleh dihentikan saat indikator klinis
dan imunologis memastikan perbaikan
sistem kekebalan selama 6 bulan atau lebih)
NUTRISI
• Anak harus makan makanan yang kaya energi
dan meningkatkan asupan energi mereka.
• Orang dewasa dan anak dengan infeksi HIV
harus dianjurkan untuk makan berbagai variasi
makanan yang menjamin asupan
mikronutrien.
Tatalaksana kondisi yang terkait dengan
HIV
• Pengobatan sebagian besar infeksi (seperti
pneumonia, diare, meningitis) pada anak
dengan infeksi HIV, sama dengan pada anak
lain.
• Pada kasus dengan kegagalan pengobatan,
pertimbangkan untuk menggunakan antibiotik
lini kedua.
• Pengobatan pada infeksi berulang juga sama,
tanpa memandang frekuensi kambuhnya.
Transmisi HIV dan menyusui
• Transmisi HIV bisa terjadi selama kehamilan, melahirkan, atau
melalui menyusui. Cara terbaik untuk mencegah penularan
adalah pencegahan infeksi HIV secara umum, terutama
pada ibu hamil dan mencegah kehamilan tidak terencana pada
ibu dengan HIV positif. Jika wanita dengan HIV positif
hamil, ia harus diberi pelayanan yang meliputi
pencegahan dengan obat ARV (dan pengobatan jika
ada indikasi klinis), praktek obstetrik yang lebih
aman, dan konseling serta dukungan tentang
pemberian makanan bayi.
• Terdapat bukti bahwa risiko tambahan terhadap penularan
HIV melalui pemberian ASI antara 5–20%. HIV dapat
ditularkan melalui ASI selama proses laktasi, sehingga
tingkat infeksi pada bayi yang menyusu meningkat seiring
dengan lamanya menyusu.
TINDAK LANJUT KLINIS
• Anak yang diketahui atau tersangka infeksi HIV yang
tidak sakit, harus mengunjungi klinik bayi sehat seperti
anak lain. Sebagai tambahan, mereka juga
membutuhkan tindak lanjut klinis secara teratur di
fasilitas kesehatan tingkat pertama minimal 2 kali
setahun untuk memantau:
1. Kondisi klinis
2. Pertumbuhan
3. Asupan Gizi
4. Status imunisasi
5. Dukungan psikososial (jika mungkin, hal ini harus
diberikan melalui program berbasis masyarakat).
PERAWATAN PALIATIF & FASE TERMINAL
• Beri perawatan fase terminal jika:
1. penyakit memburuk secara progresif
2. semua hal yang memungkinkan telah diberikan untuk
mengobati penyakitnya.

• Orang tua harus didukung dalam upaya mereka memberi perawatan


paliatif di rumah, sehingga anak tidak perlu lagi dirawat di rumah
sakit.
1. Mengatasi nyeri
2. Tatalaksana anoreksia, mual dan muntah
3. Pencegahan dan pengobatan dari luka akibat dekubitas
4. Perawatan mulut
5. Tatalaksana jalan napas
6. Dukungan psikososial
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai