Anda di halaman 1dari 46

KERATITIS DAN

KONJUNGTIVITIS
GAUDENSIUS
I4061221007

Pembimbing
dr. Wirawan Adikusuma, Sp.M, M.Kes
01
KERATITIS
KERATITIS

➔ suatu inflamasi pada kornea yang dapat terjadi akibat


infeksi oleh mikroorganisme maupun akibat non-infeksi
karena proses autoimun.
➔ Inflamasi pada kornea ditandai dengan edema lokal atau difus
nonspesifik yang menyebabkan hilangnya transparansi kornea

➔ Manifestasi klinis :
● mata merah disertai penurunan tajam penglihatan berupa buram
berkabut.
● Ketika inflamasi menyerang permukaan komea, penderita akan
mengeluhkan rasa nyeri hebat serta sensitivitas berlebihan
terhadap cahaya/fotofobia,
● kadang-kadang berair.
Klasifikasi keratitis
Berdasarkan etiologi

INFEKSI NON-INFEKSI
Keratitis bakteri infiltrat dan ulkus marginal
Keratitis Jamur Ulkus Mooren
Keratitis viral :
1. Keratitis Herpes Simplex Keratokonjungtivitis fliktenular
2. Keratitis Varicella Zoster
Keratitis Neurotropik
Exposure Keratitis
Keratitis infeksi: keratitis bakteri
Terlihat lesi
Gambaran khas : putih-keabuan
yang tampak
keratitis bakteri adalah basah
perkembangannya yang cepat; (melting)

destruksi komea bisa terjadi


dalam 24-48 jam pada beberapa
bakteri virulen tertentu.

● Di negara maju, penyebab terbanyak adalah Staphylococcus epidermidis Di negara


berkembang, Pseudomonas species menjadi penyebab terbanyak.

● Manifestasi : Mata Merah , Nyeri Pada Mata yang Terinfeksi, Penglihatan


Berkurang, Peningkatan Sensitivitas Cahaya, Blefarospasme, Edema Kornea
dan Infiltrasi Kornea , Perforasi Kornea disertai Lesi Putih yang Tampak Basah
PENGOBATAN KERATITIS BAKTERI
Berdasarkan:
Gram (-) rods Gram (+) rods
1. tobramisin 1. cefazolin
2. ceftazidime 2. vancomycin
3. fluoroquinolone 3. moxifloxacin/gatifloxacin

Gram (-) coccus


4. Ceftriaxone
5. Ceftazidime
6. Moxifloxacin/gatifloxacin

Pengobatan diberikan setiap 1 jam, pemberian siklopegik untuk


mengistirahatkan mata
Keratitis infeksi: keratitis jamur
Infeksi jamur umumnya
terjadi akibat trauma
yang berhubungan
dengan material yang
bersifat organik seperti
kayu, tumbuhan, padi,
dan lainnya.

● insidensi keratitis jamur tinggi di daerah tropis, dengan insidens lebih tinggi terjadi
pada penderita yang bekerja di pertanian, pengguna lensa kontak, serta pada
penggunaan kortikosteroid topikal yang lama

● Terdapat dua jenis keratitis jamur, yaitu keratitis yang disebabkan jamur
filamentosa dan yeast
Keratitis infeksi: keratitis viral
Keratitis infeksi: keratitis viral
Keratitis Herpes Simplex Keratitis Varicella - Zoster
Infeksi Primer Infeksi Primer (Varicella)
● Etiologi: HSV tipe 1 ● Bintik di palpebral
● Anak dan remaja Infeksi Rekuren (Herpes Zoster)
● Manifestasi klinis: blefarokonjungtivitis dengan ● Makula, papula, vesikel, pustule,
vesikel di kelopak mata krusta di N. V
● Virus laten di ganglion ciliaris ● Lesi (edem & infiltrate) di epitel,
stroma dan uvea anterior –
Infeksi Sekunder kekeruhan stroma
● Tipe epitel & stromal Sensasi kornea hilang
● Manifestasi Klinis: nyeri, mata fotofobia, visus
menurun, mata berair, mata merah. 90%
unilateral
● Tanda: ulkus dendritic atau geografik
PENGOBATAN KERATITIS VIRAL
● Asiklovir PO 5 x 800 mg per hari selamanya 7-14 hari,
● Valasiklovir PO 3 x 1 g per hari untuk 7-10 hari,
● Ganciclovir topical 0,15% 5 kali/harisampai ulkus kornea sembuh,
kemudian dilanjutkan 3x/hari seminggu
● Trifulidine 1% 8-9 kali/hari
● Fokus untuk meredakan ruam, bengkak dan nyeri pada herpes zoster
● Antivirus oral segera setelah gejala muncul:
● Asiklovir PO 5 x 800 mg per hari selama 7-14 hari, valasiklovir 3 x 1 g per
hari untuk 7-10 hari, atau famsiklovir 500 mg setiap 8 jam untuk 7-10hari.
● Terapi dimulai dalam 72 jam setelah bintik di kulit keluar
● Kompres dingin dan lembab
KERATITIS ACANTHAMOEBA
Infeksi kornea oleh Acanthamoeba biasanya
berkaitan dengan pemakaian lensa kontak,paparan
terhadap air atau tanah yang terkontaminasi.

Keluhan yang dirasakan berupa nyeri hebat sampai ke


kepala, mata merah, dan fotofobia.
Gambaran klinis khas berupa ulkus kornea indolen,
infiltrat perineural, dan stromal ring infiltrate pada
kasus yang sudah lanjut

Diagnosis ditegakkan dengan bantuan kultur pada


media agar non-nutrient yang dilapisi E. coli.
Keratitis Acanthamoeba pada tahap
lanjut.
KERATITIS NON INFEKSI
ULKUS MARGINAAL ULKUS MOOREN
KERATITIS NON INFEKSI
INFILTRAT DAN ULKUS MARGINAL

❖ Sangat nyeri
❖ Umumnya komplikasi sekunder dari konjungtivitis bakteri akut atau
kronik, khususnya blefarokonjungtivitis Staphylococcus dan
konjungtivitis KochWeeks (Haemophillus aegyptius)
❖ Muncul akibat sensitisasi terhadap toksin bakteri antibodi
pembuluh darah limbus bereaksi dengan antigen yg menyebar di
epitel kornea
❖ Infiltrat dan ulkus marginal berawal sebagai infiltrat oval atau linear
yang terletak di tepi kornea, dan terpisah dari limbus oleh sebuah
area transparan/ bening yang disebut sebagai lucid interval
❖ Self-limiting, bertahan 7-10 hari
KERATITIS NON INFEKSI
ULKUS MOOREN

❖ Etiologi belum diketahui, diduga autoimun


❖ Ulserasi perifer kornea, 60-80% unilateral
❖ Gejala : nyeri
❖ Sering pada usia tua, tidak berkaitan dengan penyakit
sistemik
❖ Lebih sering pada laki-laki
❖ Tatalaksana : steroid topikal atau siklosporin
KERATITIS NON INFEKSI
KERATOKONJUNGTIVITIS FLIKTENULAR

● Merupakan respons hipersensitivitas lambat terhadap


antigen Staphylococcus aureus, tuberkulosis dan
helminthiasis.
● Flikten : akumulasi limfosit, monosit, makrofag dan
neutrofil yang terlokalisasi di konjungtiva, limbus atau
kornea
● Umumnya unilateral, kaya vaskularisasi
FLIKTEN KORNEA
● Sembuh spontan 10-14 hari
● Kortikosteroid topikal mengurangi inflamasi dan
durasi serta pembentukan vaskularisasi dan jaringan
parut.
KERATITIS NON INFEKSI
KERATITIS NEUROTROPIK
● Gangguan atau kerusakan Nervus Trigeminus di perifer akibat trauma,
pembedahan, tumor, inflamasi -> anestesi kornea disertai hilangnya refleks
berkedip.
● Tahap awal -> edema epitel difus -> kematian -> terbentuk ulkus.
● Hilangnya sensasi kornea pada keratitis neutropik berat -> rasa tidak nyaman
minimal -> sering menyebabkan peningkatan risiko infeksi
● Terapi : menjaga mata tetap tertutup dengan eyelid taping, tarsorafi, atau
induksi ptosis.
KERATITIS NON INFEKSI
KERATITIS EKSPOSURE

● Pada kornea yang tidak terjaga kelembabannya dengan baik dan tidak
tertutup sempurna oleh palpebra (eksoftalmus, ektropion, hilangnya
palpebra karena trauma, mata tidak mampu menutup pada bell’s palsy)
● Tatalaksana : melindungi dan melembabkan kornea &
mencegah infeksi
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan tajam penglihatan


2. Pemeriksaan segmen anterior dengan menggunakan dengan
penlight dan loupe:
○ Palpebra
○ Konjungtiva
○ Kornea
3. Tonometri
4. Pemeriksaan segmen posterior dengan funduskopi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Tambahan
1. Uji floresein
Tes untuk mengetahui terdapatnya kerusakan epitel kornea
2. Uji keratoskop (plasidoskop listrik)
Tes untuk melihat licinnya kelengkungan kornea
3. Uji sensibilitas kornea
Tes untuk pemeriksaan fungsi saraf trigeminus yang memberikan
sensibilitas kornea
4. Uji fistel dan uji seidel
Untuk Melihat apakah terdapat kebocoran pada kornea
Komplikasi keratitis
Jaringan parut merupakan komplikasi tersering dari keratitis
yang dapat menyebabkan penumnan tajam penglihatan ringan
sampai berat, bergantung pada lokasi lesi terhadap aksis visual.

Keratitis infeksi yang tidak ditangani secara baik dapat meluas


mencapai seluruh ketebalan kornea, sehingga dapat terjadi perforasi
kornea yang meningkatkan risiko bagi infeksi untuk masuk ke dalam
bola mata. Keadaan ini dapat mengakibatkan hilangnya fungsi
penglihatan serta integritas bola mata karena terjadi
endoftalmitis atau panoftalmitis.
02
KONJUNGTIVITIS
KONJUNGTIVITIS
KONJUNGTIVITIS
Konjungtivitis merupakan inflamasi pada jaringan konjungtiva, yang dapat terjadi
secara akut maupun kronis, akibat invasi mikroorganisme dan atau reaksi
imunologi.

Keluhan: lakrimasi, rasa berpasir, dan perih. Keluhan gatal >> indikasi alergi, rasa
nyeri, penurunan tajam penglihatan, fotofobia, dab sensasi benda asing
(menunjukkan keterlibatan kornea)

Manifestasi Klinis: Mata merah yang disertai injeksi konjungtiva (hiperemia


konjungtiva) + sekret dengan berbagai konsistensi
PENYEBAB KONJUNGTIVITIS
antara lain: infeksi bakteri dan virus serta reaksi hipersensitivitas,

BAKTERI
S. pneumonia,
S. aureus,
H. influenza,
Moraxella catarrhalis. Neisseria Gonorrhoeae
Penularan melalui Kontak langsung dengan sekret
konjungtiva penderita lain atau penyebaran infeksi dari
hidung serta mukosa sinus
PENYEBAB KONJUNGTIVITIS
BAKTERI
MANIFESTASI KLINIS
S. pneumonia, - Mata merah, rasa berpasir dan
perih
S. aureus, - Sukar membuka mata terutama
H. influenza, saat pagi hari
Moraxella catarrhalis - Umumnya Bilateral Sekret yang
Neisseria Gonorrhoeae bersifat purulent
- Edema kelopak, injeksi
Penularan melalui Kontak konjungtiva
langsung dengan sekret - Erosi epitel kornea superfisial
konjungtiva penderita lain atau - limfadenopati
penyebaran infeksi dari hidung
serta mukosa sinus
KLASIFIKASI KONJUNGTIVITIS BAKTERI
Klasifikasi
1. Konjungtivitis neonatal :
- Konjungtivitis Chlamydia
- Konjungtivitis Gonococcus

2. Trachoma

3. Konjungtivitis Chlamydia dewasa


Konjungtivitis Neonatal
Peradangan konjungtiva yang terjadi pada saat 30 hari pertama kehidupan.
Penularan infeksi terjadi pada saat persalinan Pervaginam.

Etiologi :
Bakteri : Chlamydia trachomatis, Neisseria Gonorrhoeae, S. Aureus,
Pseudomonas, Streptococcus spp.

Tanda dan Gejala


Chlamydia trachomatis: hiperemia ringan dengan sedikit sekret mukoid
hingga pembengkakan kelopak mata, chemosis, dan pembentukan
pseudomembran
N. Gonorrhoeae : chemosis, edema palpebral berat, sekret mukopurulen,
edema epitel difus & ulserasi
Konjungtivitis Neonatal
2. Konjungtivitis Neonatal
1. Konjungtivitis Neonatal N. Gonorrhea Chlamydia Trachomatis
Tatalaksana Konjungtivitis Neonatal

1. Chlamydia Trachomatis
- Eritromisin tetes ditambah eritromisin elixir 50 mg/kg/hari selama 2 – 3 minggu
- Eritromisin sirup 50 mg/kg/hari dalam 4 dosis terbagi
1. Gonococcal
- Irigasi topical dengan salin normal untuk menghilangkan sekret mukopurulen
- Ceftriaxone dosis tunggal (25-50 mg/kg IM atau IV maks 125 mg)
- Bacitracin atau salep eritromisin setiap 2-4 jam
- Tetes saline topikal untuk menghilangkan kotoran
Trachoma

Infeksi permukaan ocular berulang dan jaringan parut sekunder oleh organisme
bakteri Chlamydia trachomatis, Infeksi berulang menyebabkan peradangan
konjungtiva & jar.parut, trichiasis dan kornea menjadi keruh

Trachoma banyak didapatkan di daerah dengan higiene dan sanitasi kurang baik.

Penularan: terutama dari mata ke mata; sebagian kecil kasus diperantarai


oleh serangga (cth: lalat)

Keluhan awal : sensasi benda asing mata merah dan berair sekret
mukopurulen
Trachoma
Diagnosis klinis
Diagnosis klinis ditegakkan
apabila ditemukan minimal dua
dari kelainan berikut:
1. Folikel pada konjungtiva
tarsal superior
2. Folikel di limbus dengan
sekuele terkait
3. Sikatrik pada konjungtiva
tarsal
4. Pannus, terutama di limbus
superior
Trachoma
Tatalaksana
Penatalaksanaan trachoma menggunakan strategi SAFE, yaitu;

S/Surgery
A/Antibiotic
Urgensi untuk trikiasis, terutama saat terjadi
Untuk mengendalikan infeksi klamidia. Pilihan
komplikasi, seperti trikiasis dengan epilasi
utama adalah antibiotik berupa azithromycin.
ataupun entropion, dengan prosedur
Azithromycin diberikan secara oral dengan
pembedahan yang dipilih adalah rekonstruksi
dosis 20 mg/kgBB atau 1000 mg dosis tunggal.
pada kelopak mata.

E/Environmental Control
F/Facial Cleanliness
Menjaga kebersihan lingkungan tempat
Kebersihan wajah untuk mengurangi tingkat
penderita tinggal, terutama kebersihan air,
keparahan trakoma dan mengurangi
kamar mandi yang layak, dan pengendalian
penyebaran trakhoma
lalat.
Konjungtivitis Chlamydia Dewasa

• Infeksi disebabkan autoinokulasi dari sekret genital (tangan ke mata).


• Sebagian kecil ditularkan dari mata ke mata.
• Bakteri ini memerlukan sel inang untuk dapat bereplikasi.

tanda dan gejala:


• Mata merah, dengan onset subakut
• Sekret dapat bersifat serosa atau mukopurulen
• Folikel berukuran besar di forniks inferior atau konjungtiva tarsal inferior
• Keratitis pungtata superfisial umum ditemukan
• Pembesaran kelenjar getah bening preaurikular disertai rasa nyeri
• Pada kasus kronik dapat ditemukan sikatriks konjungtiva
Konjungtivitis Viral
• Bersifat self-limiting dalam 2 -4 minggu, Umumnya disebabkan oleh
adenovirus. Virus lain; herpes simplex (HSV), Varicella zoster (VSZ),
Picornavirus, Molluscum contagiosum, dan Human Immunodeficiency
Virus (HIV) Mudah sekali ditularkan, masih infeksius 10-12 hari
setelah onset selama mata masih merah

Transmisi
• Langsung : partikel virus dari tangan pasien, sekret mata, kontak dengan
droplet saluran napas
• Tidak langsung : media penghantar; handuk, kolam renang terinfeksi
Konjungtivitis Viral
Herpes Simplex Virus Adenovirus

Gejala
• Kemerahan
Gejala
• Sensasi benda asing
• Kemerahan
• Sekret, durasi kurang dari 4 minggu
• Sensasi benda asing
• Sangat menular
• Nyeri pada satu mata • Riwayat ISPA
• Kemerahan di kelopak mata • Dimulai pada satu mata & berlanjut ke mata
kontralateral setelah beberapa hari
Tanda Tanda
• Konjungtiva follicular unilateral • Injeksi Konjungtiva
• Vesikel di tepi/kulit kelopak mata • Sekret Ringan hingga sedang
• Nodus limfa pre aurikula dapat • Folikel konjungtiva palpebral
diraba • Nodus Limfa pre aurikula dapat diraba
• Pseudomembran/membrane
• Infiltrat kornea subepitel dapat muncul setelah 1-2
minggu sesudah awitan gejala
Konjungtivitis Viral
Konjungtivitis adenoviral yang
memperlihatkan infeksi berat dengan (A)
pembengkakan dan spasme palpebra,
perdarahan subkonjungtiva, dan kemosis
konjungtiva. (B) pseudomembran yang
dapat dikupas dengan dasar jaringan
vaskular.

Konjungtivitis adenoviral
A.Follicular conjunctivitis
B.Pseudomembrane C.Residual
Scarring D.Subepithelial Infiltrates
Tatalaksana Konjungtivitis Viral
Adenovirus Herpes Simplex Virus

• Meskipun tidak ada pengobatan


yang efektif, air mata buatan,
• Kompres dingin beberapa kali
antihistamin topikal, atau kompres
sehari
dingin mungkin berguna untuk
• Salep mata erythromycin pada masa
meringankan beberapa gejala.
dan lesi kulit
• Pengurangan risiko penularan
• Terapi antivirus oral (Asiklovir:
• Steroid topikal seperti prednisolone
200, 400, 800 mg PO 5x/hari
0.5% empat kali sehari mungkin
selama 10 hari)
diperlukan untuk konjungtivitis
adenoviral membranosa atau
pseudomembran yang parah
Konjungtivitis Alergi
Secara umum konjungtivitis yang disebabkan alergi akan menyebabkan mata berair,disertai
kemosis. Dibagi menjadi keratokonjungtivitis vernal dan atopi.

Keratokonjungtivitis Vernal Keratokonjungtivitis atopik

Terjadi mengikuti perubahan musim Gejala dan tanda umumnya sama seperti
tertentu, Didasari oleh reaksi keratokonjungtivitis vernal, tetapi lebih
hipersensitivitas tipe I dan IV. Penyakit berat. Penyakit ini disebabkan terutama
ini dapat berkembang menjadi oleh hipersensitivitas tipe IV, dan
keratokonjungtivitis atopik. Onset umumnya didapatkan pada usia dewasa
umumnya terjadi pada usia anak (7 (30-50 tahun).
tahun), dan lebih sering terjadi pada anak
laki-laki.
Konjungtivitis Alergi
Tanda dan gejala
Keratokonjungtivitis atopik

- Usia penderita lebih tua


- Durasi penyakit terjadi sepanjang tahun jarang
Keratokonjungtivitis Vernal terjadi eksaserbasi yang mengikuti musim tertentu
- Papil umumnya berukuran kecil atau sedang, dan
terletak di konjungtiva palpebra superior dan
Mata gatal, perih dan berair, sering inferior
berkedip - Edema konjungtiva yang disertai fibrosis subepitel
Fotofobia sering ditemukan
Terbentuk secret mukoid. - Sekret bersifat lebih serosa
- Kornea mengalami vaskularisasi yang luas disertai
kekeruhan
Konjungtivitis Alergi

Tampilan Klinis
• Tipe Palpebral : hiperemia konjungtiva dan hipertrofi papil difus pada tarsus superior, atau papil
yang terbentuk berukuran besar (cobblestone atau giant papillae)
• Tipe Limbal : limbus terlihat menebal disertai dengan beberapa tonjolan yang tersebar. Dapat
ditemukan bintik Homer-Tiantas, yaitu bintik-bintik putih yang merupakan kumpulan sel epitel
dan eosinofil yang mengalami degenerasi.
• Campuran antara tipe palpebral dan limbal
Konjungtivitis Terkait Penggunaan Lensa Kontak

Tanda Klini :
Mekanisme terjadinya belum sepenuhnya • Timbulnya papil berukuran kecil (diameter <0,3 mm) pada
diketahui, namun diduga berhubungan konjungtiva tarsal superior
dengan berbagai faktor seperti: • Erosi epitel pungtata
• Trauma mekanik berulang oleh • Infiltrat dan vaskularisasi kornea perifer
permukaan lensa kontak
• Reaksi hipersensitivitas terhadap bahan Konjungtivitis papil raksasa (GPC; giant papillary
polimer lensa conjunctivitis);
• Mata kering • Merupakan spektrum klinis yang berat pada penyakit ini
• Infeksi • Biasanya terbentuk pada fase awal
Keluhan: Mata merah, gatal, sensasi benda • Lebih sering didapatkan pada pengguna lensa kontak lunak
asing, sekret mukus, dan terkadang terjadi dibanding keras (rigid)
penurunan tajam penglihatan. • Papilnya berukuran besar (diameter >0,3 mm) pada
konjungtiva tarsal superior
Prinsip Tatalaksana
• Tatalaksana konjungtivitis ditentukan sesuai penyebab
• Pemberian terapi suportif : Pasien diajarkan untuk menjaga kontak, menggunakan kompres
dingin dan lubrikan seperti air mata buatan agar nyaman.
• Vasokonstriktor dan antihistamin topikal dapat diberikan jika terasa sangat gatal.
• Konjungtivitis bacterial: diterapi suportif dan antibiotik topikal.
• Konjungtivitis alergi: terapi suportif, identifikasi dan menghindari pemicu alergi, serta pemberian
cell-mast stabilizer topikal.
• Pada kasus yang tidak respon dengan terapi tersebut atau derajat berat, dapat diberikan steroid
golongan ringan atau NSAID topikal.
• Pencegahan transmisi: sering melakukan cuci tangan, tidak menyentuh mata yang infeksi, tidak
berbagi handuk atau kosmetik
Komplikasi
CONJUCTIVITIS BACTERIAL

Blefaritis tepi kronis sering menyertai konjungtivitis staphylococcal kecuali pada pasien yang muda
yang tidak rentan terhadap blefaritis. Pengerutan konjungtiva dapat dapat disertai dengan konjungtivitis
pseudomembranous maupun membranous, dan dalam kasus yang langka dapat disertai dengan ulserasi
kornea dan perforasi.

Marginal Cornea Ulceration dapat terjadi setelah terinfeksi dengan N gonorrhoeae, N kochii, N
meningitidis, H aegyptius, S aureus, dan M catarrhalis; jika sisa toksik dari N gonorrhoeae tersebar melalui
kornea ke dalam anterior chamber maka dapat menyebabkan iritis toksik.
Komplikasi
CHLAMYDIAL CONJUNCTIVITIS
Pengerasan konjungtiva terjadi sebagai komplikasi yang sering terjadi pada trakoma dan dapat menghancurkan kelenjar
lakrimal aksesori serta menghapuskan duktul kelenjar lakrimal. Efek-efek ini dapat secara drastis mengurangi komponen air
dari film air mata precorneal, dan komponen lendir film tersebut dapat berkurang akibat hilangnya sel goblet. Bekas luka juga
dapat menyebabkan distorsi pada kelopak mata bagian atas dengan deviasi ke dalam dari bulu mata individu (trikiasis) atau
dari seluruh pinggiran kelopak mata (entropion), sehingga bulu mata secara konstan menggesek kornea. Ini seringkali
menyebabkan ulserasi kornea, infeksi kornea bakterial, dan pengerasan kornea.

Ptosis, obstruksi saluran air mata nasolakrimal, dan dakriosistitis adalah komplikasi umum lainnya dari trakoma.
THANKS!

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon and
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai