Asuhan Pre Dan Pasca Bedah Kebidanan
Asuhan Pre Dan Pasca Bedah Kebidanan
08135075176
PENGERTIAN
Perioperatif merupakan manajemen dan treatment
pasien selama tiga fase
pembedahan yaitu preoperatif, intraoperatif dan
postoperatif. (Delaune, 2006).
Asuhan kebidanan perioperatif meliputi asuhan
kebidanan yang diberikan kepada pasien sebelum
(preoperatif), selama (intraoperatif) dan setelah
pembedahan (pascaoperatif)
PERIOPERATIF
PERSIAPAN FISIK
Persiapan fisik pre operasi dibagi dalam 2
tahapan, yaitu :
a. Persiapan di unit perawatan
b. Persiapan di ruang operasi
PERSIAPAN FISIK PRE OPERASI
Status kesehatan fisik secara umum:
- Identitas klien
- Riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu
- Riwayat kesehatan keluarga
- Pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status
kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi
endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.
- istirahat yang cukup
Status Nutrisi
- tinggi badan dan berat badan
- lipat kulit trisep
- lingkar lengan atas
- kadar protein darah (albumin dan globulin)
- Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan.
- Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai resiko
dalam pelaksanaan operasi.
PERSIAPAN FISIK PRE OPERASI
Keseimbangan cairan dan elektrolit Intake dan output, kadar
elektrolit serum. Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat
dengan fungsi ginjal. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat
dilakukan dengan baik. Jika ginjal mengalami gangguan seperti
oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi
ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal.
Kebersihan lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu
dengan tindakan enema/lavement. Puasa 7 sampai 8 jam (biasanya
puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan
lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya
cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke
area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca
pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO
(segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka
pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara
pemasangan NGT (naso gastric tube).
PERSIAPAN FISIK PRE OPERASI
Pencukuran daerah operasi untuk menghindari terjadinya infeksi
pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak
dicukur dapat menjadi tempat kuman dan mengganggu proses
penyembuhan dan perawatan luka. Ada beberapa kondisi yang tidak
memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien
luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran harus dilakukan
dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang
dicukur. Sering kali pasien diberikan kesempatan untuk mencukur
sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi
dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat
kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi
pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi,
herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur
femur, hemmoroidektomi
PERSIAPAN FISIK PRE OPERASI
1. Usia
Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai resiko
lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun .
sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya
semua fungsi organ.
2. Nutrisi
Kondisi malnutris dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan
dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan.
Pada orang malnutisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat
diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Pada obesitas, selama pembedahan jaringan
lemak, terutama rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan permasalahan
teknik dan mekanik. Oleh karenanya dehisiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Psien
bernafas tidak optimal saat berbaaring miring dan karenanya mudah mengalami
hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pascaoperatif. Selain itu, distensi abdomen,
flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit biliari terjadi lebih sering
pada pasien obes.
FAKTOR RESIKO OPERASI
3. Penyakit Kronis
Pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan
insufisiensi ginjal menjadi lebih sukar terkait dengan pemakaian energi kalori
untuk penyembuhan primer. Sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi
pembedahan maupun pasca pembedahan sangat tinggi.
5. Merokok
Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami
gangguan vaskuler, terutama terjadi arterosklerosis
pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan darah
sistemiknya.
DIAGNOSTIK:
Biopsi, laparatomi eksplorasi,dll.
KURATIF:
Eksisi tumor, apendiktomi,dll.
REPARATIF:
Memperbaiki luka multipleks/ debridement,dll
REKONSTRUKTIF/ KOSMETIK:
Mammoplasti,dll.
PALIATIF:
Untuk menghilangkan nyeri atau
memperbaiki masalah (pemasangan selang gastrostomi)
KLASIFIKASI PEMBEDAHAN
Pemeliharaan Keselamatan:
1. Atur posisi pasien
- Kesejajaran fungsional
- Pemajanan area pembedahan
- Mempertahankan posisi sepanjang prosedur pembedahan
2. Memasang alat grounding ke pasien.
3. Memberikan dukungan fisik.
4. Memastikan bahwa jumlah instrumen tepat.
5. Pemantauan fisiologis:
- Memperhitungkan efek dari hilangnya atau masuknya cairan.
- Membedakan data kardiopulmonal yang normal dengan yang
abnormal.
- Melaporkan perubahan-perubahan pada pemeriksaan vital sign.
DUKUNGAN PSIKOLOGIS SEBELUM
INDUKSI
1. Monitoring devices
- ECG ( cardiac monitor)
- Pressure Monitor ( Arterial BP, CVP)
Neurologi status:
- Membuka mata spontan
- Mengikuti perintah( GCS 15)
2. Status cairan dan metabolik
- Balance intake dan output
- Ciran infus lancar sesuai program
- Tidak ada distensi bladder
- Turgor kulit baik
- Drain dan tubing patent
- Dressing kering dan rapi
SAFETY MANAGEMENT
TERIMAKASIH………