Anda di halaman 1dari 13

PEMBELAJARAN IPS BERBASIS MULTIKULTURALISME

Makalah Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

Comment [U1]: Seharusnya di dalam tanda kutip tersebut harus di isi dengan mata kuliah. Misalnya ilmu Pengetahuan Sosial 3

Disusun oleh: Maslahatun Nuroniyah Nurul Istiqomah Zamrotul Muhibbah (D07209053) (D07209059) (D37209007)

Dosen pembimbing: Drs. H. Munawwir, M. Ag

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SURABAYA 2012

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadiran Allah yang maha kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah mewariskan ajaran islam sehingga kita dapat menjadi orang yang beriman. Terima kasih sebesar-besarnya kami ucapkan kepada selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dorongan dan semangat guna menyelesaikan makalah ini. Tak lupa kepada rekan-rekan, yang ikut berpartisipasi dan menghibur dalam terselesainya pembuatan makalah ini ketika kami bingung. Meskipun berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih serta mohon maaf sebesar-besarnya. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang ikut menyelesaikan makalah ini. Semoga dicatat sebagai amal yang baik dan mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin...

Surabaya, 25 April 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... DAFTAR ISI .............................................................................................. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang ................................................................................ B. Rumusan masalah ........................................................................... C. Tujuan masalah............................................................................... BAB II. PEMBAHASAN A. Masuk dan Berkembangnya Islam pada Masa Permulaan .......... B. Sistem Pendidikan Langgar ........................................................... C. Sistem Pendidikan Pesantren ......................................................... D. Pendidikan Islam pada Masa Kerajaan Islam di Indonesia. BAB III. PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................... DAFTAR PUSTAKA

i ii

1 1 1

2 3 4 5

Comment [U2]: Pemberian halam belum dicamtumkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep pendidikan multikultural di negara-negara yang menganut konsep demokratis seperti amerika serikat dan kanada, bukan hal baru lagi. Mereka telah melaksanakannya khususnya dalam upaya menghilangkan diskriminasi antara orang kulit putih dan kulit hitam, yang bertujuan menunjukkan dan memelihara integritas nasional. Berbagai model pendidikan multikultural diterapkan di Negara-negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Keragaman ini di akui atau tidak akan dapat menimbulkan berbagai persoalan, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, kemiskinan, kekerasan, perusakan lingkungan, separatisme, dan hilangnya rasa kemanusiaan untuk menghormati hak-hak orang lain, merupakan bentuk nyata sebagai bagian dari multikulturalisme tersebut. Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan strategi khusus untuk memecahkan persoalan tersebut melalui berbagai bidang; sosial, ekonomi, budaya, dan pendidikan. Berkaitan dengan hal ini, maka pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategi dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, khususnya yang ada pada siswa seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, dan lain sebagainya, yang akan penulis paparkan pada pembahasan selanjutnya.
Comment [U4]: Penulisan di akui seharusnya diakui tidak menggunakan spasi. Kecuali kalau kata tersebut menunjukkan suatu tempat, barulah di yang digunakan memakai spasi. Misalnya: di dalam Comment [U3]: Penilisan nama Negara/kota, huruf depannyaharus menggunakan huruf capital misalnya Amerika Serikat dan Kanada

B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan Multikulturalisme? 2. Apakah yang dimaksud dengan Pendidikan Berbasis Multikulturalisme? 3. Bagaimana implementasi Pendidikan berbasis Multikultural pada pembelajaran IPS? C. Tujuan Agar mahasiswa dapat mengetahui hakikat dari Multikulturalisme, pendidikan multikultural, serta dapat menetahui penerapan pembelajaran IPS berbasis Pendidikan Multikultural
4

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian multikulturalisme Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Secara etimologis,

multikulturalisme di bentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/faham). Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik. Dalam kaitannya dengan masalah multikulturalisme, Masdar Hilmy berpendapat, .bahwa bagi bangsa Indonesia, adanya keragaman budaya merupakan kenyataan sosial yang sudah niscaya. Meskipun demikian, hal itu tidak secara otomatis diiringi dengan penerimaan yang positif pula. Bahkan, banyak fakta yang justru menunjukkan fenomena yang sebaliknya: keragaman budaya telah memberi sumbangan terbesar bagi munculnya ketegangan dan konflik. Sehingga tak pelak modal sosial itu justru menjadi kontraproduktif bagi penciptaan tatanan kehidupan berbangsa yang damai, harmonis, dan toleran. Untuk itu diperlukan upaya untuk menumbuhkembangkan kesadaran multikulturalisme agar potensi positif yang terkandung dalam keragaman tersebut dapat teraktualisasikan secara benar dan tepat.1 Pendidikan merupakan wahana2 yang paling tepat untuk membangun kesadaran multikulturalisme dimaksud. Karena dalam tataran ideal, pendidikan seharusnya bisa berperan sebagai juru bicara bagi terciptaanya fundamen kehidupan multikultural yang harmonis, damai dan toleran.

B. Pendidikan Multikultural Pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural. Dengan pendidikan multikultural, diharapkan adanya kekenyalan dan kelenturan mental bangsa menghadapi benturan konflik sosial, sehingga persatuan bangsa tidak mudah patah dan retak. Dalam konteks Indonesia, yang dikenal dengan
1

Choirul Mahfud, Pendidikan Multikulturalisme, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar,2006). Hlm 79 Masdar Hilmy, Menggagas Paradigma Pendidikan Berbasis Multikulturalisme, ( Ulumuna VII, 2003), hlm 332-333
2

muatan yang sarat kemajemukan, maka pendidikan multikultural menjadi sangat strategis untuk dapat mengelola kemajemukan secara kreatif, sehingga konflik yang muncul sebagai dampak dari transformasi dan reformasi sosial dapat dikelola secara cerdas dan menjadi bagian dari pencerahan kehidupan bangsa ke depan. Secara keseluruhan, pendidikan multikultural memang sebuah konsep yang dibuat dengan tujuan untuk menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi semua siswa yang berbeda-beda ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya. Salah satu tujuan penting dari konsep pendidikan multikultural adalah untuk membantu semua siswa agar memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam menjalankan peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat demokrasi-pluralistik serta diperlukan untuk berinteraksi, negosiasi, dan komunikasi dengan warga dari kelompok beragam agar tercipta sebuah tatanan masyarakat bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama.
Secara sederhana multikultural dapat dipahami sebagai keragaman budaya dalam satu komunitas. Di dalamnya terdapat interaksi, toleransi, dan bahkan integrasi-desintegrasi. Singkat kata, multibudaya merupakan suatu fakta yang harus diterima dan diolah secara positif demi perkembangan kebudayaan.3
Comment [U5]: Penulisan footnote di bawah seharusnya menggunakan format huruf time new roman dan ukuran hurufnya 10pt Comment [U6]: Ukuran huruf yang digunakan pada paragraph ini tidak sesuai dengan ukuran huruf pada paragraph-paragraf yang sebelumnya. Seharusnya paragraph ini ukran hurufnya disesuaikan.

C. Perspektif Tentang Pendidikan Multikultural

Dalam sejarahnya, pendidikan multikultural sebagai sebuah konsep atau pemikiran tidak muncul dalam ruangan kosong, namun ada interes politik, sosial, ekonomi dan intelektual yang mendorong kemunculannya. Wacana pendidikan multikultural pada awalnya punya akar sejarah dengan gerakan Hak Asasi Manusia (HAM) dari berbagai kelompok yang tertindas di negeri. Banyak lacakan sejarah atau asal-usul pendidikan multikultural yang merujuk pada gerakan sosial orang Amerika keturunan Afrika dan kelompok kulit berwarna lain yang mengalami praktik diskriminasi di lembaga-lembaga publik pada masa perjuangan hak asasi pada tahun 1960-an. Di antara lembaga yang secara khusus disorot karena bermusuhan dengan ide persamaan ras pada saat itu adalah lembaga pendidikan. Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an, suara-suara yang menuntut lembagalembaga pendidikan agar konsisten dalam menerima dan menghargai perbedaan semakin kencang, yang dikumandangkan oleh para aktivis, para tokoh dan orang tua. Mereka

Pendidikan Berbasis Multikulturalisme, http://ayouk91.blogspot.com/2010/06/pendidikanmultikultural.html, 14 juni 2012

menuntut adanya persamaan kesempatan di bidang pekerjaan dan pendidikan. Pada pertengahan dan akhir 1980-an, muncul kelompok sarjana, di antaranya Carl Grant, Christine Sleeter, Geneva Gay dan Sonia Nieto yang memberikan wawasan lebih luas soal pendidikan multikultural, memperdalam kerangka kerja yang membumikan ide persamaan pendidikan dan menghubungkannya dengan transformasi dan perubahan sosial. Ide pendidikan multikulturalisme akhirnya menjadi komitmen global

sebagaimana direkomendasi UNESCO pada bulan Oktober 1994 di Jenewa. Rekomendasi itu di antaranya memuat empat pesan. Pertama, pendidikan hendaknya mengembangkan kemampuan untuk mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada dalam kebhinnekaan pribadi, jenis kelamin, masyarakat dan budaya serta mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi, berbagi dan bekerja sama dengan yang lain. Kedua, pendidikan hendaknya meneguhkan jati diri dan mendorong konvergensi gagasan dan penyelesaian-penyelesaian yang memperkokoh perdamaian, persaudaraan dan solidaritas antara pribadi dan masyarakat. Ketiga, pendidikan hendaknya meningkatkan kemampuan menyelesaikan konflik secara damai dan tanpa kekerasan. Karena itu, pendidikan hendaknya juga meningkatkan pengembangan kedamaian dalam diri diri pikiran peserta didik sehingga dengan demikian mereka mampu membangun secara lebih kokoh kualitas toleransi, kesabaran, kemauan untuk berbagi dan memelihara. Konsep pendidikan multikultural dalam perjalanannya menyebar luas ke kawasan di luar AS, khususnya di negara-negara yang memiliki keragaman etnis, ras, agama dan budaya seperti Indonesia. Sekarang ini, pendidikan multikultural secara umum mencakup ide pluralisme budaya. Tema umum yang dibahas meliputi pemahaman budaya, penghargaan budaya dari kelompok yang beragam dan persiapan untuk hidup dalam masyarakat pluralistik.
D. Implementasi Pendidikan Berbasis Multikultural Dalam Pembelajaran IPS

Paparan di atas juga memberi dorongan dan spirit bagi lembaga pendidikan nasional untuk mau menanamkan sikap kepada peserta didik untuk menghargai orang, budaya, agama, dan keyakinan lain. Harapannya, dengan implementasi pendidikan yang berwawasan multikultural, akan membantu siswa mengerti, menerima dan menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya dan nilai kepribadian.
7

Disadari bahwa untuk membangun bangsa dengan beragam adat dan budaya yang tersebar di wilayah yang sangat luas dan terpencar, diperlukan suatu strategi dan upaya yang sistematis untuk melakukannya. Untuk itu, Pemerintah telah menetapkan tujuan pembangunan pendidikan nasional jangka menengah, yang diantaranya adalah meningkatkan pemerataan kesempatan belajar pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan bagi semua warga negara secara adil, tidak diskriminatif, dan demokratis tanpa membedakan tempat tinggal, status sosial-ekonomi, jenis kelamin, agama, kelompok etnis, dan kelainan fisik, emosi, mental serta intelektual. Lewat penanaman semangat multikulturalisme di sekolah-sekolah, akan menjadi medium pelatihan dan penyadaran bagi generasi muda untuk menerima perbedaan budaya, agama, ras, etnis dan kebutuhan di antara sesama dan mau hidup bersama secara damai. Agar proses ini berjalan sesuai harapan, maka seyogyanya kita mau menerima jika pendidikan multikultural disosialisasikan dan didiseminasikan melalui lembaga pendidikan, serta, jika mungkin, ditetapkan sebagai bagian dari kurikulum pendidikan di berbagai jenjang baik di lembaga pendidikan pemerintah maupun swasta. Apalagi, paradigma multikultural secara implisit juga menjadi salah satu concern dari Pasal 4 UU N0. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal itu dijelaskan, bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa. pendidikan multikultural sangat penting diberikan kepada anak sejak dini di sekolah. Namun, mengingat beban mata pelajaran anak SD/MI dewasa ini sudah cukup banyak, maka alangkah baiknya bila mata pelajaran pendidikan multikultural tidak menjadi mata pelajaran tersendiri, tetapi diintegrasikan dengan mata pelajaran yang lain. Setiap mata pelajaran sebenarnya dapat disisipi materi pendidikan multikultural. Pentingnya pendidikan multikultural diberikan kepada anak sejak dini dengan harapan agar anak mampu memahami bahwa di dalam lingkungan mereka dan juga di lingkungan lain terdapat keragaman budaya. Keragaman budaya tersebut berpengaruh terhadap tingkah laku, sikap, pola pikir manusia sehingga manusia tersebut memiliki cara-cara (usage), kebiasaan (folk ways), aturan-aturan (mores) bahkan adat istiadat (customs) yang berbeda satu sama lain. Bila perbedaan itu tidak dapat dipahami dengan baik dan diterima dengan bijaksana, maka konflik akan mudah terjadi di masyarakat. Hal ini telah banyak terlihat dalam kehidupan di tanah air belakangan ini. pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategi dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di
8
Comment [U7]: Pada paragraph ini seharusnya di rata kanan dan kiri (justify)

masyarakat, khususnya yang ada pada siswa seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, agama, status sosial, gender, kemampuan, umur dan ras. Strategi pendidikan ini tidak hanya bertujuan agar supaya siswa mudah mempelajari pelajaran yang dipelajarinya, akan tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran mereka agar selalu berperilaku humanis, pluralis, dan demokratis. Oleh karena itu, hal yang terpenting dalam pendidikan multikultural adalah seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai dan mampu secara profesional mengajar mata pelajaran yang diajarkannya lebih dari itu, seorang guru juga harus mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural seperti demokratis, humanisme, dan pluralisme. Pendidikan multikultural merupakan proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keragaman budaya yang hidup ditengahtengah masyarakat plural. Dengan pendidikan multikultural diharapkan adanya kekenyalan dan kelenturan mental bangsa menghadapi benturan konflik sosial Pelaksanaan pendidikan multikultural tidak harus merubah kurikulum. Pelajaran untuk pendidikan multikultural dapat terintegrasi pada mata pelajaran lainnya. Hanya saja diperlukan pedoman (model) bagi guru untuk menerapkannya. Yang utama, siswa perlu diajari apa yang dipelajari mereka mengenai toleransi, kebersamaan, HAM, demokratisasi, dan saling menghargai. Hasil penelitian multiyear tentang pengembangan model pembelajaran

multikultural di SD yang dilakukan oleh Farida Hanum dan Setya Raharja (2006), diketahui bahwa pada awalnya sebagian besar guru, kepala sekolah, dan komite sekolah belum mengetahui tentang pembelajaran multikultural, bahkan asing dengan istilah pembelajaran atau pendidikan multikultural. Setelah diadakan sosialisai, mereka dapat memahami dan memberikan kejelasan bahwa pembelajaran multikultural di SD dapat dilakukan secara integratif dalam mata pelajaran IPS yang didukung dengan modul suplemen bahan ajar pembelajaran multikultural bagi murid SD. Pada penelitian lanjutan (2007), dapat dihasilkan draf modul sebagai suplemen. bahan ajar pembelajaran multikultural bagi murid Kelas III dan IV SD. Sebagian besar guru mengharapkan bahwa model pembelajaran dan modul suplemen bahan ajar tersebut dapat diterapkan di sekolah. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengimplementasikan model pembelajaran multikultural tersebut dan kemungkinan pengembangannya, sehingga model tersebut efektif digunakan dalam pembelajaran multikultural di Sekolah Dasar (SD). Dipilihnya SD sebagai sasaran penelitian dimaksud, agar nilai-nilai multikultural telah ditanamkan
9

pada siswa sejak dini. Bila sejak awal mereka telah memiliki nilai-nilai kebersamaan, toleran, cinta damai, dan menghargai perbedaan, maka nilai-nilai tersebut akan tercermin pada tingkah laku mereka sehari-hari karena telah terbentuk pada kepribadiannya. Bila hal tersebut berhasil dimiliki para generasi muda kita ke depan, alangkah berbahagianya mereka dapat hidup dalam lingkungan yang damai sejahtera. Pendidikan multikultural sebagai wacana baru di Indonesia dapat

diimplementasikan tidak hanya melalui pendidikan formal namun juga dapat diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat maupun dalam keluarga. Dalam pendidikan formal pendidikan multikultural ini dapat diintegrasikan dalam sistem pendidikan melalui kurikulum mulai Pendidikan Usia Dini, SD, SLTP, SMU maupun Perguruan Tinggi. Sebagai wacana baru, Pendidikan Multikultural ini tidak harus dirancang khusus sebagai muatan substansi tersendiri, namun dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang sudah ada tentu saja melalui bahan ajar atau model pembelajaran yang paling memungkinkan diterapkannya pendidikan multikultural ini.Demikian juga pada tingkat sekolah Usia Dini dapat diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan misalnya dalam Out Bond Program, dan pada tingkat SD, SLTP maupun Sekolah menengah pendidikan multikultural ini dapat diintegrasikan dalam bahan ajar seperti IPS, PPKn, Agama, Sosiologi dan Antropologi, dan dapat melalui model pembelajaran yang lain seperti melalui kelompok diskusi, kegiatan ekstrakurikuler dan sebagainya. Dalam Pendidikan non formal wacana ini dapat disosialisasikan melalui pelatihan- penghormatan terhadap perbedaan baik ras suku, maupun agama antar anggota masyarakat. Tak kalah penting wacana pendidikan multikultural ini dapat

diimplementasikan dalam lingkup keluarga, di mana keluarga sebagai institusi sosial terkecil dalam masyarakat, merupakan media pembelajaran yang paling efektif dalam proses internalisasi dan transformasi nilai, serta sosialisasi terhadap anggota keluarga. Peran orangtua dalam menanamkan nilai-nilai yang lebih responsive multikultural dengan mengedepankan penghormatan dan pengakuan terhadap perbedaan yang ada di sekitar lingkungannya (agama, ras, golongan) terhadap anak atau anggota keluarga yang lain merupakan cara yang palingefektif dan elegan untuk mendukung terciptanya sistem sosial yang lebih berkeadilan. Bagaimana membangun pemahaman keberagamaan siswa yang inklusif di sekolah? Dalam hal ini, guru mempunyai posisi penting dalam mengimplementasikan nilai-nilai keberagamaan inklusif di sekolah. Adapun peran guru di sini, meliputi;
10

Comment [U8]: Seharusnya di karya ilmiah tidak ada tanda Tanya di tengah-tengah kalimat.

pertama, seorang guru/dosen harus mampu bersikap demokratis, baik dalam sikap maupun perkataannya tidak diskriminatif. Kedua, guru/dosen seharusnya mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap kejadian-kejadian tertentu yang ada hubungannya dengan agama. Misalnya, ketika terjadi bom Bali (2003), maka seorang guru yang berwawasan multikultural harus mampu menjelaskan keprihatinannya terhadap peristiwa tersebut. Ketiga, guru/dosen seharusnya menjelaskan bahwa inti dari ajaran agama adalah menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh ummat manusia, maka pemboman, invasi militer, dan segala bentuk kekerasan adalah sesuatu yang dilarang oleh agama. Keempat, guru/dosen mampu memberikan pemahaman tentang pentingnya dialog dan musyawarah dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan keragaman budaya, etnis, dan agama.

11

BAB III PENUTUP Kesimpulan Dari berbagai penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.

Pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural demi terciptanya persatuan dalam masyarakat.

2.

Sebagai wacana baru, Pendidikan Multikultural ini tidak harus dirancang khusus sebagai muatan substansi tersendiri, namun dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang sudah ada tentu saja melalui bahan ajar atau model pembelajaran yang paling memungkinkan diterapkannya pendidikan multikultural ini.

3.

Pendidikan multikultural tidak hanya diterapkan dalam pendidikan formal tetapi bisa juga dalam lingkungan keluarga dan masyarakat

4.

Hal terpenting dalam pendidikan multikultural adalah seorang guru atau dosen tidak hanya dituntut untuk menguasai dan mampu secara profesional mengajarkan mata pelajaran atau mata kuliah yang diajarkan. Lebih dari itu, seorang pendidik juga harus mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural seperti demokrasi, humanisme, dan pluralisme atau menanamkan nilai-nilai keberagamaan yang inklusif pada siswa.

12

DAFTAR PUSTAKA

Hilmy,Masdar. 2003. Menggagas Paradigma Pendidikan Berbasis Multikulturalisme, ( Ulumuna VII) Mahfud,Choirul. 2006. Pendidikan Multikulturalisme, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar). Pendidikan berbasis Multikulturalisme, http://ayouk91.blogspot.com/2010/06/pendidikan-multikultural.html. 14 juni 2012
Comment [U9]: Dalam penulisan daftar pustaka seharusnya pada baris ke-dua masuk 5 ketukan

Sudrajat, Ahmad. 2010. Pendidikan Multikultural di Indonsia. Diakses dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/wacana-pendidikan-multikultural diIndonesia pada tanggal 11 juni 2012.

Tilaar, H.A.R. 2002. Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

13

Anda mungkin juga menyukai