Anda di halaman 1dari 45

IV.

Hasil Pengamatan dan Pembahasan


A. Tekstur Tanah
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Tekstur Tanah
Ctka
(mm)
A B
C
(%)
a b fk %debu %lembpung %pasir
2 21 16 2,33 0 0 1,19 12,2 39,2 48,6
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
A : fraksi campuran debu-lempung
a : blangko pada pembacaan 1
B : fraksi lempung (g/l)
B : blangko pada pembacaan 2
C : persen bahan organic
2. Analisis Hasil Pengamatan
Fk =
s kadarlenga % 100
100

=
( ) % 156 , 16 100
% 100

=
84 , 83
100
= 1,19
a. Tanah kering 105C =
fk
25
=
19 , 1
25
= 21,01
42
43
b. Bahan Organik =
g
C
100
25
=
g 100
% 33 , 2 25
= 0,58%
c. Pasir+Debu+Lempung =
fk
25
g
C
100
25
=
19 , 1
25
g 100
% 33 , 2 25
= 21,01 0,58
= 20,43 gram
d. % pasir =
% 100
100
25 25
2
) (
100
) 25 ( 25

1
]
1

,
_

,
_

1
]
1



C
fk
a A C
fk
=
[ ]
[ ]
% 100
58 , 0 01 , 21
5 , 10 58 , 0 01 , 21



=
% 100
43 , 20
93 , 9

= 48,6%
e. % debu =
( )
% 100
100
25 25
2 2
) (

1
]
1

,
_

,
_

1
]
1

C
fk
b B a A
=
% 100
58 , 0 01 , 21
8 5 , 10

=
% 100
43 , 20
5 , 2

= 12,2%
44
f. % lempung =
( )
% 100
100
25 25
2

1
]
1

,
_

,
_

1
]
1


C
fk
b B
=
% 100
58 , 0 01 , 21
8

=
% 100
43 , 20
8

= 39,2%
g. Jumlah fraksi = % pasir + % debu + % lempung
= 48,6% + 12,2% + 39,2%
= 100%
3. Pembahasan
Tekstur tanah adalah perbandingan antara fraksi atau partikel primer
tanah yang berupa pasir (sand), debu (silt), dan lempung (clay). Di
laboratorium, tekstur tanah umumnya ditetapkan melalui dua metode, yakni :
metode pipet (kurang teliti) dan metode hidrometer Bouyoucos (lebih efektif)
yang keduanya didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel
tanah di dalam air, dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang
berkecepatan (density) sama dalam suatu larutan akan meningkat secara linear
apabila radius partikel bertambah secara kuadratik (Sarief, 1986).
Setelah melakukan analisis secara kuantitatif pada tanah inseptisol yang
menjadi sampel kali ini mempunyai perbandingan pasir 48,6%, debu 12,2% dan
lempung sebesar 39,2%.
Dari angka-angka tersebut dapat ditentukan macam tekstur tanah pada
tanah ini dengan segitiga tekstur tanah atau triangular USDA yaitu lempung
pasiran. Tekstur lempung pasiran menunjukkan bahwa terdapat tiga partikel
tanah yaitu debu, pasir dan lempung dengan partikel pasir yang dominan.
45
Inseptisol adalah tanah yang belum matang (immature) yang
perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang dan
masih banyak menyerupai sifat bahan induknya.
Inseptisol dapat berkembang dari bahan induk batuan beku, sedimen,
dan metamorf. Proses berkembangnya tanah dipengaruhi oleh beberapa factor
salah satunya adalah waktu. Karena Inseptisol merupakan tanah yang baru
berkembang sehingga proses pembentukan tanah atau pelapukan bahan
induknya belum sempurna. Waktu yang masih singkat menyebabkan bahan
induk bulum melapuk semua. Hal ini yang menyebabkan Tanah Inceptisol
didominasi oleh pasiran.
B. Struktur Tanah
1. Hasil Pengamatan
a. Bobot Volum
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Bobot Volum
Ctka a (gram) b (gram) p (cc) q(cc) KL (%)
bongkahan 4,6 5,177 10 13 15,299
Sumber : Laporan Sementara
b. Bobot Jenis
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Bobot Jenis
Ctka
(mm)
a
(gram)
b
(gram)
c
(gram)
d
(gram)
BJ
1
(31
0
C)
BJ
2
(29
0
C)
2 21,319 45,843 26,169 48,493 0,9957 0,9960
Sumber : Laporan Sementara
c. Porositas
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Porositas
BV BJ
1,707 1,96
Sumber : Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan
46
a. Bobot Volum =
( ) ( ) [ ] a b p q KL
a
+

87 , 0 ) 100 (
87
( ) ( ) [ ] 6 , 4 177 , 5 10 13 87 , 0 ) 299 , 15 100 (
6 , 4 87
+

( ) 55 , 0 3 87 , 0 ) 299 , 115 (
2 , 400

033 , 2 299 , 115


2 , 400

403 , 234
2 , 400

707 , 1
b. Bobot Jenis =
( )
( ) ( ) [ ] a b BJ a b BJ KL
BJ BJ q c
+

2 2 ) 100 (
2 1 100
( )
( ) ( ) ( ) [ ] 169 , 26 493 , 48 9960 , 0 319 , 21 843 , 45 9960 , 0 891 , 11 100
9960 , 0 9957 , 0 319 , 21 169 , 26 100

[ ] 324 , 22 9960 , 0 524 , 24 9960 , 0 891 , 111


9917 , 0 85 , 4 100

[ ] 2347 , 22 4259 , 24 891 , 111


9745 , 480

191 , 2 891 , 111


97 , 480

18 , 245
97 , 480

= 1,96
c. Porositas
47
n
% 100 1
,
_


BJ
BV
% 100
96 , 1
707 , 1
1
,
_


( ) % 100 871 , 0 1
( ) % 100 192 , 0
= 12,9 %
3. Pemabahasan
Struktur tanah adalah ikatan antar partikel-partikel atau fraksi-fraksi
primer tanah yang membentuk susunan gumpalan yang disebabkan adanya
perekat, baik perekat organik ataupun anorganik. Penyusun dari struktur tanah
adalah agregat-agregat tanah. Agregat tanah yaitu ikatan antar partikel primer
tanah yang membentuk suatu kelompok besar atau diameter tertentu. Di dalam
agregat, selain terdapat fraksi perekat juga terdapat ruang-ruang diantara fraksi
yang disebut rongga pori. Persentase pori dapat dinyatakan dalam porositas.
Nilai porositas berhubungan erat dengan bobot jenis (BJ) dan bobot volume
(BV).
Dalam praktikum acara kali ini digunakan untuk mengukur besarnya
bobot volume. Bobot volume itu sendiri merupakan perbandingan bobot dengan
volume tanah dan dengan pori-pori tanahnya dihitung juga sebagai bagian dari
volume tersebut. Prinsipnya tanah dijenuhkan di dalam piknometer dengan
cairan dan diaduk hingga udara di dalam pori-pori tanah keluar dan diisi oleh
cairan tersebut. Dengan demikian akan diketahui volume partikel tanahnya.
Selain dapat menentukan bobot volume pada praktikum kali ini dapat
menentukan pula bobot jenis. Bobot jenis atau yang sering disebut juga particle
density atau specific gravity, merupakan perbandingan antara bobot partikel
tanah dengan volum partikel tanah (tanpa pori-pori). Di dalam analisisnya
48
biasanya bobot partikel tanah dicari dengan cara dikeringkan dengan oven,
tujuannya untuk menghilangkan air di dalam pori-pori. berat tanah di dalam
pori-popri diabaikan atau dianggap nol.
Pada sampel tanah inseptisol yang di ambil memiliki bobot volum (BV)
sebesar 1,707 dan bobot jenis (BJ) 1,96. Nilai BJ secara umum berkisar 2,6-2,7
Mg/m3. Jika diambil rata-rata serta menurut penelitian, nilai BJ untuk tanah
mineral yang tidak banyak mengandung besi dan mineral-mineral berat lainnya
adalah 2,65 Mg/m3. Nilai tersebut juga apabila kandungan bahan organiknya
kurang dari 1%. Setelah memperoleh nilai BV dan BJ maka dapat dihitung nilai
porositasnya. Untuk nilai porositasnya adalah 12,9%. Nilai tersebut masuk
dalam kategori kecil. Hal ini berarti bahwa kapasitas memegang air pada Tanah
Inseptisol adalah kecil. Berat volume tanah ditentukan oleh jumlah ruang pori
(porositas) dan padatan tanah, semakin besar porositasnya semakin kecil berat
volumenya. Berat volume tanah dan porositasnya dapat berubah dan beragam
bergantung keadaan struktur tanahnya, sehingga penentuan berat volume tanah
dilakukan dengan contoh tanah utuh. Granulasi tanah sangat mempengaruhi
besarnya porositas tanah, sehingga berat volume menjadi rendah, yaitu dengan
cara penambahan bahan organik (dicampur aduk). Tanah lapisan atas yang kaya
bahan organik mempunyai berat volume lebih rendah daripada tanah lapisan
bawah yang miskin bahan organik.
Faktor yang Mempengaruhi Berat Isi (BI) adalah struktur tanah,
pengelolaan tanah, bahan organik, dan agregasi. Tanah yang mempunyai
struktur yang mantap (lempeng) mempunyai (BI) yang lebih tinggi daripada
tanah yang mempunyai struktur yang kurang mantap (remah).Jika suatu tanah
sering diolah tanah tersebut memiliki berat isi yang tinggi daripada tanah yang
dibiarkan saja, dan didalam pengolahan tanah yang baik akan meanghasilkan
tanah yang baik pula. Jika didalam tanah tersebut banyak ditemukan bahan
organik tanah tersebut memiliki Berat Isi lebih banyak disbanding tanah yang
tidak terdapat bahan organik . jadi bahan organik sebanding lurus dengan bobot
49
isi. Agregasi merupakan proses pembentukan agregrat-agregrat tanah dengan
terbentuknya agregat-agregat itu, tanah menjadi berpori-pori, sehingga tanah
menjadi gembur, dapat menyimpan dan mengalirkan udara dan air. Agregat
tanah memiliki ukuran yang lebih besar daripada partikel-partikel tanah
(Hakim, 1986).
Faktor yang Mempengaruhi Berat Jenis (BJ) adalah tekstur tanah.
Partikel-partikel tanah yang ukuran partikelnya kasar, memilki nilai berat jenis
yang tinggi misalnya pasir, ukuran partikel pasir lebih besar daripada ukuran
partikel liat sehingga berat jenis pasir lebih tinggi dari pada liat dan sebaliknya
(Darmawijaya, 1997). Selain itu bahan organik tanah juga mempengaruhi berat
jenis tanah. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman
dan binatang yang sebagaian telah mengalami pelapukan dan pembentukan
kembali. Bahan Organik tanah memiliki berat jenis tanah. Semakin banyak
kandungan bahan organik tanah, menyebabkan semakin rendahnya berat jenis
tanah (Rahardjo, 2001).
Porositas total dari suatu material dimana pori total terdiri dari pori
makro dan pori mikro. Tanah Inceptisol yang mempunyai presentase fraksi
pasir tinggi menyebabkan volum yang diisi ruang pori makro lebih besar pada
keadaan kering. Air dan udara akan lolos dengan mudah karena banyak terdapat
pori makro.
Struktur tanah disyarati oleh tekstur, adanya bahan organik dan bahan-
bahan perekat lain, serta nisbah antara berbagai kation yang ada dalam tanah.
Struktur tanah berpengaruh merajai atas regim udara dan air dalam tanah, antara
hidrolik dan konsekuensinya yang berpengaruh atas pertumbuhan akar dan
kegiatan bilogi dalam tanah.
Pembasahan, pengeringan, pengolahan tanah dan aktivitas biologis,
semuanya berperan dalam pengrusakan dan pembangunan agregat-agregat
tanah.
C. Kadar Lengas Tanah
50
1. Hasil Pengamatan
a. Lengas Tanah Kering Angin
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Lengas Tanah Kering
Ctka
(mm)
a (gram) b (gram) c (gram) KL (%)
KL Rata-rata
(%)
0,5
54,189 59,095 58,445 15,273
15,299
56,414 61,366 60,708 15,324
2
53,758 58,804 58,100 16,214
16,156
53,094 57,984 57,306 16,097
Lolos 2
37,185 42,074 41,693 8,452
11,891
52,610 57, 673 57,000 15,330
bongkahan
57,910 62,444 62,166 6,53
11,498
55,143 60,165 59,455 16,466
Sumber : Laporan Sementara
b. Kapasitas Lapangan
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Kapasitas Lapang
Ctka
(mm)
Ulangan
a
(gram)
b
(gram)
c
(gram)
KL (%)
KL Rata-rata
(%)
2
I 53,737 58,823 57,151 47,812
46,697
II 53,777 58,868 57,274 45,582
Sumber : Laporan Sementara
c. Lengas Maksimum
Tabel 4.8 Hasil Penangamatan Lengas Maksimum
Ctka
(mm)
a (gram) b (gram) c (gram) d (gram)
KL Maksimum
(%)
2 76,202 116,984 69,174 43,936 61,59
Sumber : Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan
a. Lengas Tanah Kering Angin
51
1. Kadar Lengas Ctka 0,5 mm
Ulangan I =
% 100

a c
c b
=
% 100
189 , 54 445 , 58
445 , 58 095 , 59

=
% 100
256 , 4
65 , 0

= 15,273%
Ulangan II =
% 100

a c
c b
=
% 100
414 , 56 708 , 60
708 , 60 366 , 61

=
% 100
294 , 4
658 , 0

= 15,323%
KL 0,5mm
rata-rata
=
2
KLII KLI +
=
2
% 323 , 15 % 273 , 15 +
= 15,298%
2. Kadar Lengas Ctka 2 mm
Ulangan I =
% 100

a c
c b
=
% 100
758 , 53 100 , 58
100 , 58 804 , 58

=
% 100
342 , 4
704 , 0

52
= 16,214%
Ulangan II =
% 100

a c
c b
=
% 100
094 , 53 306 , 57
306 , 57 984 , 57

=
% 100
212 , 4
678 , 0

= 16,097%
KL ctka 2mm
rata-rata
=
2
KLII KLI +
=
2
% 097 , 16 % 214 , 16 +
= 16,156%
3. Kadar Lengas Ctka lolos 2 mm
Ulangan I =
% 100

a c
c b
=
% 100
185 , 37 693 , 41
693 , 41 074 , 42

=
% 100
508 , 4
381 , 0

= 8,452%
Ulangan II =
% 100

a c
c b
=
% 100
610 , 52 000 , 57
000 , 57 673 , 57

=
% 100
39 , 4
673 , 0

= 15,330%
53
KL ctka lolos 2mm
rata-rata
=
2
KLII KLI +
=
2
% 330 , 15 % 452 , 8 +
= 11,891%
4. Kadar Lengas Bongkahan
Ulangan I =
% 100

a c
c b
=
% 100
910 , 57 166 , 62
166 , 62 444 , 62

=
% 100
256 , 4
278 , 0

= 6,53%
Ulangan II =
% 100

a c
c b
=
% 100
143 , 55 455 , 59
455 , 59 165 , 60

=
% 100
312 , 4
71 , 0

= 16,466%
KL bongkahan
rata-rata
=
2
KLII KLI +
=
2
% 466 , 16 % 53 , 6 +
= 11,498%
b. Kapasitas Lapang
Kapasitas Lapang ctka 2 mm
54
Ulangan I =
% 100

a c
c b
=
% 100
737 , 53 151 , 57
151 , 57 823 , 58

=
% 100
414 , 3
672 , 1

= 48,97%
Ulangan II =
% 100

a c
c b
=
% 100
777 , 53 274 , 57
274 , 57 868 , 58

=
% 100
497 , 3
594 , 1

= 45,582%
Kapasitas Lapangan ctka
rata-rata

=
2
KLII KLI +
=
2
% 582 , 45 % 97 , 48 +
= 47,276%
c. Lengas Maksimum
Ctka 2mm =
( ) ( )
( )
% 100


d c
d c a b
=
( ) ( )
( )
% 100
936 , 43 174 , 69
936 , 43 174 , 69 202 , 76 984 , 116


=
% 100
238 , 25
238 , 25 782 , 40

=
% 100
238 , 25
544 , 15

55
= 61,59%
3. Pembahasan
Lengas tanah perlu di ketahui keadaannya untuk pertumbuhan tanaman,
sehingga perlu di tetapkan keadaan air tanah antara lain kadar air total,
kapasitas lapang, dan titik layu permanen. Air tanah berfungsi sebagia pelarut
unsur hara dalam tanah, membawa unsur hara ke permukaan akar tumbuhan,
mengangkut unsur hara yang diserap akar ke seluruh tubuh tumbuhan. Selain
itu, lengas tanah juga mempunyai hubungan dengan kation, dekomposisi bahan
organik, serta kegiatan mikroorganisme. Pada praktikum Kesuburan Tanah ini,
kita dapat mengetahui Keadaan Lengas Tanah khususnya pada tanah Entisol.
Kadar lengas terdiri dari lengas higrokopis, lengas gravitasi dan lengas kapiler.
Kadar lengas tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sifat tanah, faktor
tumbuh dan dan iklim. Faktor sifat tanah yang berpengaruh terhadap kadar
lengas antara lain tekstur, struktur dan bahan organik.
Kadar lengas pada tanah inseptisol yang memiliki diameter 0,5 mm
adalah 15,299 %, yang berdiameter 2 mm adalah 16,097 %, yang lolos 2 mm
adalah 11,891 % dan yang bongkahan adalah 11,498 %. Diameter dari partikel
tanah berpengaruh terhadap besarnya kadar lengas, yaitu pada diameter kecil
memiliki kadar lengas yang cenderung besar. Hal ini disebabkan karena
semakin kecil ukuran partikel tanah maka akan semakin luas permukaan tanah
yang dimiliki oleh partikel tanah tersebut, sehingga akan semakin banyak air
yang dapat diikat oleh partikel tanah. Begitu pula sebaliknya, dengan semakin
besar partikel tanah maka akan semakin sempit luas permukaan tanahnya yang
menyebabkan daya serapnya menjadi kecil.
Besarnya kapasitas lapang Tanah Inceptisol diperoleh 46,697%. Ini
berarti bahwa jumlah kandungan (% air) di dalam tanah sesudah air gravitasi
turun sama sekali adalah sebesar 46,697%. Pada keadaan ini, tanah
mengandung air yang terbanyak bagi tanaman. Pada pori makro diisi oleh udara
sedangkan pada pori mikro diisi sebagian air atau seluruhnya. Adapun faktor
56
yang mempengaruhi kapasitas lapang, yaitu kandungan bahan organik yang
telah mengalami proses pelapukan pada tanah karena bahan organik
mempunyai kemampuan untuk merekat agregat dan mengikat air dalam pori
tanah.
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur
tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil
daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada
tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur
lempung atau liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman.
Pada tanah inseptisol kandungan bahan organiknya rendah sehingga
kadar lengas kapasitas lapangnya juga rendah. Selain kandungan bahan organik,
jenis koloid juga mempengaruhi kapasitas lapang, karena koloid mempunyai
kemampuan mengikat air yang besar. Tekstur tanah yang halus mempunyai
kadar lengas yang tinggi dibandingkan dengan tekstur yang kasar. Ini
dikarenakan tekstur halus mempunyai luas permukaan yang besar sehingga
kemampuan mengikat airnya juga besar, begitu pula sebaliknya. Untuk struktur
tanah dengan pori-pori halus, kadar lengas kapasitas lapangnya lebih besar dari
pada kapasitas lapangan pada struktur tanah dengan pori-pori kasar.
Selain dapat mengukur kadar lengas dan kapasitas lapangan pada
praktikum ini juga menganalisis besarnya kapasitas lengas maksimum dan
diperoleh sebesar 61,59%, artinya bahwa jumlah air hujan maksimal yang dapat
ditampung oleh tanah setelah hujan besar turun adalah sebesar 61,59% atau
keadaan dimana semua pori tanah baik makropori maupun mikropori terisi oleh
air sehingga tanah jenuh air sebesar 61,59%.
Tanah bertekstur liat mempunyai luas permukaan yasng lebih besar
sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah
bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar.
57
Tanah bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga
sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara.
D. Konsistensi Tanah
1. Hasil Pengamatan
a. Batas Cair
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan KL Batas Cair
Ctka
(mm)
Jumlah
Ketukan
Ulangan
a
(gram)
b
(gram)
c
(gram)
KL
(%)
KL
rata(%)
0,5
> 10 - <
25
I 55,126 58,975 57,687 50,3
55,58
II 57,35 60,76 59,47 60,85
2
> 25 - <
45
I 55,098 59,351 57,926 50,4
51,8
II 58.02 61,42 60,24 53,2
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Data Batas Cair
No
Jumlah
Ketukan
Ketukan x (log) y (KL) xy x
2
Rata-
rata
1 > 10 - < 25
I 16 1,204
1,29 55,58 71,7 1,67
II 24 1,38
2 > 25 - < 45
I 38 1,58
1,6 51,8 82,9 2,56
II 42 1,62
2,89 107,38 154,6 4,23
Sumber : Laporan Sementara
b. Batas Lekat
Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Batas Lekat
Ctka
(mm)
Ulangan
a
(gram)
b
(gram)
c
(gram)
KL
(%)
KL Rata-rata
(%)
0,5
I 54,179 54,307 54,274 34,7
35,2
II 56,393 56,606 56,550 35,7
Sumber : Laporan Sementara
c. Batas Gulung
Tabel 4.12 Hasil Pengamtan Batas Gulung
58
Ctka
(mm)
Ulangan
a
(gram)
b
(gram)
c
(gram)
KL
(%)
KL Rata-rata
(%)
0,5
I 57,929 58,355 58,229 42
40,2
II 57,631 58,356 58,155 38,4
Sumber : Laporan Sementara
d. Batas Berubah Warna
Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Batas Berubah Warna
Ctka
(mm)
Ulangan a (gram)
b
(gram)
c
(gram)
KL
(%)
KL Rata-rata
(%)
0,5
I 52,814 54,457 54,168 21,3
22,4
II 52,560 54,120 53,823 23,5
Sumber : Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan
a. Batas Cair
KL >10-<25 ulangan I =
% 100

a c
c b
=
% 100
126 , 55 687 , 57
687 , 57 975 , 58

=
% 100
561 , 2
288 , 1

= 50,3%
KL >10-<25 ulangan II =
% 100

a c
c b
=
% 100
35 , 57 47 , 59
47 , 59 76 , 60

=
% 100
12 , 2
29 , 1

= 60,85%
Rata-rata KL >10-<25 =
2
% 85 , 60 % 3 , 50 +
= 55,58%
59
KL >25-<45 ulangan I =
% 100

a c
c b
=
% 100
098 , 55 926 , 57
926 , 57 351 , 59

=
% 100
828 , 2
425 , 1

= 50,4%
KL >25-<45 ulangan II =
% 100

a c
c b
=
% 100
02 , 58 24 , 60
24 , 60 42 , 61

=
% 100
22 , 2
18 , 1

= 53,2%
Rata-rata KL >25-<45 =
2
% 2 , 53 % 4 , 50 +
= 51,8%
X
rata-rata
=
( )
n
x

=
2
89 , 2
= 1,45
Y
rata-rata
=
( )
n
y

=
2
38 , 107
= 53,7
X
Rata-rata.
Y
Rata-rata
=
7 , 53 45 , 1
60
= 77,87
b =
( ) ( )
( ) ( )
2
x n x
y x n xy
2


=
( )
1 , 2 . 2 23 , 4
87 , 77 2 6 , 154

=
2 , 4 23 , 4
7 , 155 6 , 154

03 , 0
7 , 1

67 , 56
y
x b a +
a
x b y
( ) 45 , 1 67 , 56 7 , 53
( ) 17 , 82 7 , 53
87 , 135
Persamaan Regresi
Misal y = 0, y bx a +

( ) x 67 , 56 87 , 135 +
x 67 , 56 87 , 135

67 , 56
87 , 135
x
398 , 2
x = 0,
y
bx a +
( )( ) 0 67 , 56 87 , 135 +
87 , 135
Titik Potong Sumbu x = (2,398 ; 0)
Sumbu y = (0 ; 135,87)
x log 25
39 , 1

bx a y +
( )( ) 39 , 1 67 , 56 87 , 135 +
( ) 77 , 78 87 , 135 +
1 , 57
61
Y
X

Gambar : Grafik Batas Cair
135,87
57,1
1,39 2,398
62
b. Batas Lekat
Ulangan I =
% 100

a c
c b

% 100
179 , 54 274 , 54
274 , 54 307 , 54

=
% 100
095 , 0
033 , 0

= 34,7%
Ulangan II=
% 100

a c
c b
=
% 100
393 , 56 550 , 56
550 , 56 606 , 56

=
% 100
157 , 0
056 , 0

= 35,7%
Rata-rata =
2
KLII KLI +
=
2
% 7 , 35 % 7 , 34 +
= 35,2%
c. Batas Gulung
Ulangan I =
% 100

a c
c b
=
% 100
924 , 57 229 , 58
229 , 58 355 , 58

=
% 100
3 , 0
126 , 0

= 42%
63
Ulangan II=
% 100

a c
c b
=
% 100
631 , 57 155 , 58
155 , 58 356 , 58

=
% 100
524 , 0
201 , 0

= 38,4%
Rata-rata =
2
KLII KLI +
=
2
% 4 , 38 % 42 +
= 40,2%
d. Batas Berubah Warna
Ulangan I =
% 100

a c
c b
=
% 100
814 , 52 168 , 54
168 , 54 457 , 54

=
% 100
354 , 1
289 , 0

= 21,3%
Ulangan II=
% 100

a c
c b
=
% 100
560 , 52 823 , 53
823 , 53 120 , 54

=
% 100
263 , 1
297 , 0

= 23,5%
Rata-rata =
2
KLII KLI +
64
=
2
% 5 , 23 % 3 , 21 +
= 22,4%
3. Pembahasan
Konsistensi tanah adalah ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya
atau tekanan dari luaryang menggambarkan gaya kohesi (tarik menarik antar
partikel) dan adhesi (tarik menark antar partikel dan air) dengan berbagai
kelembaban tanah.
Konsistensi dipengaruhi oleh kadar air. Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi konsistensi ialah bahan penyemen agregat tanah bentuk dan
ukuran agregat tanah. Jadi, konsistensi berkaitan erat dengan dengan struktur
faktor-faktor yang menetukan struktur tanah seperti tekstur, macam lempung
dan kadar bahan organik.
Batas Cair sendiri merupakan kandungan lengas pada saat tanah menjadi
bersifat setengah mencair atau mulai mengalir atau menggelincir akibat
bekerjanya gaya-gaya dan tidak mampu mempertahankan keadaan asalnya.
Batas cair akan mempengaruhi nilai indeks kapasitas nilai PAM (Persediaan
Air Maksimum) dan juga nilai surplus. Dari hasil pengamatan, diperoleh hasil
KL
1
sebesar 50,3% dan KL
2
sebesar 60,85% dalam ketukan antara 10 hingga
kurang dari 25. Sehingga dioeroleh KL rata-rata sebesar 55,58%. Kemudian
pada pengukuran dalam ketukan antara lebih dari 25 hingga kurang dari 45
diperoleh hasil KL
1
sebesar 50,4% dan KL
2
sebesar 53,2%. Sehingga diperoleh
KL rata-rata sebesar 51,8%.
Batas Lekat merupakan kandungan lengas pada saat tanah mulai
melekat pada benda asing. Hasil pengukuran KL pada BL adalah BL
1
sebesar
34,7% dan BL
2
sebesar 35,7%. Dan dalam aplikasinya, batas lekat ini sangat
mempengaruhi nilai jangka olah tanah dan nilai surplus. Dari pencobaan
diperoleh hasil kadar lengas batas lekat sebesar 35,2%, itu artinya tanah
65
Inseptisol yang digunakan sebagai sampel pada praktikum menpunyai
kemampuan untuk melekat dengan benda lain sebesar 35,2%.
Batas gulung menunjukkan kandungan lengas pada saat tanah mulai
berubah dari gembur menjadi konsistensi plastisitas. Besarnya nilai batas
gulung mempengaruhi besarnya nilai indeks plastisitas, dan jangka olah.
Awalnya tanah digulung-gulung di atas lempeng kaca, hingga terdapat bagian
yang retak kemudian di oven. Selanjutnya tanah beserta botot timbang dan
penutupnya ditimbang dan dianalisis kadar lengasnya. Dari hasil pengukuran
menunjukkan kadar lengas pada batas gulung (BG)
1
sebesar 42% dan BG
2
sebesar 38,4%. Sehingga diperoleh BG rata-rata sebesar 40,2%. Batas gulung
ini mempunyai ciri khas, bahwa tidak semua tanah mempunyai batas gulug.
Dengan tidak terbentuknya gulungan pada tanah pasiran, tanah juga tidak
mempunyai indeks plastisitas.
Batas berubah warna ditunjukkan dengan keadaan lengas tanah tepat
pada saat terjadi perubahan warna dari gelap ke terang. Pada percobaan yang
telah dilakukan, untuk mencari KL pada BBW yaitu dengan meratakan pasta
tanah pada papan kayu hingga berbentuk elips, di mana yang tepi lebih tipis
dari yang tengah. Papan datar yang dilapisi pasta tanah didiamkan mengering
tanpa pemanasan sinar matahari lansung, kemudian diambil pada batas beda
warnanya. Warna yang jelas berbeda dari warna semula diambil dan kemudian
dianalisis kadar lengasnya dengan cara dioven terlebih dahulu. Dari perhitungan
diperoleh nilai KL pada batas berubah warna sebesar 22,4%, yang artinya
kemampuan tanah untuk berubah warna adalah sebesar prosentase tersebut yang
dipengaruhi lengas tanah.
Apabila kadar lengas suatu tanah lebih kecil dari nilai BBW, maka tanah
tersebut tidak dapat digunakan oleh tanaman. Dari hasil percobaan didapatkan
urutan batas dari yang paling besar yaitu batas cair, batas gulung, batas lekat,
dan batas berubah warna. Seharusnya batas cair, batas lekat, batas gulung, dan
batas berubah warna. Hal ini disebabkan sampel tanah yang digunakan
66
pratikum telah diolah dalam kurun waktu yang lama maka unsur yang
dikandungnya telah berubah selain itu juga karena pola tanam yang intensif
sehingga hasil pengamatan tidak sesuai dengan teori yang ada.
Konsistensi dipengaruhi oleh kadar air tanah. Faktor-faktor lain yang
menyumbang adalah bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran
agregat, serta tingkat agregasi. Jadi, konsistensi berkaitan erat dengan faktor-
faktor yang menentukan struktur tanah, seperti takstur, macam-macam
lempung, dan BO. Tanah bertekstur sama dapat berbeda konsistensinya karena
berbeda macam lempungnya (Tejoyuwono, 1998).
E. pH Tanah
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.14 Hasil Pengamatan pH Tanah
Ctka (mm)
pH
H
2
O KCl
0,5 5,8 4,7
Pengharkatan
Agak
Masam
Masam
Sumber : Laporan Sementara
2. Hasil Analisis Penagamatan
pH H2O = 5,8 (termasuk agak masam)
pH KCl = 4,7 (termasuk masam)
Dari data di atas maka pH H
2
O > pH KCL dan tanah inceptisol
termasuk tanah agak masam.
3. Pembahasan
pH tanah adalah derajat kemasaman suatu tanah. Kemasaman dan
kebasaan merupakan cerminan kadar baik ion H
+
maupun ion OH
-
. Dalam
pengukuran pH tanah terdapat pengukuran pH aktual dan pH potensial. pH
actual (H
2
O) pada sampel tanah inseptisol adalah 5,8 termasuk agak masam
sedangkan pH potensialnya (KCl) sebesar 4,7 termasuk masam. Terlihat bahwa
67
pH H
2
O lebih tinggi dibandingkan pH KCl. Pelarut pada KCl lebih rendah jika
di bandingkan dengan pelarut H
2
O dikarenakan garam KCl akan melepas H
+
dari kompleks jerapan, sehingga tanah akan lebih masam. Tanah yang masam
karena kandunganH
+
yang tinggi dan banyak ion Al
3+
yang bersifat masam
karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H
+
. Dengan menggunakan
H
2
O dan KCl, pH H
2
O dihasilkan lebih tinggi dari pH KCl. Hal ini disebabkan
karena kemasaman yang di ukur dengan menggunakan H
2
O adalah kemasaman
aktif sedangkan pH KCL mengukur kemasan aktif dan kemasaman potensial.
KCl mampu mengukur mengukur aktivitas H
+
yang ada diluar tanah
disebabkan karena ion K
+
yang berasal dari KCl dapat ditukar dengan ion H
+
,
sedangkan hal tersebut tidak berlaku untuk H
2
O.
Pengaruh penambahan bahan organik terhadap pH tanah dapat
meningkatkan atau menurunkan tergantung oleh tingkat kematangan bahan
organik yang kita tambahkan dan jenis tanahnya. Penambahan bahan organik
yang belum masak (misal pupuk hijau) atau bahan organik yang masih
mengalami proses dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH
tanah, karena selama proses dekomposisi akan melepaskan asam-asam organik
yang menyebabkan menurunnya pH tanah. Namun apabila diberikan pada tanah
yang masam dengan kandungan Al tertukar tinggi, akan menyebabkan
peningkatan pH tanah, karena asam-asam organik hasil dekomposisi akan
mengikat Al membentuk senyawa komplek (khelat), sehingga Al
-
tidak
terhidrolisis lagi. Ketersediaan P juga dipengaruhi sangat nyata oleh pH .
Pelapukan masam tanah membebaskan basa dari mineral tanah secara
cepat apabila didukung dengan daya lindi yang kuat maka akan terbentuk tanah
yang miskin hara dan Al Fe serta Mn yang tinggi dapat meracun tanaman.
Kerentanan terhadap erosi membuat tanah akan semakin cepat berkurang
kesuburannya terutama pada lapisan atas dan akan terakumulasi di bagian yang
lebih rendah.
68
Kemasaman tanah dapat ditanggulangi dengan cara pengapuran (kapur
tohor, batu kapur, dolomit) untuk menetralkan H
+
oleh OH
-
dan sekaligus
menambah kandungan Ca dan Mg. Penggulangan keasaman tanah dengan cara
pengpuran hanya mungkin dilakukan pada tanah-tanah yang hanya
mengandung koloid bermuatan permanen (permanent charge), sedangkan
pengapuran yang dilakukan pada tanah-tanah bereaksi asam yang menggandung
koloid bermuatan terubahkan (variable charge) sangat kecil kemungkiannya
untuk berhasil. Kalaupun berhasil, hanya bersifat sementara karena pH tanah
selalu akan kembali pada pH tanah semula (Sutanto, 2005).
F. Pertukaran Kation
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.15 Hasil Pengamatan Pertukaran Kation
Ctka
(mm)
cc HCl N HCl
Berat
Tanah
KPK
(cmol
(+)kg)
Pengharkatan
0,5 17 0,1 10 68 Sangat Tinggi
Sumber : Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan
cc HCL = 4 17
= 68
KPK = ( ) kg cmol
ah berat
nHCL ccHCL
/ 100
tan
+

( ) kg cmol / 100
10
1 , 0 68
+

( ) kg cmol / 100
10
1 , 0 68
+

( ) kg cmol / 100
10
8 , 6
+
69
= 68 cmol (+)/kg
3. Pembahasan
Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) adalah jumlah total kation yang
dapat dipertukarkan (cation exchangeable) pada permukaan koloid yang
bermuatan negatif.
KPK Tanah Inseptisol dari hasil percobaan didapatkan sebesar 68
cmol/kg. Artinya, kemampuan tanah tersebut dalam mempertukarkan kation
sebesar 68 per 0,1 gram tanah. Dapat disimpulkan bahwa KPK tanah inseptisol
pada sampel tanah ini termasuk sangat tinggi. Kation-kation yang telah dijerap
oleh koloid-koloid tersebut sangat sukar tercuci oleh air gravitasi dan dapat
diganti oleh kation lain yang terdapat dalam larutan tanah. KPK tanah
berbanding lurus dengan jumlah butir liat. Sehingga tebal selaput air yang
kompleks jerapannya berdaya menambat air hujan atau irigasi sangat tebal,
melawan pelindian hara, mengendalikan neraca hara dalam larutan tanah, dan
memberikan daya sangga kimia kepada tanah melawan perubahan besar pH.
KPK tanah berbeda-beda tergantung pada (1) kadar dan macam lempung (2)
kadar bahan organik dan senyawa-senyawa organik penyusun bahan organik.
Untuk mendapatkan KPK yang tinggi, memerlukan pemupukan kation
tertentu dalam jumlah yang banyak agar dapat tersedia bagi tanaman. Bila
diberikan pada tanah dalam jumlah sedikit maka kurang tersedia bagi tanaman.
Sebaliknya pada tanah-tanah yang ber-KPK rendah, pemupukan kation tertentu
tidak boleh banyak karena mudah tercuci bila diberikan dalam jumlah
berlebihan. Pemupukan kation dalam jumlah banyak pada tanah ber-KPK
rendah adalah tidak efisien.
Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan negatif sehingga
akan meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KPK). Bahan organik
memberikan konstribusi yang nyata terhadap KPK tanah. Sekitar 20 70 %
kapasitas pertukaran tanah pada umumnya bersumber pada koloid humus,
sehingga terdapat korelasi antara bahan organik dengan KPK tanah. Kapasitas
70
pertukaran kation penting untuk kesuburan tanah. Humus dalam tanah sebagai
hasil proses dekomposisi bahan organik merupakan sumber muatan negatif
tanah.
Pada prinsipnya semakin banyak pH suatu tanah, maka makin tinggi
pula kapasitas tukar kationnya. Begitu juga dengan kadar bahan organiknya,
apabila semakin tinggi kadar bahan organik tanah, maka semakin tinggi pula
kapasitas pertukaran kationnya. Sehingga antara kadar bahan organik dengan
kapasitas pertukaran kation berbanding lurus.
G. Bahan Organik
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.16 Hasil Pengamatan Bahan Organik
Ctka
(mm)
A (ml) B (ml) n FeSO
4
Berat
Tanah
(mg)
KL (%)
0,5 1,7 2 0,5 500 5,973
Sumber : Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan
Kadar C =
% 100
77
100
10
) (
100
100
3 ) (
4

+

mg BeratTanah
KL
FeSO N A B
=
% 100
77
100
10
500
299 , 15 100
100
3 5 , 0 ) 7 , 1 2 (

+

=
% 100
77 500
299 , 115
100
3 5 , 0 3 , 0



= 1,35%
Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar C pada tanah inceptisol termasuk
rendah.
BO = kadarC
58
100
71
= % 35 , 1
58
100

= 2,33%
Hasil tersebut menunjukkan bahwa BO yang terkandung pada tanah inceptisol
termasuk sedang.
3. Pembahasan
Bahan organik tanah merupakan penimbunan, terdiri dari pembentukan
baru sisa dan sebagian dari pembentukan baru sisa hewan dan tumbuhan.
Inseptisol adalah tanah yang belum matang yang perkembangan profil yang
lebih lemah dbandingkan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat
bahan induknya.
Dalam pada sampel tanah inseptisol kadar C termasuk rendah yaitu
1,35% sedangkan kandungan bahan organik termasuk sedang, yaitu 2,33%.
Kadar C pada tanah berpengaruh pada kadar bahan organik. Pada tanah
inceptisol kadar C rendah sehingga bahan organik yang terkandung sedang. Di
sekitar tanah inceptisol terdapat banyak tanaman. Dedaunan yang jatuh ke
permukaan tanah merupakan bahan pembentukan bahan organik. Selain itu di
dalam tanah inseptisol aktivitas mikroorganisme berperan dalam
menghancurkan sisa-sisa dedaunan. Karena kandungan bahan organiknya yang
sedang, maka pasokan utama unsur hara juga tinggi. Selain mempengaruhi
terhadap pasokan unsur hara, kandungan bahan organik juga berpengaruh
terhadap sifat fisik, biologi dan kimia tanah lainnya. Kandungan bahan organik
tanah yang sedang, tanah insptisol termasuk tanah yang subur. Sehingga tanah
inseptisol merupakan tanah yang cocok untuk lahan pertanian.
Faktor yang mempengaruhi ketersediaan bahan organik dalam tanah
adalah kedalaman tanah. Semakin ke bawah kadar bahan organik semakin
berkurang. Hal ini disebabkan akumulasi bahan organik terkontaminasi di
lapisan atas. Selain kedalaman tanah, suhu dan curah hujan juga mempengaruhi
kadar bahan organik dalam tanah. Semakin dingin di suatu daerah, kadar bahan
72
organik dan N semakin tinggi. Dan apabila kelembaban efektif meningkat,
kadar bahan organik dan N juga meningkat. Hal ini menunjukkan suatu
hambatan kegiatan organisme tanah. Faktor selanjutnya yaitu tekstur tanah.
Semakin tinggi jumlah liat maka semakin tinggi kadar bahan organik dan N.
Peran bahan organik yang lain, yang mempunyai arti praktis penting
adalah dampaknya terhadap penurunan laju erosi tanah. Hal ini dapat terjadi
karena akibat dari perbaikan struktur tanah yaitu dengan semakin mantapnya
agregat tanah, sehingga menyebabkan ketahanan tanah terhadap pukulan air
hujan meningkat. Di samping itu, dengan meningkatnya kapasitas infiltrasi air
akan berdampak pada aliran permukaan dapat diperkecil. sehingga erosi dapat
berkurang.
H. Kadar N, P, dan K pada Tanah
1. Hasil Pengamatan
a. N Total Tanah
Tabel 4.17 Hasil Pengamatan N Total Tanah
Ctka
(mm)
A B N NaOH
Berat Tanah
(mg)
KL (%)
0,5 0,1 0,2 0,1 1000 15,299
Sumber : Laporan Sementara
b. P Tersedia Tanah
Tabel 4.18 Hasil Pengamatan P Tersedia Tanah
Ctka
(mm)
Berat
Tanah
(g)
a b r
KL
(%)
Hasil
Tembakan
(X)
Ppm
P
(me)
0,5
0,5 -0,018 0,3004 0,9987 15,299 1,451 0,105
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 4.19 Larutan Standar P
73
X Y
0 0
0,1 0,057
0,2 0,114
0,4 0,313
0,6 0,462
0,8 0,629
1 0,778
Sumber : Laporan Sementara
c. K Tersedia Tanah
Tabel 4.19 Hasil Pengamatan K Tersedia Tanah
Ctka
(mm)
Berat
Tanah
(g)
a b c
KL
(%)
Hasil
Tembakan
(X)
Ppm
P
(me)
0,5
2,5 0,032 0,988 0,9976 15,299 0,43 67,41
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 4.20 Larutan Standar K
X Y
0 0
0,25 0,32
0,50 0,53
0,75 1,01
Sumber : Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan
a. N Total Tanah
N total =
) (
100
100
4 14 ) (
mg Tanah Berat
Tanah KLTersedia
NaOH N A B

+

74
=
500
299 , 15 100
100
4 14 1 , 0 ) 2 , 0 3 , 0 (

+

=
500
299 , 115
100
4 14 1 , 0 1 , 0


=
65 , 433
56 , 0
=
291 , 1
Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar N Total Tanah yang terkandung
pada tanah inceptisol termasuk rendah.
b. P Tersedia Tanah
Hasil tembakan (x) = 1,451
Rumus: y = a + bx
y = -0,018 + 0,3004x
y = -0,018+ 0,3004(1,451)
y = -0,018+ 0,436
y = 0,418
ppm P =
) (
100
100
70 tan tan
gr Tanah Berat
KL
ah PpmPLaru

=
5 , 0
299 , 15 100
100
70 418 , 0

=
434 , 0
63 , 14
= 67,41 ppm
Hasil tersebut menunjukkan bahwa P tersedia tanah yang terkandung pada
tanah inceptisol termasuk sangat tinggi.
Y
75
X
Gambar : Grafik Larutan Standar P
c. K Tersedia Tanah
Rumus : y = a + bx
y = 0,013 + 0,0256(0,16)
y = 0,017096
K tersedia tanah =
) (
100
100
1000
50
5
50
tan
mg BeratTanah
KL
Tanah ppmklaru

+

=
5 , 2
299 , 15 100
100
1000
50
5
50
457 , 0

+

0,1 0,2 0,4 0,6 0,8
1
1,45
0,1
0,05
0,11
0,46
0,31
0,63
0,78
76
=
5 , 2
299 , 115
100
05 , 0 10 457 , 0


=
168 , 2
2285 , 0
= 0,105 me
Hasil tersebut menunjukkan bahwa K tersedia tanah yang terkandung pada
tanah inceptisol termasuk rendah.
Y
77
X
Gambar Grafik Larutan Standar K
3. Pembahasan
Unsur N, P, dan K adalah unsur esensial yang dimana tidak dapat
digantikan oleh unsur lain. Dan jika kekurangan unsur ini dapat menganggu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk menambah kesediaan unsur-
unsur ini dalam tanah dapat dilakukan dengan jalan pemupukan dengan pupuk-
pupuk yang memiliki atau mengandung unsur-unsur ini baik N, P, dan K.
Besarnya N, P, dan K dalam tanah di pengaruhi oleh beberapa faktor salah
satunya adalah pH tanah (Sudarsono, 2004).
Kapasitas tanah menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan tanamaan
adalah relative terbatas dan sangat tergantung dari sifat dan ciri tanah tersebut.
Pada tanah inseptisol yang dijadikan sampel memiliki kandungan N, P, K yang
relative rendah. N total tanah rata-rata 1,291 %, P tersedia rata-rata 67,41 ppm
dan K tersedia 0,105 me. Dari ketiga unsur tersebut, kandungan unsur hara yang
paling besar adalah unsur hara P.
Unsur N dan P sama-sama bersifat mobil. Untuk kadar P lebih besar dari
kadar K disebabkan beberapa faktor yaitu di daerah dengan curah hujan tinggi
dan temperatur tinggi maka tingkat pelepasan/pencucian unsur K juga tinggi.
0,25 0,5 0,75 0,43
0,32
0,53
1,01
78
Unsur K juga bersifat luxury consumption yaitu unsur yang diserap banyak oleh
tanaman akan tetapi digunakan dalam jumlah yang sedikit. Unsur K yang
terjerap tidak dapat digantikan dengan pertukaran kation dan baru dapat terlepas
lagi dengan pembasahan atau penggenangan yang bertahap. Pengaruh bahan
organik terhadap ketersediaan P dapat secara langsung melaui proses
mineralisasi atau secara tidak langsung dengan membantu pelepasan P yang
terfiksasi. Ketersediaan P di dalam tanah dapat ditingkatkan dengan
penambahan bahan organik melalui 5 aksi (1) Melalui proses mineralisasi
bahan organik terjadi pelepasan P mineral (PO4
3-
); (2) Melalui aksi dari asam
organik atau senyawa pengkelat yang lain hasil dekomposisi, terjadi pelepasan
fosfat yang berikatan dengan Al dan Fe yang tidak larut menjadi bentuk terlarut,
(3) Bahan organik akan mengurangi jerapan fosfat karena asam humat dan asam
fulvat berfungsi melindungi sesquioksida dengan memblokir situs pertukaran;
(4). Penambahan bahan organik mampu mengaktifkan proses penguraian bahan
organik asli tanah; (5) Membentuk kompleks fosfo-humat dan fosfo-fulvat yang
dapat ditukar dan lebih tersedia bagi tanaman, sebab fosfat yang dijerap pada
bahan organik secara lemah. Bentuk ion P dalam tanah juga sangat tergantung
pada pH larutan. Pada pH agak tinggi (basa) ion HPO
4
2-
adalah dominan. Bila
pH tanah turun ion HPO
4
2-
dan HPO
4

akan dijumpai bersamaan. Makin masam
reaksi tanah ion HPO
4
2-
lah yang domain.
Kandungan hara N, P dan K sangat menentukan kualitas bahan organik.
Nisbah C/N dapat digunakan untuk memprediksi laju mineralisasi bahan
organik. Bahan organik sumber nitrogen (protein) pertama-tama akan
mengalami peruraian menjadi asam-asam amino yang dikenal dengan proses
aminisasi, yang selanjutnya oleh sejumlah besar mikrobia heterotrofik mengurai
menjadi amonium yang dikenal sebagai proses amonifikasi. Amonifikasi ini
dapat berlangsung hampir pada setiap keadaan, sehingga amonium dapat
merupakan bentuk nitrogen anorganik (mineral) yang utama dalam tanah
(Tisdel dan Nelson, 1974). Nasib dari amonium ini antara lain dapat secara
79
langsung diserap dan digunakan tanaman untuk pertumbuhannya, atau oleh
mikroorganisme untuk segera dioksidasi menjadi nitrat yang disebut dengan
proses nitrifikasi. Nitrifikasi adalah proses bertahap yaitu proses nitritasi yang
dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas dengan menghasilkan nitrit, yang segera
diikuti oleh proses oksidasi berikutnya menjadi nitrat yang dilakukan oleh
bakteri Nitrobacter yang disebut dengan nitratasi. Nitrat merupakan hasil
proses mineralisasi yang banyak disukai atau diserap oleh sebagian besar
tanaman budidaya. Namun nitrat ini mudah tercuci melalui air drainase dan
menguap ke atmosfer dalam bentuk gas (pada drainase buruk dan aerasi
terbatas) (Killham, 1994). Ketersediaan N banyak diharapkan dari proses
nitrifikasi yang dibantu oleh jasad mikro. Beberapa unsur hara lainnya seperti P
dan S juga diharapkan dari mineralisasi bahan organik. Proses mineralisasi
umumnya, nitrifikasi khususnya berkaitan erat dengan jasad mikro.
I. Pengamatan Omission Test Pada Tanaman Jagung
1. Hasil Pengamatan
Data Rekapan Omission Test 2010
No
.
Perlakuan Daun Tinggi Akar Keterangan
80
1. T1L0M0 Warna daun
kuning, Bercak-
bercak di dasar
daun, Warnanya
menguning pada
tepi daun
Agak loyo. Pada
daun tua warna
daun kuning, dan
ada yang
berwarna lebih
muda.
88 cm Panjang akar
35 cm, dan
terdapat
bintil akar
pada tanaman
yang satu,
dengan
jumlah 5 buah
2. T1L0M1 Daun dari tepi
berwarna kuning
seperti terbakar,
dan terdapat
bercak putih.
Tinggi 82
cm
Panjang akar
43 cm dengan
2 buah bintil
akar
3. T1L0M2 Tepi daun
mongering,
mengalami
nekrosis bintik-
bintik putih, daun
muda berwarna
kuning, ujung
batang mongering,
pangkal batang
mengering
Dan daun
sebagian layu
84,5 cm. Panjang akar
15cm dengan
1 buah bintil
akar.
81
4. T1L0M3 Daun menguning,
tepi-tepi daun
mengering
berwarna coklat
makin ke tengah
makin kuning,
batang berwarna
keungu-unguan,
akarnya ada bintil-
bintil sedikit,
seharusnya tidak
ada, diduga media
tanah kurang steril
83 cm. Panjang akar
22 cm dengan
1 bintil akar
5. T1L0M4 Daun bagian
bawah kuning,
daun kecil-kecil,
kusam dan ada
ulatnya.
40 cm Panjangnya
21 cm, tanpa
bintil
6. T1L1M0 Daun tidak kering
berwarna kuning
tidak merata ada
pada bagian
pinggir
(mayoritas) dan
bercak-bercak
kuning pada daun
Kahat N, P dan K
Daun tidak kering
berwarna hijau
dengan bintik-
bintik putih yang
merata pada
permukaan daun
54 cm 18 cm tanpa
bintil
7. T1L1M1 Daun berwarna
hijau, coklat dan
55,5 cm Panjang akar
28 cm dengan
82
sebagian daun
nampak
kekuningan serta
sebagian daun
kering pada
ujungnya.
bintil akar
berjumlah 3
buah.
8. T1L1M2 Warna daun
kekuningan,
kering, sebagian
berwarna coklat
dan berlubang.
55,2 cm. Panjang akar
7,25 cm
dengan
jumlah bintil
akar 4 buah.
9. T1L1M3 Ujung daun
berwarna kuning
dan kering daunya
jarang, mengering
dari pinggir,
warna hijau pucat,
dan warna batang
hijau kecoklatan.
Tinggi
tanamannya
92 cm.
Panjang akar
26 cm
Jumlah bintil
akar 4.
10. T1L1M4 Daun jarang
(jumlah sedikit,
berwarna hijau,
sebagian berwarna
kuning dan daun
tidak utuh, Batang
bagian atas
berwarna hijau,
bagian bawah
berwarna ungu
106 cm. Panjang akar
24 cm dengan
2 buah bintil
akar.
11. T2L0M0 Warna daun
menguning, tepi
daun seperti
terbakar dan
pertulangan
daunnya loyo,
terdapat bercak
kuning, pangkal
daun rapuh, tulang
daun putih dan
ujung daun
kuning.
62 cm Panjang akar
45 cm.
83
11. T2L0M1 Daun kelihatan
kering dan
terbakar pada sisi-
sisinya.
Permukaan daun
memperlihatkan
gejala klorotik
yang tidak merata
sehingga mudah
rontok dan
sebagian daun
kering
87 cm Panjang akar
64.5 cm
13. T2L0M2 Daun sebagian
kuning
kecoklatan,
dibagian
permukaan daun
dan batangnya,
Warna daun hijau
kekuningan, di
bagian permukaan
daun dan
batangnya, Ujung
daun berwarna
kuning/kekahatan
tanaman terletak
pada ujungdaun,
sebagian daun
kuning
kecoklatan,
dibagian
permukaan daun
dan batangnya.
83,4 cm Panjang akar
53.5 cm
14. T2L0M3 Daunnya menjadi
kering, ujung
daunnya berwarna
coklat, tepi
daunnya
bergelombang ,
dan terdapat
bercak-bercak
74 cm Panjangnya
yaitu 43,5 cm
84
coklat, daun
menggulung.
15. T2L0M4 Daun berwarna
coklat kekuningan
, layu, daun
menggulung dan
terdapat bercak
putih
45.4cm Pnjang
akarnya yaitu
12 cm.
16. T2L2M3 Rata-rata pucat
dan ujungnya
putih, sempit,
layu, terdapat
bercak coklat dan
putih, tulang daun
berwarna putih
Panjangnya
yaitu 65
cm.
panjang akar
yaitu 13 cm
dengan 3
buah bintil
akar.
Sumber : data tekapan
2. Analisis Hasil Pengamatan
3. Pembahasan
Tanaman merupakan organisme hidup yang dalam pertumbuhannya
membutuhkan asupan hara. Kebutuhan hara antara satu tanaman dengan tanaman
yang lain tentu berbeda-beda. Kebutuhan tanaman akan unsur hara sangat penting
bagi pertumbuhan tanaman. Kekuranagan suatu unsur hara pada tanaman akan
mengakibatkan gangguan tertentu pada tanaman tersebut. Gangguan karena
kekurangan unsur tersebut dapat dilihat dengan pada tanaman dengan melihat
tanda-tanda pada pertumbuhan tanaman.
Usaha untuk mengetahui gejala kekurangan/kekahatan unsur pada
tanaman disebut omission test. Metode ini akan memerlukan pemberian unsur
hara terhadap tanaman dengan menggurangi salah satu unsur hara sehingga
tanaman tersebut kekurangan dan menunjukkan gejala kekahatan akibat unsur
85
hara tersebut tidak terpenuhi bagi pertumbuhan tanaman. Dalam omission test ini
menggunakan pasir sebagai media tanam.
Pasir memiliki unsur hara yang jumlahnya sangat sedikit. Jika tanaman
dianam pada media ini tentu akan kekurangan suatu unsur. Kekurangan tanaman
akan suatu unsur akan memperlihatkan gejala tertentu. Gejala-gejala itulah yang
nantinya diamati dan dibandingkan.
Pada tanaman jagung dengan perlakuan tanpa diberi legin namun diberi
pupuk SP 36 dan KCl menunjukkan daun sebagian kuning kecoklatan, dibagian
permukaan daun dan batangnya, Warna daun hijau kekuningan, di bagian
permukaan daun dan batangnya, Ujung daun berwarna kuning/kekahatan
tanaman terletak pada ujungdaun, sebagian daun kuning kecoklatan, dibagian
permukaan daun dan batangnya.
Pada tanaman kacang tanah dengan perlakuan tanpa pemberian legin
dan pupuk anorganik menunjukkan warna daun kuning, Bercak-bercak di dasar
daun, Warnanya menguning pada tepi daungak loyo. Pada daun tua warna daun
kuning, dan ada yang berwarna lebih muda. Sedangkan pada tanaman jagung
dengan perlakuaan yang sama menunjukkan Warna daun menguning, tepi daun
seperti terbakar dan pertulangan daunnya loyo, terdapat bercak kuning, pangkal
daun rapuh, tulang daun putih dan ujung daun kuning. Tanaman yang di tanam
pada media pasir sangat memerlukan asupan unsur hara tamabahan. Apabila
tidak di beri legin maupun pupuk anorganik maka pertumbuhan tanaman akan
terganggu.
Pada kacang tanah dengan perlakuan tanpa pemberian legin namun
diberi pupuk NPK menunjukkan daun dari tepi berwarna kuning seperti terbakar,
dan terdapat bercak putih. Sedangkan pada tanaman jagung menunjukkan daun
kelihatan kering dan terbakar pada sisi-sisinya. Permukaan daun memperlihatkan
gejala klorotik yang tidak merata sehingga mudah rontok dan sebagian daun
kering.
86
Pada tanaman kacang tanah dengan pemberian legin dan pupuk
anorganik menunjukkan daun berwarna hijau, coklat dan sebagian daun nampak
kekuningan serta sebagian daun kering pada ujungnya. Sedangkan pada tanaman
jagung dengan pemberian mikoriza dan pupuk anorganik menunjukkan rata-rata
daun pucat dan ujungnya putih, sempit, layu, terdapat bercak coklat dan putih,
tulang daun berwarna putih
Pada tiap tanaman menimbulkan gejala kekahatan yang berbeda
walaupun mendapat pupuk yang sama disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya unsur nonesensial yang terkandung juga unsur-unsur yang lain yang
antar tanaman berbeda jumlahnya.

Anda mungkin juga menyukai