Anda di halaman 1dari 36

KONSEP DASAR AKUNTANSI

Konsep dasar pada umumnya merupakan abstraksi atau konseptualisasi karakteristik lingkungan tempat atau wilayah diterapkannya pelaporan keuangan. Berbagai sumber atau penulis mengajukan sehimpunan atau seperangkat konsep dasar yang isinya berbeda beda. Konsep dasar secara implisit melekat pada tiap penalaran dalam merekayasa akuntansi. Konsep dasar bersifat asumsi yang validitasnya tidak selalu dapat diuji tetapi bermanfaat sebagai basis penalaran. Berbagai sumber manyajikan daftar konsep dasar yang berbeda-beda karena perbedaan persepsi terhadap arti pentingnya suatu konsep untuk disebut sebagai konsep dasar. Konsep dasar yang satu dalam banyak hal merupakan turunan atau konsekuensi dari konsep dasar lainnya. Kesatuan usaha harus dianggap sebgai badan atau orang yang berdiri sendiri dan bertindak atas namanya sendiri serta terpisah dari pemilik. Fungsi manajemen terpisah dengan fungsi pemilikan sehingga diperlukan pertanggungjawaban dalam bentuk statemen keuangan. Kesatuan usaha dianggap akan berlangsung dan beroperasi terus dan tidak ada maksud untuk membubarkan. Statemen laba atau rugi menjadi statemen yang sangat penting untuk menilai kemempuan melaba sementara neraca merupakan sarana untuk menunjukkan sisa potensi jasa. Kos atau penghargaan sepakatan merupakan bahan olah akuntansi yang paling objektif setiap objek yang terlibat dalam transaksi atu kejadian harus dinyatakan dalam bahan olah iniagar dapat di proses secara lanjut. Kos merupakan pengukur atau pengkuantifikasian untuk menyatakan berbagai macam objek. Kos melekat pada objek kegiatan yang kontinues dalam upaya mendapatkan pendapatan akuntansi menggabungkan berbagai kos yang melekat pada komponen kegiatan tanpa memperhatikan nilai ekonomik baru yang melekat pada barang yang dihasilkan.

Penentuan konsep dasar menerut APB dipengaruhi oleh karakteristik lingkungannya dimana akuntansi keuangan beroperasi. Konsep dasar itu, melandasi prinsip akuntansi yang berlaku umum juga berfungsi sebagai fondasi bagi prinsip akuntansi lain, yang berlandaskan pada karakteristik lingkungan yang sama. Konsep dasar merupakan konsep yang dianut dan dijadikan dasar dalam penalaran dan perekayasaan. Konsep konsep dasar, elemen elemen, karakteristik dan keterbatasan akuntansi dan laporan keuangan , sebagaimana dinyatakan APB dalam statemen No 4, berturut- turut sebagai berikut : 1. Entitas akuntansi (accounting entity) Makna entitas atau kesatuan akuntansi adalah perusahaan dianggap sebagai entitas ekonomi dan entitas hokum yang terpisah dari pihak pihak yang berkepentingan, oleh karena itu informasi akuntansi hanya berhubungan dengan entitas dimaksud yang membatasi kepenmtingan para pemiliknya. 2. Kesinambungan ( going concern ) Suatu entitas akuntansi dipandang akan berjalan terus apabila tidak terdapat bukti sebaliknya. Hal itu, berarti bahwa perusahaan sebagai suatu kesatuan, dianggap akan melanjutkan usahanya berkesinambungan (going Concern), dimana sejak saat didirikannya tidak pernah ada niatan untuk dibubarkan. 3. Pengukuran sumber-sumber ekonomi dan kewajiban (Measurement of economic resources and obligations) Akuntansi perusahaan. 1. Periode akuntansi (Time Periods) keuangan, terutama berkepentingan dengan pengukuran (Measurement) atas seluruh sumber-sumber ekonomi dan kewajiban-kewajiban

Proses akuntansi keuangan ini, adalah untuk menyajikan informasi tentang aktivitas ekonomi perusahaan dalam periode waktu tertentu. 2. Pengukuran dalam nilai uang (Measurement in term of money) Akuntansi keuangan, menggunakan atribut pengukuran terhadap sumbersumber ekonomi dan kewajiban perusahaan serta seluruh perubahannya dalam satuan ukur uang (Term of money). 3. Dasar akrual (accrual) Penentuan hasil usaha periodik, dan posisi keuangan perusahaan itu, dipengaruhi oleh metode pengakuan dan pengukuran atas sumber-sumber ekonomi dan kewajiban perusahan, serta seluruh perubahannya pada saat realisasi penerimaan atau pengeluaran uang. 8. Harga pertukaran ( Exchange price ) Pengukuran dalam akuntansi keuangan terutama didasarkan pada harga pertukaran yaitu jumlah yang harus diterima atau dibayarkan dalam transaksi normal pada saat terjadinya. Elemen Elemen Laporan Keuangan. Elemen elemen laporan keuangan ( Basic Elemen ), berhubungan dengan perumusan arti atau makna dari item item neraca dan laba rugi, Yaitu : Elemen Elemen Neraca : 1. Aktiva Sumber sumber ekonomi perusahaan, termasuk biaya biaya yang telah terjadi yang dikui dan diukur berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Biaya biaya yang telah dikeluarkan atau yang telah terjadi, dimasukan pada beban yang ditangguhkan ( deffered charges ), yang diakui sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum. Namun, biaya tersebut tidk termasuk kategori sumber sumber ekonomi perusahaan dalam artifisial. 2. Kewajiban Pengorbanan pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan oleh perusahaan pada masa yang akan datang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa yang disebabkan oleh tindakan atau transaksi pada waktu lampau, yang diakui dan diukur berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kewajiban tersebut, termasuk kewajiban yang ditangguhkan pembayarannya ( deffered liability ) namun kewajiban yang dimaksudkan bukan merupakan kewajiban dalam artifisial. 3. Ekuitas Pemilik Selisih antara sumber sumber ekonomi dengan pengorbanan pengorbanan ekonomis perusahaan ekonomis perusahaan, atau selisih antara jumlah aktiva dan kewajiban perusahaan yang merupakan bagian dari hak pemilik. Namun hal xtersebut bukan suatu ukuran nilai perusahaan. Aktiva Kewajiban = Ekuitas Pemilik

Dalam hubungan itu, posisi keuangan perusahaan ( neraca ), yang meliputi ketiga elemen : 1. Aktiva 2. Kewajiban 3. Ekuitas Pemilik

Dan juga ada unsur unsur yang inheren, yaitu : ketidakpastian, komitmen, dan hal hal lainnya yang melekat pada perusahaan tertentu, dimana semua itu diperlukan pengungkapan yang cukup memadai sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.

Elemen Elemen Laporan Laba Rugi 1. Pendapatan Peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah kewajiban perusahaan, yang timbul dari transaksi penyerahan barang atau jasa, atau aktivitas usaha lainnya dalam suatu periode, yang diakui dan diukur berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2. Beban Penurunan jumlah aktiva atau kenaikan jumlah kewajiban perusahaan yang timbul dari konsekuensi transaksi pembelian barang atau jasa atau aktivitas usaha lainnya dalam suatu periode, yang diakui dan diukur berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 3. Laba Rugi Selisih lebih atau defisit antara jumlah pendapatan dengan beban dalam suatu periode akuntansi. Kenaikan atau penurunan tersebut, menambah atau mengurangi jumlah ekuitas pemilik perusahaan dalam satu periode akuntansi yang belaku umum.

Pendapatan beban = Laba ( Rugi ) Bersih

Karakteristik dan keterbatasan Akuntansi dan Laporan Keuangan Konsep dasar merupakan konsep yang dianut dan dijadikan dasar dalam penelaran dan perekayasaan. Disebut konsep dasar karena kalau konsep tersebut dianut akan mempunyai implikasi akuntansi tertentu. Konsep dasar dapat disebut dengan berbagai nama yaitu: 1. postulat 2. asumsi dasar

3. prinsip mendasar / umum 4. aksioma 5. doktrin 6. konvensi 7. fundamental 8. premis dasar 9. kendala SUMBER KONSEP DASAR IAI/IASC Ada dua konsep dasar (asumsi pelandas) yang disebut secara spesifik dalam rerangka konseptual IASC : basis akrual dan usaha berlanjut. Paul Grady Grady (1965) melakukan studi untuk menginventarisasi praktik akuntansi di Amerika untuk mengidentifikasi berbagai faktor lingkungan, kebiasaan, konsep, prinsip, praktek, metode, dan teknik yang membentuk teknik akuntansi berterima umum Amerika. Grady mengidentifikasi sepuluh konsep dasar yang dianggap melandasi praktek bisnis dan akuntansi di Amerika. Grady mendeskripsikan konsep dasar sebagai konsep yang mendasari kualitas kebermanfaatan dan keterandalan informasi akuntansi atau sebagai keterbatasan yang melekat pada statemen keuangan. Konsep dasar merupakan konsep yang mendasari kualitas kebermanfaatan dan keterandalan informasi akuntansi atau sebagai keterbatasan yang melekat pada statement keuangan.10 konsep dasar menurut Paul Grady adalah: 1. Struktur masyarakat dan pemerintah yang mengakui hak milik pribadi 2. Entitas bisnis spesifik 3. Usaha berlanjut 4. Penyimbolan secara moneter dalam seperangkat akuntansi

5. Konsistensi antara periode untuk entitas yang sama 6. Keanekaragaman perlakuan akuntansi diantara entitas independen 7. Konservatisma 8. Keterandalan data melalui pengendalian internal 9. Matearilitas 10. Ketepatwaktuan dalam pelaporan keuangan memerlukan taksiran Wolk, Tearney, dan Dodd Mendaftar empat (4) konsep yang dianggap sebagai postulat dan beberapa konsep lain sebagai prinsip berorientasi masukkan yaitu recognition, matching, conservatis, disclosure,materialty dan objectivity dan prinsip berorientasi keluaran yaitu comparability, materialty, dan uniformity. Keempat konsep yang dikategorikan sebagai postulat adalah : 1. Usaha berlanjut 2. Periode waktu 3. Entitas akuntansi 4. Unit Moneter Antony, Hawkins dan Merchant Mendaftar sebelas (11) konsep yang dijadikan sebagai basis dalam membahas statemen keuangan yaitu: 1. pengukuran dengan unit uang 2. entitas 3. usaha berlanjut 4. kos 5. aspek ganda 6. periode akuntansi 7. konservatisma 8. realisasi 9. penandingan

10. konsistensi 11. materialitas Konsep dasar 1 sampai 5 dikategorikan sebagai pelandasan statemen posisi keungan, sedangkan konsep dasar 6 sampai 11 dikategorikan sebagai pelandasan statemen laba rugi. Paton dan Littleton Seperangkat konsep dasar yang dikemukakan Paton dan Littleton (1970) merupakan konsep-konsep dasar yang dikenalkan sebelum sumber-sumber yang disebut sebelumnya. Buku Paton dan Littleton (P&L) yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1940 merupakan salah satu karya klasik yang mempengaruhi pemikiran akuntansi sesudah itu. Konsep konsep dasar yang dikemukakan P&L : 1. entitas bisnis atau kesatuan usaha 2. kontinuitas kegiatan atau usaha 3. penghargaan sepakatan 4. kos melekat 5. upaya dan capaian atau hasil 6. bukti terverifikasi dan objektif 7. asumsi Beberapa daftar diatas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tentang apa yang dimasukkan sebagai konsep dasar oleh berbagai sumber diatas. Perbedaan dapat terjadi karena perbedaan persepsi berbagai sumber tentang faktor lingkungan atau karena perbedaan pendefinisian makna atau status suatu konsep sebagai konsep dasar. Sebagai contoh, Grady menganggap bahawa hak milik pribadi merupakan suatu konsep dasar sedangkan penulis yang lain menganggap hak milik pribadi adalah suatu faktor lingkungan. P&L tidak memasukkan materialitas sebagai konsep dasar mungkin karena mereka mengaggaap bahwa materialitas lebih merupakan kriteria pemilihan informasi dan karenanya kurang

validitas sebagai konsep dasar. Demikian juga konsep taksiran tidak dimasukkan dalam konsep dasar karena konsep taksiran lebih merupakan keterbatasan informasi keuangan daripada konsep itu sendirinya adalah konsekuensi atau turunan dari konsep entitas bisnis demikian juga konsep periode waktu dan konsep akrual, keduanya sebenarnya adalah turunan konsep dasar penandingan upaya dan hasil. Untuk menunjukkan konsep yang maknanya sama sering kali juga digunakan beberapa istilah ynag berbeda misalnya : kesatuan akuntansi, kesatuan usaha, kesatuan, entitas, kesinambungan, berlangsung terus dan kontinuitas usaha. Suatu konsep dasar merupakan turunan atau konsekuensi logis dari konsep dasar yang lain sehingga terjadi perbedaan tentang banyaknya konsep-konsep yang masuk dalam seperangkat konsep dasar. Konsep sistem berapasangan misalnya, sebenar Konsep konsep yang diuraikan oleh P&L cukup lengkap karena dapat menjelaskan tentang faktor lingkungan dan praktik akuntansi yang berjalan pada jamannya. P&L juga menunjukkan kaitan antara konsep dasar yang satu dengan yang lain secara koheren, oleh karen itu, konsep dasar P&L dijadikan bahan bahasan utama karena menjelaskan konsep dasar lain yang merupakan turunannya dengan menunjukkan hubungan dengan konsep dasar P&L. Pembahasan konsep dasar terhadap standar atau praktik akuntansi, dan hal hal penting yang berkaitan dengan konseep dasar bersangkutan.

Karina Tjahyono (11206033) Konsep dasar Paton dan Littleton 1. Kesatuan Usaha

Konsep ini menyatakan bahwa perusahaan dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan usaha ekonomik yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri, dan kedudukannya terpisah dari pemilik atau pihak lain yang menanamkan dana dalam perusahaan dan kesatuan ekonomik tersebut menjadi pusat perhatian atau sudut pandang akuntansi. Berdiri sendiri dan bertindak atas namanya sendiri berarti bahwa suatu kesatuan atau badan usaha diperlakukan sebagai orang. Dengan demikian, konsep ini mempersonifikasikan badan usaha sehingga usaha dapat melakukan perbuatan hukum dan ekonomik atas nama badan tersebut dan bukan atas nama pemilik. Hubungan antara kesatuan usaha dan pemilik dipandang sebagai hubungan bisnis. Pemisahan kedudukan kesatuan usaha dan pemilik berarti bahwa fungsi manajemen terpisah dengan fungsi investasi. Kesatuan usaha menjadi sudut pandang akuntansi berarti bahwa akuntansi berkepentingan dengan pelaporan keuangan kesatuan usaha bukan pemilik. Dengan kata lain, kesatuan usaha menjadi kesatuan pelapor yang bertanggung jelas kepada pemilik. Statemen keuangan merupakan medium pertanggung jelasan. Batas kesatuan usaha dari segi akuntansi bukanlah kesatuan yuridis atau melainkan kesatuan ekonomik artinya akuntansi memperlakukan badan usaha sebagai suatu kesatuan ekonomik daripada kesatuan yuridis. Batas kesatuan ekonomik adalah kendali oleh satu manajemen. Oleh karena itu untuk menentukan kesatuan usaha sebagai pusat pertanggungjelasan keuangan, pertimbangan akuntansi adalah apakah secara ekonomik satu kegiatan usaha atau lebih dapat dianggap berdiri sendiri sebagai satu kesatuan. Kesatuan usaha

Management Berbuat dan bertindak Atas nama sendiri

terpisah pemilik

Akuntan

Dengan pengertian diatas, bila konsep usaha dianut, konsep ini mempunyai beberapa implikasi di bawah ini. Kesatuan usaha hanya merupakan salah satu kesatuan. Batas kesatuan Walaupun secara yuridis kesatuan usaha didukung keberadaannya, batas kesatuan usaha dari segi akuntansi bukanlah kesatuan yuridis atau hukum melainkan kesatuan ekonomik.artinya akuntansi memperlakukan badan usaha sebagai kesatuan ekonomik dari pada kesatuan yuridis. Batas kesatuan ekonomik adalah kendali oleh satu manajemen. Oleh karena itu, untuk menentukan kesatuan usaha sebagai pusat pertanggung jelasan keuangan, pertimbangan akuntansi adalah apakah secara ekonomik satu kegiatan usaha atau lebih dapat dianggap berdiri sendiri sebagai satu kesatuan. Implikasi konsep kesatuan usaha

1.1 Pengertian Ekuitas Hubungan antara kesatuan usaha terpisah dengan pemilik dan hubungan tersebut dipandang sebagai hubungan bisnis, konsep kesatuan usaha mempunyai implikasi terhadap pendefinisian ekuitas. Dari sudut pandang kesatuan usaha, ekuitas / modal merupakan utang /kewajiban perusahaan kepada pemilik. Hal ini berlawanan dengan pendefinisian secara struktursal bahwa ekuitas adalah hak residual pemilik terhadap aset bersih sebagaimana didefinisi dalam rerangka konseptual FASB. 1.2 pengertian pendapatan konsep kesatuan usaha dapat menjelaskan mengapa pendapatan dan untung didefinisikan sebagai kenaikan aset. Kalau ada aliran aset masuk yang terjadi karena perusahaan menjual barang atau menyerahkan jasa maka aset perusahaan akan bertambah. Kas masuk itulah yang disebut pendapatan. Pada saat terjadi pendapatan, pada saat yang sama utang unit usaha kepada pemilik bertambah yang berarti ekuitas bertambah, jadi pendapatan menambah ekuitas karena dengan konsep kesatuan usaha pendapatan sebagai kenaikan kas menimbulkan kenaikan utang kesatuan usaha kepada pemilik. 1.3 Pengertian biaya Definisi biaya sebagai penurunan aset atau timbulnya kewajiban dapat dijelaskan dengan konsep kesatuan usaha. Penyerahan produk dalam rangka menciptakan pendapatan yang dapat menyebabkan aset persediaan barang semakin berkurang. Berkurangnya aset inilah yang disebut biaya. Pada saat terjadinya biaya,utang kepada pemilik berkurang dan pemilik harus bersedia menanggung biaya tersebut karena kesatuan usaha dapat dikatakan bertindak untuk kepentingan pemilik.

Sesuai dengan gagasan P&L diatas, pendapatan dan biaya merupakan pendapatan dan biaya kesatuan usaha bukan pemilik. Oleh karena itu, pendapatan dan biaya tidak didefinisikan atas dasar perubahan ekuitas tetapi atas dasar perubahan aset. Bahwa pendapatan dan biaya mempengaruhi ekuitas merupakan akibat dianutkan konsep kesatuan usaha. Dengan kata lain pendapatan, biaya untung, dan rugi merupakan penyebab perubahan ekuitas. 1.4 Sistem berpasangan Sistem berpasangan atau aspek ganda dalam pencatatan dan pelaporan merupakan konsekuensi logis / turunan dari konsep kesatuan usaha. Hubungan bisnis antara manajemen. 1.5 Persamaan Akuntansi Dengan konsep kesatuan usaha, eleman pendapatan (serta untung) dan biaya (serta rugi) merupakan penyebab perubahan ekuitas. Hubungan fungsional antar buku besar ini dapat dinyatakan dengan persamaan akuntansi yang spesifik dan bukan persamaan aljabar. Persamaan tersebut dirumuskan sebagai berikut:

A=K+E+PB+ID

1.6 Statemen Keuangan berartikulasi

Artikulasi merupakan turunan atau konsekuansi dari konsep kesatuan usaha. Dengan artikulasi, akan selalu dapat ditunjukkan bahwa laba dalam statemen laba-rugi akan sama dengan laba dalam statemen berubahan ekuitas dan jumlah rupiah ekuitas akhir dalam statemen perubahan ekuitas akan sama dengan jumlah rupiah ekuitas dalam neraca. Dengan konsep kesatuan usaha. Pendapatan(P). Biaya(B). Laba(P-B) didefinisi sebagai perubahan aset yang menghasilkan posisi keuangan akhir. Hubungan ini dapat dilukiskan sbb: Posisi akhir : A* Posisi awal : A Perubahan : A = = = K* K K + + + E* E E akhirnya mempengaruhi ekuitas. Posisi keuangan awal digabung dengan perubahan akan

Akibat artikulasi, laporan laba-rugi merupakan sarana untuk melaporkan perubahan bersih aset dan kewajiban (aset bersih). Dengan demikian, laba merupakan konsekuensi pengukuran aset dan kewajiban sebagai fokus. Sementara itu, ekuitas merupakan akibat pengukuran perubahan aset bersih, sehingga tidak didefinisi secara semantic seperti aset dan kewajiban. 2. Kontinuitas Usaha Konsep kontinuitas usaha menyatakan bahwa tidak ada tanda-tanda atau gejala-gejala maupun rencana pasti di masa datang bahwa kesatuan usaha akan dibubarkan atau dilikuidasi. Sehingga akuntansi menganggap kesatuan usaha tersebut akan berlangsung sampai waktu yang tak terbatas.

Konsep ini dipertimbangkan pada saat penyusunan statemen keuangan atau pada saat akuntansi menghadapi pilihan dalam proses perekayasaan atau penyusunan standar.

Yang menjadi dasar validitas konsep ini adalah kenyataan bahwa kelangsungan hidup perusahaan di masa datang tidak pasti. Selain itu, konsep ini dianut akuntansi atas dasar penalaran bahwa kelangsungan hidup/kontinuitas perusahaan merupakan harapan normal/umum/logis, bukan untuk mati atau dilikuidasi. Perusahaan tidak didirikan untuk usaha yang berjangka pendek sehingga likuidasi bukan merupakan harapan yang umum dan masuk akal dalam pendirian perusahaan. 2.1 Arti Penting Laporan Periodik Dengan konsep kontinuitas usaha, perusahaan berusaha untuk maju dan berkembang dengan jalan menciptakan laba terus menerus dalam jangka panjang. Laba diperoleh melalui kegiatan menyerahkan barang/jasa yang menimbulkan aliran biaya sebagai aliran keluar aset (sumber ekonomik). Laba periodik dalam pelaporan keuangan menjadi informasi penting dalam menilai daya melaba (earning power) perusahaan. Daya melaba adalah rata-rata dalam jangka panjang tingkat imbalan periodic tertentu. Tingkat imbalan investasi periodic merupakan tingkat mendapatkan laba dengan tingkat sumber ekonomik tertentu yang diukur secara periodic. Daya melaba dipadang sebagai kecenderungan laba atau rata-rata tingkat imbalan investasi dalam jangka panjang 2.2 Kedudukan Statemen Laba-Rugi Statemen laba-rugi periodik merupakan penggalan pendapatan dan biaya dalam mengukur daya melaba jangka panjang, sehingga statemen laba-rugi dipandang sebagai statemen keuangan periodic bersifat tidak final. Implikasi konsep ini terhadap standar adalah adanya ketentuan penyajian statemen laba-rugi periodic secara komparatif/serial, paling tidak untuk 2 periode

berturut-turut. Fluktuasi laba tahunan adalah hal wajar sehingga untung/rugi luar biasa harus masuk dalam statemen laba-rugi all-inclusive. 2.3 Fungsi Neraca dan Penilain Elemennya Dengan konsep kontinutas usaha tujuan pelaporan pos neraca adalah untuk menunjukkan sisa potensi potensi jasa yang masih dimiliki kesatuan usaha untuk menghasilkan pendapatan dalam periode periode berikutnya. Proses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap pos neraca merupakan pengukuran sisa potensi jasa, sehingga akuntansi menilai pos pos neraca berdasarkan kos historis (historical cost principle concept ). 3. Penghargaan sepakatan Konsep ini menyatakan bahwa jumlah rupiah / agregat harga / penghargaan sepakatan yang terlibat dalam tiap transaksi merupakan pengukuran / bahan olah dasar akuntansi yang paling objectif terutama dalam mengukur sumber ekomonik yang masuk dan sumber ekonomik yang keluar. Sebagai konsekuensi, elemen elemen atau pos pos pelaporan keuangan diukur atas dasar penghargaan sepakatan tersebut. Konsep ini dilandasi pemikiran bahwa fungsi akuntansi adalah meneydiakan informasi yang berpaut dengan kegiatan perusahaan yang sebagian besar terdiri atas transaksi pertukaran dengan perusahaan lain. Penghargaan sepakatan merupakan dasar kuantifikasi berbagai jenis objek menjadi objek objek homogenus yang paling objektif untuk menyajikan hubungan antar objek yang bermakna. Penghargaan sepakatan tersebut akan dicatat dan diolah lebih lanjut dalam sisem akuntansi perusahaan untuk berbagai laporan manajerial dan statemen keuangan.

Dengan

pemahaman

seperti

digambarkan

diatas,

tujuan

akuntansiuntuk menyediakan jasa berupa data kuantitatif dasar (basic quantitative data) akanmencapai tingkat manfaat yang tinggi karena adanya kesatuan pengertian tentang bahan olah dasarnya. Jasa di Balik Kos Akuntansi menggunakan satuan mata uang karena satuan tersebut paling mudah untuk mengkuantifikasi objek atau jasa ke dalam satuan yang homogenus dan juga karena harga dalam satuan uang adalah cara yang sudah umum untuk menyatakan kesepakatan dalam pertukaran. Dari segi akuntansi, sebenarnya bukan uang atau harga itu sendiri yang mempunyai arti penting melainkan justru potensi jasa yang ada di balik angka koslah yang mempunyai arti penting. Potensi jasa tersebut adalah daya, kemampuan, atau Dari segi akuntansi, sebenarnya bukan uang atau harga itu sendiri yang mempunyai arti penting melainkan justru potensi jasa yang ada di balik angka koslah yang mempunyai arti penting. kapasitas yang kalau ditukarkan dapat menimbulkan daya, kemampuan, atau kapasitas lain yang kekuatannya (besarnya) paling tidak sama dengan yang sebelumnya dimiliki perusahaan yang direpresentasi dalam bentuk kos. Misalnya , kas Rp5.000.000 ditukarkan dengan mesin, ini berarti bahwa daya beli (kos Rp 5.000.000) ditukarkan dengan daya produksi (kos Rp 5.000.000). Keterbatasan Informasi Akuntansi Arti penting kos sebagai bahan olah akuntansi sebenarnya dapat dikenali keterbatasan akuntansi dalam memberikan informasi untuk kepentingan pengambilan keputusan. Informasi akuntansi merupakan sebagaian dari informasi yang mungkin dibutuhkan untuk pengembalian keputusan oleh pihak eksternal dan manajemen. Lebih dar itu, pertimbangan dan kebijakan didasarkan pada data akuntansi secara cukup mendalam, akhirnya keputusan yang dihasilkan akan mencerminkan juga

pengaruh data nonakuntansi dan akan diwarnai dengan hal-hal yang sangat kualitatif dan subjektif seperti ; tujuan secara keseluruhan, sasaran jangka pendek, peraturan pemerintah alasan politik, dan sebagainya.

Sieny Octavianty (11206075) Kos Melekat

Kos melekat pada objek yang direpresentasinya sehingga kos bersifat mudah bergerak dan dapat dipecah-pecah atau digabung-gabungkan kembali mengikuti objek yang dilekatinya. Kos mempunyai daya saling mengikat antara satu dengan yang lainnya mengikutiikatan objek-objek yang disimbulkannya. Dasar pikiran konsep ini adalah bawha tujuan pengelompokan, pemecahan, dan penggabungan kos adalah untuk mengikuti aliran upaya (effort) dalam menyediakan produk atau jasa. Produk biasanya mempunyai manfaat atau utilitas (utility) baru yang lebih besar daripada manfaat masaing-masing komponen secara terpisah. Berbagai jenis kos sekadar dikelompokkan kembali untuk menentukan kos yang melekat pada produk akhir. Nilai tambahan baru (additional utility)yang dikandung produk yang tidak dicatat. Kos melekat dilandasi oleh konsep kos yang disebut kos terkandung (embodied cost) yaitu kos yang benar-benar terkandung dalam suatu objek atau produk sebagai pasangan kos penggantian (displacement cost) yaitu kos seandainya objek tersebut tidak ada dan harus diadakan sehingga maknanya sama dengan kos kesempatan (opportunity cost). Jadi, untuk barang sebagai hasil akhir kegiatan produksi, kos terkandung adalah kos komponen yang melekat pada barang tersebut sedangkan kos penggantian adalah price-aggreate yang tidak jadi diperoleh klau barang tersebut tidak ada (nilai keluar/harga jual) atau price aggregate yang haru dikorbankan kalau perusahaan tidak memproduksi barang tersebut (nilai masukan). Saat Pengakuan Nilai Tambah Secara ekonomik, kegiatan perusahaan terdiri atas penggabungan berbagai factor produksi untuk menghasilkan produk baruyang manfaatnya kebih tinggi. Kalau kegiatan produksi menggunakan bahan baku dan bermacam-macam factor produksi, kegiatan akuntansi menggunakan kos untuk menyatakan pemprosesan factor produksi tersebut. Tujuan kegiatan akuntansi adalah mengikuti secara tepat pengubahan tersebut dengan menggolongkan, memecah, dan mengikhtisarkan kos bahan baku,

kos tenaga kerja, kos jasa mesin (depresiasi),dan kos faktor produksi lainnya sehingga seluruh kos tersebut secara bersama-sama akan membentuk kos produk (product-cost). Kalau penjualan sudah terjadi dan penghargaan sepakatan lebih tinggi dari pada gabungan kos (kos produk) maka nilai tambahan tersebut telah dapat ditentukan secara objektif jumlah rupiahnya. Penjelasan ini mendasari prinsip akuntansi yang menentukan bahwa pendapatan hendaknya diakui setelah pendapatan tersebut terrealisasi (realized). Realisasi pendapatan melalui penjualan sebenarnya menandai dan mengukur dua macam kos baru sebagai bahan olah akuntansi selanjutnya yaitu :
1. Kos baru sebagai penggantian kos yang melekat dan dikorbankan (keluar dari

kesatuan usaha) yang merepresentasi upaya penyediaan produk atau jasa yang diserahkan kepada pembeli produk.
2. Kos baru sebagai tambahan asset (laba) yang menunjukkan imbalan untuk

jasa modal yang ditanamkan dan resiko yang ditanggung dalam menjalankan usaha.

Kos yang melekat pada barang atau jasa yang telah dikorbankan (keluar dari kesatuan usaha) untuk menimbulkan pendapatan akan menjadi pengukur besarnya biaya (expenses) sedangkan kos yang belum dianggap keluar merupakan himpunan kos yang melekat pada asset dan menunggu pengalokasian dan penggabungan lebih lanjut. Oleh karena itu, kos asset tidak dapat disebut sebagai nilai atau biaya tetapi sekadar kos yang menunggu pengolahan lebih lanjut.

Wabah Penggabungan

Aliran fisis produksi, kos dipecahkan, dikelompokkan, dan kemudian digabung kembali mengikuti unit fisis produk. Berarti bahwa kos digabungkan ddengan produk sebagai wabah atau penakar penggabungan. Setelah produk diserahkan kepada pelanggan (telah terjadi penjualan) maka kos yang melekat pada unit produk yang telah diserahkan akan mengukur biaya dan secara logis dapat disebut dengan kos barang terjual (cost of goods sold). Kos yang ikatannya dengan produk dapat dikenali dengan mudah, seperti misalnya kos tenaga kerja langsung, biasanya wabah penggabungannya adalah produk. Kos yang tidak erat kaitannya dengan produk atau sukar dirunut secara praktis ke produk, seperti kos administrasi, wabah pengabungannya adalah perioda (waktu) dan akan membentuk kos perioda (period cost).

Upaya dan Hasil

Konsep ini menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka memperoleh hasil berupa pendapatan. Tidak ada hasil (pendapatan) tanpa upaya (biaya). Pendapatan timbul karena biaya bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya. Artinya, begitu kesatuan usaha melakukan kegiatan produktif(yang direpresentasi dengan terhimpunnya kos) maka pendaptan dapat dikatakan telah terbentuk walaupun belum terrealisasi.

Perlunya Basis Asosiasi

Aliran kos keluar

(disposition price-aggregates) merupakan pengukuran

upaya(effort) dan aliran kos masuk (acquisition price-aggregates) merupakan pengukuran hasil atau capaian(accomplishment). Selisih antara kedua komponen tersebut akan membentuk laba. Laba mencerminkan keefektifan manajemen dalam mengelola sumber ekonomik dan merupakan informasi penting bagi pihak yang berkepentingan khususnya bagi mereka yang menyediakan sumber ekonomik dan menanggung risiko akhir.

Penakar Asosiasi Ideal dan Praktis

Konsep ini merupakan konsekuensi lebih lanjut dari konsep kontinuitas usaha bahwa untuk menentukan kemajuan perusahaan tidak perlu ditunggu nasib akhir perusahaan itu terjadi. Karena itu, pihak yang berkepentingandengan perusahaan memerlukan wabah atau penakar kemajuan dari waktu ke waktu. Yang di takar adalah biaya sebagai upaya dan pendapatan sebagai hasil upaya tersebut. Penakaran yang dimaksud disini adalah dasar atau wadah penandingan antara biaya dan pendapatan. Penakaran yang paling cocok adalah penakaran yang dapat menunjukkan secara tepat dan objektif bahwa biaya yang masuk dalam penakaran adalah biaya yang benar-benar menyebabkan timbulnya pendapatan yang masuk dalam penakar tersebut. Kalau penakar sudah ditentukan, masalah berikutnya adalah menentukan berapakah kos yang harus masuk kedalam penakar sehingga dapat dibaca(dihitung). Kos yang dapat diperhitungkan sebagai upaya dan kos pendapatan yang dapat diperhitungkan sebagai hasil. idealnya semua kos dilekatkan pada produk sehingga asosiasi antara biaya dan pendapatan yang ditimbulkan oleh biaya tersebut

sangat jelas. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam mencari dasar pelekatan kos ke produk yang memungkinkan semua kos yang terjadi dapat dialokasikan secara cukup teliti kedalam divisi produksi, administrasi, dan pemasaran atau departemen , atau pusat kos tertentu yang akhirnya seluruh kos membentuk kos produk. Karena tidak semua kos mudah dikaitkan dengan produk, akuntansi berahli kepada periodewaktu sebagai penakar untuk dijadikan dasar menandingkan(matching)kos yang telah dikorbankan (biaya) dan pendapatan. Perioda akuntansi merupakan penakaran pengganti yang memang mudah dilaksanakan tetapi konsep dasarnya tetap yaitu bahwa untuk mengukur laba yang tepat dalam suatu perioda maka pendapatan dari hasil penjualan sejumlah produk(atas jasa) harus ditandingkan dengan biaya(diukur dengan kos ) yang keluar dari kesatuan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut. Jadi , akuntansi mengklasifikasi kos yang merepresentasi upaya menjadi kos produk dan kos perioda . dalam statemen labarugi,kos produk mengukur kos barang terjual dan kos perioda mengukur biaya administrasi dan biaya penjualan.

Laba Akuntansi versus Ekonomik konsep ini mempunyai implikasi terhadap interprestasi laba akuntansi. Laba dipandang sebagai residual atau selisih pengukuran dua elemen yang berkaitan yaitu pendapatan dan biaya. Laba yang diperoleh dengan cara seperti ini disebut dengan laba struktural atau formal. Disebut laba formal karena laba diperoleh sebagai hasil penerapan ketentuan-ketentuan formal(dalam hal ini adalah prinsip atau standar akuntansi) Kos Aktual

Akuntansi hanyalah menandingkan upaya yang benar-benar telah dilakukan oleh suatu kesatuan usaha sehingga laba yang diperoleh adalah selisih biaya dan pendapatan yang diukur dengan kos yang sesunggunya terjadi. Artinya , kos tersebut timbul karena transaksi, kejadian, atau upaya yang nyata-nyata dilakukan. Untuk mengakui kos harus ada transaksi masa lalu (past transactions). Biaya sesunggunya adalah biaya yang terjadi akibat suatu kegiatan yang nyata (real)sehingga kos hipotetis atau asumsian (hypothetical atau imputed cost)tidak diakui. Contoh kos hipotetis adalah penghematan kos yang terjadi akibat perusahaan membangun sendiri gedung dan bukan menyerahkan kekotraktor. Harga dari kontraktor lebih mahal karena memperhitungkan bunga atau laba. Akan tetapi, karena tidak ada transaksi yang melandasi, selisih tersebut semata-mata hanya asumsi bukan kos nyata. Asas Akrual atau Himpun Karena akuntansi mendasarkan diri pada konsep upaya dan hasil dalam menentukan besarnya laba, akuntansi tidak membatasi pengertian biaya atau pendapatan pada biaya yang telah diterima. Akuntansi menekankan substansi suatu kegiatan atau transaksi yang menimbulkan biaya dan pendapatan. Artinya , akibat suatu transaksi tertentu yang telah terjadi (past events),berjalannya waktu sudah dapat menjadi dasar untuk mengakui biaya atau pendapatan. Karena itu dalam proses penandingan(matching), akuntansi mendasarkan diri pada asas akrual bukannya asas tunai. Konsep dasar akrual yang diajukan APB sebenarnya merupakan turunan konsep dasar ini. Asas akrual adalah asas dalam pengakuan pendapatan dan biaya yang menyatakan bahwa pendapatan diakui pada saat hak kesatuan usaha timbul lantaran penyerahan barang atau jasa ke pihak luar dan biaya diakui pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik yang melekat pada barang dan jasa yang diserahkan tersebut. Sebagai konsekuensi asas ini, akuntansi mengakui pos-pos akruan (accrued)dan tangguhan(deferred). Penghimpunan atau pengakruan(accruing)dan penangguhan(deferring)adalah tahap-tahap yang sangat erat hubungannya dengan proses penandingan(matching).

Pengertian Depresiasi Depresiasi adalah biaya nyata bukan hipotesis. Epresias untuk suatu perioda harus diperhitungkan dan diakui sebagai biaya karena jasa yang diberikan oleh aset tetap tidak terjadi sekaligus pada saat pemerolehan atau pemberhentian aset tersebut. Seluruh potensi jas aset tetep (depresi total yang direpresentasi oleh kos aset) jelas akan dimanfaatkan atau dipakai dengan cara tertentu sampai jasa yang terkandung didalamnya habis. Jadi, depresiasi adalah bagian dari kos aset yang telah diperhitungkan sebagai biaya. Penentuan besarnya depresiasi tidak tergantung pada besarnya laba perusahaan walau pun besarnya biaya depresiasi akan mempengaruhi besanya laba periodic.dengan kata lain, besarnya laba perusahaan tidak boleh mempengaruhi besarnya depresiasioleh karena laba merupakan hasil akhir akibat penyerahan barang yang didalamnya melekat berbagai macam jasa termasuk jasa aset tetap. Laba ditentukan dengan mengurangkan semua biaya termasuk depresiasi terhadap jumlah rupiah pendapatan. Dengan konsep upaya dan hasil, biaya akan terhimpun seluruhnya lebih dahulu dan barulah kemudian pendapatan timbul dan akhirnya laba atau rugi akan muncul.

Metode depresiasi sendiri bukan

masalah

penting

sepanjang

tidak

bertentengan dengan konsep-konsep : jasa dibalik kos, daya ikat kos serta upaya dan hasil. Juga tidak menjadikan masalah prinsip bagi akuntansi bahwa metoda depresiasi yang digunakan tidak sejalan dengan proses keausan fisis aset tersebut atau tidak menunjukan adanya fluktuasi nilai aset yang serupa.

Kapasitas Menganggur Biaya depresiasi yang telah dihitung dengan metoda tertentu harus tetep merupakan biaya untuk menghasilkan pendapatan walaupun perhitungan tersebut menimbulkan atau bahkan menambah rugi operasi. Misalnya, suatu perusahaan membeli alat pengangkutan(truk) dengan kapasitas angkutan lima ton dan menentukan bahwa depresiasi didasarkan atas metoda garis lurus. Masalahny adalah kalau truk tersebut tidak selalu dipakai atau mengangkut barang kurang dari lima ton ,apakah biaya depresiasi harus dikurangi? Depresiasi total truk tersebut dapat disamakan dengan kos sewa truk tersebut dengan tarif sewa atau dasar waktu (misalnya tahunan) dan seluruh kos sewa telah dibayar dimuka. Pos-pos Luar Biasa Sebagai konsekuensi konsep dasar kontinuitas usaha, konsep upaya dan hasil harus dipandang dalam perspektif jangka panjang. Karena perhatian diletakkan pada daya melaba, konsep upaya dan hasil tidak sekedar mengakibatkan pengakruan dan penangguhan(accruing and deferring) untuk perioda berjalan tetapi juga untuk jangka

panjang. Untuk menentukan laba periodik, konsep menandingkan(matching) yang berorientasi jangka panjang akan memasukkan juga:
1. Untung luar biasa (windfall gains) yaitu timbulnya atau bertambahnya

manfaat ekonomik atau aset yang terjadi tanpa upaya yang jelas dan direncanakan.
2. Rugi luar biasa(extraordinary losses) yaitu hilangnya atau berkurangnya

manfaat ekonomik atau aset yang yang terjadi akibat hal-hal yang tidak ada hubunganya atau tidak mudah dihubungkan dengan upaya untuk memperoleh hasil.

Tidak menjadi masalah bagi konsep penandingan apakah untung non operasi(luar biasa) hanya ditandingkan dengan rugi non operasi dan baru kemudian selisihnya ditambahkan atau dikurangkan terhadap laba operasi atau apakah untung non operasi ditambahkan dulu ke laba operasi baru kemudian rugi non operasi dikurangkan. Yang penting bagi konsep penandingan adalah bahwa untung dan rugi non operasi luar biasa tersebut berkaitan dengan biaya dan pendapatan dan bukan berkaitan dengan transaksi dengan pemilik. Di lain pihak, rugi non operasi mengurangi aset total baik itu akibat pendapatan tadak dapat menutup biaya ataupun akibat kejadian-kejadian yang tidak terduga yang sama sekali tidak berkaitan dengan upaya untuk memperoleh hasil. Bukti Terverifikasi dan Obyektif Konsep ini menyatakan bahwa informasi keuangan akan mempunyai tingkat kebermanfaatan dan tingkat keterandalanyang cupuk tinggi apabila terjadinya data keuangan didukung oleh bukti-bukti yang obyektif dan dapat diuji kebenarannya(keabsahannya/keautentikannya). Objektifitas bukti harus dievaluasi atas dasar kondisi yang melindungi penciptaan, pengukuran, dan penangkapan atau

pengakuan data akuntansi. Jadi , akuntansi tidak mendasarkan diri pada objektifitas mutlak melainkan pada objektifitas relative yaitu objektifitas yang paling tinggi pada waktu transaksi terjadi dengan mempertimbangkan keadaan dan tersedianya informasi pada waktu tersebut. Setiap transaksi keuangan harus didukung oleh bukti transaksi yang kuat dan sah. Bukti transaksi dapat timbul karena adanya transaksi pertukaran antara kesatuan usaha dengan pihak luar (pihak independen) atau karena diciptakan oleh pihak internal perusahaan atas dasar kebijakan. Bukti transaksi ini adalah bukti transaksi yang biasanya dalam penentuan jumlah rupiah tidak berdasarkan hasil tawarmenawar dengan pihak independen.

Liliany Theresia (11206038) Arti Penting Untuk Pengaditan Karena membantu pencapaian karakteristik kualitatif informasi yang tinggi, konsep bukti yang dapat diuji kebenarannya dan objektif itu menjadi penting dalam kaitanya dengan pengaditan untuk menentukan kewajaran statemen keuangan. Salah satu kriteria kewajaran adalah bawha pos-pos statemen keuangan didefinisi, diukur, dinilai, dan disajikan sesuia dengan PABU. Untuk menentukan kesesuaian tersebut diperlukan adanya bukti yang dapat divertifikasi dan dapat diandalkan. Objektivitas Bukti Bukti hendaknya diartikan dalam arti luas dan substantive tidak sekedar bukti formal dan material. Itulah sebabnya Sudibyo (2001) membedakan makna antara bukti audit(audit evidence)dan bahan kebuktian(evidential metter). Bukti menjadi basis rasional dalam melakukan pertimbangan(judgment). Memverifikasi berarti membktikan kebenaran, menguji ketelitiansuatu fakta, atau menguatkan/menyangkal suatu pertanyaan. Bukti adalah sarana untuk

memastikan kebenaran atau memberikan pembuktian. Bukti yang kuat adalah bukti yang dapat mmberikan keyakinan tinggi akan kebenaran suatu pernyataan. Buktuterverivikasi (yang dapat diverifikasi)adalah bukti yang mempunyai sifat tertentu sehingga memungkinkan untuk menjadi bahan pembuktian kebenaran pertanyaan. Objektif berarti bahwa fakta yang diungkapkan oleh suatu bukti tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi(personal bias). Istilah ini merupakan lawan kata subjektif yang mengisyaratkan adanya unsure personal seperti mentalitas atau hasrat untuk mengelabuhi yang mungkin mempengaruhi kekuatan bukti

Objektivitas Relatif Akuntansi bukan ilmu pasti sehingga objektivitas bukti dalam akuntansi bersifat relative. Kegiatan usaha tidak memungkinkan untuk dijadikan bahan analisis laboratorium dan tidak pula mengikuti rumus-rumus matematik. Begitu pula, masa depan dunia usaha tidak dapat diramalkan dengan tepat secara keseluruhan dan hal yang sama berlaku untuk perusahaan secara induidual. Dengan demikian fakta akuntansi tadak selalu bersifat objektif penuh(conclusively objektif) dan dapat disertifikasi secara tuntas( completely verifiable). Karena itu, konsep objektivitas dalam penciptaan data akuntansi adalah objektivitas yang disesuaikan dengan keadaan yang ada pada saat penentuan faktabukan objektivitas mutlak. Pengertian ditentukan secara objektif adalah bukan alat pengukur yang hanya mempunyai dua angka penujuk yaitu positif atau negatif, tidak ada interval diantaranya. Bukti yang mendukung perlakuan akuntansi tertentu dapat bersifat sepenuhnya objektif, secara menyakinkan objektif, secara meragukan objektif, atau sama sekali tidak objektif. Dengan konsep relativitas bukti, fakta yang

paling objektif akan mendapat bobot paling tinggi untuk dipilih. Relativitas yang sama juga berlaku untuk keterverifikasian bukti. Objektivitas dan Keterverifikasian Jangka Panjang Bukti yang paling kuat dan paling diinginkan adalah bukti yang sepenuhnya objektif. Tetapi, bila persyaratan objektifitas semacam ini harus diikuti secara mutlak dalam segala hal maka akuntansi akan menjafdi berpandangan jangka pendek dan bertentangan dengan konsep kontinuitas usaha. Misalnya, penentuan depresiasi yang sepenuhnya objektif hanya dimungkinkan apabila suatu aset tetap diberhentikan dari penggunaan untuk seterusnya. Demikian juga, penentuan kerugian piutang yang sepenuhnya objektif hanya dimungkinkan apabila pelanggan dinyatakan pailit oleh pengadilan. Pada periode berjalan , yaitu jangka pendek, depresiasi seakan-akan tidak terjadi karena suatu mesin baru berkerja lancer tanpa gangguan dan para pelanggan tidak ada yang mengalami kesulitan keuangan karena tidak ada berita tentang perkara kepailitan yang diajukan ke pengadilan. Kalau perlakuan akuntansi didasarkan atas dasar pikiran jangka pendek semacam ini, pada periode-perioda berikutnya dalam jangka panjang akan terbukti bahwa tidak mendepresiasi atau mencadangkan piutang ternyata tidak objektif. Bukti akuntansi juga tidak harus mendasarkan pada bukti yuridis. Itulah sebabnya, untuk dapat dinyatakan sebagai aset yang harus dilaporkan oleh kesatuan usaha, suatu aset tidak harus dimiliki kesatuan usaha tetapi cukup dikuasai. Dalam jangka panjang, ada resiko dari konsep objektivitas relative yaitu bahwa perlakuan akuntansi atas dasar bukti yang tersedia sekarang menjadi tidak sesuai dengan keadaan dan fakta pada periode masa datang. Akan tetapi, kalau fakta yang digunakan adalah yang terbaik diperoleh(best obtainable) maka tidak ada lagi yang dapat diperbuat pada waktu itu. Terbaik diperoleh dapat mengecoh karena,

terbaik diperoleh kadang-kadang digunakan dengan pebgertian tidak lebih dari yang tergampang atau termurah diperoleh (cheapest obtainable). Akuntansi hendaknya berusaha untuk mendapatkan bukti yang terbaik tanpa mengorbankan realibilitas. Namun, memperoleh bukti yang secara menyakinkan objektif juga memerlukan kos yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa konsep dasar bukti terverifikasi dan objektif dalam akuntansi mengandung elemen variabilitas sehingga tiap bukti mempunyai tingkat objektivitas. Tingkat objektivitas bukti yang paling tinggi pada saat dan kaadaan tertentu adalah yang terbaik asalkan tujuan untuk memperoleh tingkan objektivitas yang tinggi tersebut tidak bertentangan dengan konsep kontinuitas usaha.

Asumsi Asumsi dalam daftar konsep dasar P&L sebenarnya bukan merupakan konsep dasar tetapi lebih merupakan penjelasan bahwa keenam konsep dasar sebelumnya merupakan asumsi atau didasarkan atas keterbatasanya. Kontinuitas Usaha Konsep kontinuitas usaha hanya dapat dibenarkan atas dasar pengalaman perusahaan pada umamnya. Karena itu, penerapan konsep ini dalam perusahaan tertentu adalah semata-mata asumsi dan kenyataan ini harus tetap dipertimbangkan dalam proses pelaporan. Tingkat kegagalan usaha adalah tinggi terutama untuk perusahaan perseorangan yang kecil. Gejala kebankrutan dalam masa berikutnya kadang-kadang lebih menonjol daripada pertumbuhan yang berlanggung terus. Perioda Satu Tahun asumsi tertentu dengan segala

Pelaporan periodic dengan waktu sebagai wadah pengukuran adalah salah satu kebiasaan penting dalam akuntansi. Untuk tujuan penakaranterhadap pendapatan dan biaya yang menghasilkan pendapatan tersebut, interval waktu yang biasanya digunakan adalah satu tahun, baik tahun kalender ataupun tahun buku/fiscal. Akuntansi menganggap(walaupun tidap dapat diuji validitasnya) bahwa waktu satu tahun adalah periode waktu yang tepat untuk pelaporan. Waktu satu tahun dianggap tidak terlalu pendek dan juga tidak terlalu panjang. Penakaran alternative adalah unit produksi, pekerjaan- order (job), atau proyek. Untuk perusahaan dagang dan perusahaan pemanufakturan pada umumnya, penggunaan periodic sebagai penakaran pengukuran adalah lebih unggul ditinjau dari segi kepraktisan dibandingkan dengan penakaran yang lain. Namun demikian, perlu diingat terdapat keterbatasan statemen laba-rugi tahunan sebagai indicator kemajuan perusahan yang hidup terus. Kos Sebagai Bahan Olah Penghargaan sepakat yang menjadi bahan olah akuntansi didasarkan atas asumsi bahwa kos factor produksi yang diperoleh perusahaan menunjukkan nilai wajar pada saat terjadinya. Asumsi dibalik penalaran tersebut adalah bahwa para pelaku ekonomi bertindak rasional, suatu asumsi yang tidak selalu benar dalam tiap keadaan. Acapkali terjadi bahwa pihak-pihak yang melakukan transaksi tidak bertindak sepenuhnya mengikuti mekanisme pasar yang berlaku. Daya Beli Uang Stabil Konsep bahwa jumlah rupiah yang tercatat akan tetap menunjukkan nilai dilandasi asumsi bahwa daya beli uang adalah stabil sepanjang masa. Dalam periodeperioda yang mengalami inflasi cukup tinggi asumsi tersebut jelas tidak berlaku(valid) lagi untuk tujuan-tujuan tertentu. Tujuan Mencari Laba

Konsep pendapatan dan biaya sebagai aliran jumlah rupiah yang ditandingkan sebenarnya mengandung asumsi bahwa pendapatan adalah objek yang dituju oleh upaya yang diukur dengan kos. Dengan kata lain, perusahaan dipandang sebagai suatu organisasi yang dibentuk untuk menghasilkan laba. Asumsi ini tidak diragukan kelayakannya. Keinginan menghasilkan laba adalah karakteristik nyata yang melekat pada perusahaan-perusahaan komersial pada umumnya. Konsep Dasar Lain Konsep-konsep dasar yang diurai oleh P&L diatas merupakan konsep-konsep dasar yang terpadu dan lengkap sebagai landasan konseptual untuk merekayasa pelaporan keuangan. Telah dibahas pula kaitan antara konsep-konsep dasar tersebut dengan konsep dasar dari sumber lain yang terpaut. Berikut ini adalah beberapa konsep yang belum dicakupi konsep dasar P&L dan cukup penting untuk dibahas. Substansi Daripada Bentuk Konsep ini menyatakan bahwa dalam menetapkan suatu konsep ditingkat perekayasaan atau dalam menetapkan standar di tingkat penyusun standar, akuntansi akan menekankan makna atau substansi ekonomik suatu objek atau kejadian daripada makna yuridisnya meskipun makna yuridis mungkin menghendaki atau menyarankan perlakuan akuntansi yang berbeda. Pengakuan Hak Milik Pribadi Konsep ini menyatakan bahwa pengakuan hak milik pribadi harus dilindungi atau diakui secara yuridis. Tanpa konsep ini, kesatuan usaha tidak dapat memiliki sumber ekonomik atau aset. Pemilikan merupakan salah satu cara untuk memperoleh penguasaan.

Struktur

akuntansi yang berjalan sekarang ini dilandasi oleh stuktur suatu perlindungan harus diberikan kepada mereka yang

masyarakat dan pemerintahan yang mengakui hak milik pribadi. Dengan pengakuan hak milik pribadi ini, memiliki hak atau kekayaan (property rights). Berdasarkan Undang-Undang Dasar, beberapa kekayaan di Indonesia tidak dapat dimiliki secara pribadi yaitu kekayan alam yang menguasai hajat hidup orang banyak. Salah satu bentuk perlindungan adalah adanya kewajiban untuk

mempertanggungjawabkan kekayaan yang dipercayakan pengelolahannya kepada pihak lain. Statemen keuangan yang memuat aset dan kewajiban kesatuan usaha merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban yang jelas. Konsep ini sebenarnya lebih merupakan suatu factor lingkungan daripada konsep dasar. Keanekaragaman Akuntansi Antarentitas Konsep ini menyatakan bahwa perbedaan perlakuan(metoda) akuntansi antar kesatuan usaha merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarikarena perbedaan kondisi yang melingkupi dan karekteristik kesatuan usaha individual. Keunikan kesatuan usaha justru menghendaki perlakuan akuntansi yang berbeda agar informasi keuangan lebih menggambarkan keadaan unit usaha yang sebenarnya. Tentu saja, akuntansi juga menghendaki agar statemen keuangan dapat saling diperbandingkan antar perusahaan dalam batasan-batasan yang layak. Oleh karena itu, akuntansi tidak berusaha untuk menekankan keseragaman mutlak(melalui akuntansi standardisasian atau stadardized accounting) tetapi lebih menekankan pada penentuan pedoman-pedoman umum yang memberikan keleluasaan untuk memilih perlakuan yang sesuai dengan kondisi masing-masing. Konservatisma

Konservatisma ketidakpastian untuk

adalah sikap atau aliran(mazhab) dalam menghadapi mengambil tindakan atau keputusan atas dasar

munculan(outcome)yang terjelek dari ketidakpastian tersebut. Sikap konservatif juga mengandung makna sikap berhati-hati dalam menghadapi risiko dengan cara bersedia mengorbankan sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan resiko. Ilustrasi berikut memberi gambaran apa yang disebut sikap konservatif. Seseorang yang akan pergi ke kantor harus memutuskan untuk membawa paying atau tidak sementara cuaca mendung sekali dan kemungkinan akan turun hujan. Ketidakpastian disini adalah hujan atau tidah hujan yang merupakan munculan ketidakpastian tersebut. Kalau dia tidak membawa payung dan ternyata hujan, dia menghadapi risiko sakit. Kalau dia memutuskan untuk membawa payung karena munculnya hujan yang dia pilih sebagai dasar keputusannya, dia bersikap konservatif. Sebaliknya, kalau dia tidak membawa payung, dia bersikap optimistic. Kalau akuntansi menganut konsep dasar konservatisma, dalam menyikapi ketidakpastian, akuntansi(penyusunan standar) akan menentukan pilihan perlakuan atau prinsip akuntansi yang didasarkan pada munculan(keadaan, harapankejadian, atau hasil) yang dianggap kurang mengguntungkan. Seandainya pada saat sekarang penyusun standar harus memutuskan ketentuan untuk mengakui rugi piuntang tak tertagih pada akhir tahun atau tidak(walau pun belum pasti terjadi), akuntansi akan memutuskan untuk mengakui rugi tersebut. Implikasi konsep ini terhadap pelaporan keuangan adalah bahwa pada umumnya akuntansi akan segera mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan basar akan terjadi tetapi tidak mengantisipasi untung atau pendapatan yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar. Pengendalian Internal Menjamin Keterandalan Data Konsep ini menyatakan bahwa sistem pengendalian internal yang memadai merupakan sarana untuk mendapatkan keterandalan informasi atau data akuntansi

yang tinggi. Konsep yang diajukan Grandy ini dilandasi penalaran bahwa objektivitas dalam akuntansi bukan merupakan objektivitas mutlak dan akuntansi mengetahui adanya taksiran-taksiran sehingga keterandalan data hanya dapat dijamin kalau kesatuan usaha mempunyai sistem pengendalian internal yang memadai. Oleh karena itu, pengendalian internal juga merupakan salah satu bentuk bukti yang mendukung keterandalan, objektivitas, dan keterverifikasian angka-angka akuntansi. Sebagai bukti, auditor harus menilai(to assess) struktur internal kesatuan usaha yang diauditnya.

Manfaat Konsep Dasar Bahwa konsep dasar berfungsi melandasi penalaran pada tingkat perekayasaan akuntansi,konsep dasar lebih banyak manfaatnya bagi penyusunan staandar dalam berargumen untuk menentukan konsep, prinsip, metoda, atau teknik yang akan dijadikan standar. Dalam tiap standar yang diterbitkan, misalnya, FASB menyertakan bagian yang disebut Basis Penyimpulan yang didalamnya terrefleksi konsep dasar yang dianut baik secara eksplisit maupun implicit. P&L menegaskan bahwa penyusunan standar harus dilandasi oleh pemikiran atau penalaran yang hjelas dan jernih.

Anda mungkin juga menyukai