Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PERJALANAN CABI (CAKRAWALA BIOLOGI), 21-23 SEPTEMBER 2012

Sebelumnya aku ingin bercerita mengenai pengalaman packing pertamaku. Malam hari sebelum hari itu tiba, pukul 19.00 WIB, aku menelpon adik kelasku yang sudah berpengalaman dan handal dalam hal packing tas carrier (karena ia merupakan salah satu anggota ekskul pecinta alam di SMAku, SMAN 54 Jakarta). Namanya Muhammad Chadya Nanda, biasa dipanggil Adya. Selain sebagai adik kelasku sejak SD hingga SMA, dia juga pacar dari adikku Shella Irawati (biasa dipanggil Shella). Awalnya aku segan ketika ingin meminta bantuannya untuk packing carrier. Tetapi aku pikir-pikir, kapan lagi aku bisa meminta bantuannya sekaligus juga belajar seluk-beluk tentang hiking dan surviving ? Toh tidak ada salahnya bukan ? Belajar ilmu walaupun kepada yang lebih muda. Nah, jadilah malam itu aku memintanya untuk membantuku packing semua barang-barang keperluan pribadiku ke dalam tas carrier 60 liter (yang menurutku cukup besar itu). Hampir tiga kali dia membongkar ulang barang-barang yang telah ia masukkan ke dalam tas carrier itu. Setelah sekitar satu jam, akhirnya semua barang-barang dapat dimasukkan juga ke dalam carrier. Fuih, lega rasanya. Aku pun berterima kasih kepada Adya karena telah berkenan membantuku. Setelah selesai urusan packing carrier, aku pun melanjutkan menghias kalender presentasi kelompok CABI ku (kelompok 8, Nisaetus bartelsi, elang jawa). Ternyata waktu telah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Sudah lewat satu jam dari waktu tidurku. Jadi, kuputuskan untuk segera tidur malam itu. Jumat, 21 September 2012 Hari ini merupakan hari yang cukup bersejarah bagiku (dan mungkin juga bagi seluruh mahasiswa baru di jurusan Biologi UNJ 2012). Karena di hari ini lah kami semua yang merupakan mahasiswa baru (maba) Biologi UNJ, akan mengikuti semacam pelatihan kuliah lapangan perdana kami yang bernama CABI (Cakrawala Biologi). CABI tahun ini akan diadakan di Gunung Bunder, Bogor. Pagi itu aku berangkat dari rumahku sekitar pukul 05.30 WIB. Dengan memanggul tas carrier yang amat sangat berat, aku akan memulai petualangan baruku ini selama 3 hari 2 malam. Syukurlah pagi itu Papahku tersayang bersedia mengantarkanku menggunakan motor matic mio kesayangannya menuju kampus B UNJ (tempat kami semua berkumpul sebelum berangkat menuju lokasi CABI). Sehingga aku tidak harus naik angkot dengan membawa tas carrier yang menurutku super berat itu. Sekitar lima belas menit kemudian aku sampai di kampus B UNJ. Ternyata saung ungu telah diramaikan oleh maba-maba Biologi UNJ yang telah berkumpul membentuk lingkaranlingkaran kecil perkelompok. Kulihat dengan jelas anggota kelompok 8 yang lain telah berkumpul bersama kakak pendamping kami Kak Najib di saung ungu (sangu). Dan lagi-lagi, ternyata aku terlambat lagi. Aku tidak sengaja terlambat karena aku harus mengambil kalender presentasi kelompok kami yang sempat tertinggal dirumahku. Dengan sedikit tergesa-gesa aku menghampiri mereka, setelah sebelumnya aku berpamitan dan minta izin terlebih dahulu kepada

Papahku. Anggota kelompok Nisaetus bartelsi (elang jawa) berjumlah 11 orang, namun hanya 9 orang saja yang dapat mengikuti CABI 2012. Selain aku, ada Dewi, Clo, Yunida, Riza, Tari, Cheli, Laras, serta satu-satunya pria di kelompok kami, selain Kak Najib, yaitu ketua kelompok kami yang bernama Hery. Setelah briefing sekitar lima belas menit bersama Kak Najib, kami semua dikumpulkan di lapangan belakang GSG (Gedung Serba Guna) UNJ. Kami pun berbaris rapih perkelompok sesuai dengan instruksi kakak-kakak panitia acara CABI. Senam pagi pun dimulai. Dengan di pimpin oleh ketua angkatan kami (Fajar Yulianto, Biologi Reguler 2012), kami semua senam pagi dan dilanjutkan dengan jogging mengelilingi lapangan itu. Setelah jogging usai, sembari menunggu datangnya tronton-tronton yang akan membawa kami ke Gunung Bunder, sekitar pukul 07.00 WIB kakak-kakak panitia sie. acara CABI meminta kami mempertunjukkan jargon dan yel-yel dari tiap-tiap kelompok. Uniknya yel-yel dan pekikkan jargon-jargon mulai membahana di pagi itu. Semakin memompa semangat kami untuk segera memulai CABI 2012. Satu jam kemudian, satu persatu tronton mulai memasuki areal kampus B UNJ. Terdapat sekitar tiga mobil tronton yang akan mengangkut kami semua (mulai dari peserta, panitia, sampai perlengkapan-perlengkapan CABI). Kakak-kakak panitia pun mulai menaikkan semua perlengkapan CABI, mulai dari perlengkapan umum, kelompok, hingga tas-tas carrier dari seluruh peserta dan panitia. Ternyata tidak hanya carrierku saja yang terlihat penuh dan berat. Teman-temanku pun juga demikian. Rata-rata dari mereka juga sama sepertiku, baru pertama kali pergi ke hutan dengan memanggul tas carrier yang berat itu. Setelah semua barang diatur rapih di dalam tronton, satu persatu kami pun mengisi kursikursi kosong yang berada di dalam tronton. Berhubung pria di Biologi UNJ merupakan kaum minoritas (sedikit jumlahnya), jadilah mereka mengalah dengan duduk di bawah beralaskan tikar/kain spanduk. Bahkan ada beberapa kakak tingkat yang duduk di pinggir pintu tronton. Alhamdulillah, aku dan perempuan-perempuan lainnya bisa duduk di kursi-kursi tronton (walaupun dengan kondisi yang empet-empetan seperti di angkot, hehe). Satu persatu tronton mulai melaju meninggalakan kampus tercinta sekitar pukul 08.30 WIB. Di perjalanan tidak ada yang terlalu mengesankan. Karena mayoritas yang mengisi tronton kami adalah wanita, dan tidak ada biang keramaian di tronton kami, jadilah perjalanan JakartaBogor yang memakan waktu kurang lebih empat jam hanya diisi dengan mengobrol santai-tidurbangun-tidur lagi-dan bangun lagi. Singkat cerita, akhirnya sekitar pukul 12.30 WIB, sampailah kami di kawasan Taman Nasional Halimun-Salak, tempat dimana lokasi camping Gunung Bunder berada. Kami semua pun langsung turun. Para panitia sibuk menurunkan carrier peserta satu persatu. Dan kami sebagai peserta harus mulai memanggul carrier ini. Ya Allah, pengalaman memanggul carrier untuk pertama kalinya menjadi suatu kesulitan tersendiri bagi kami. Setelah semua maba dan

panitia memanggul carriernya masing-masing, perjalanan menuju camping ground area pun dimulai. Dari mulai jalan raya track lurus, mendaki, dan menurun mulai kami susuri. Baru di jalan rayanya saja, tiba-tiba kami semua dikejutkan oleh salah satu teman kami yang tiba-tiba pingsan karena tidak kuat lagi memanggul carriernya. Dengan sigap panitia pun langsung menangani situasi genting tersebut. Kami pun di minta kembali melakukan perjalanan berkelompok. Berkali-kali sudah kelompok kami meminta beristirahat sejenak kepada pendamping kami Kak Najib. Ok, mari kita lanjutkan perjuangan ini. Setelah sampai di pondok peristirahatan, karena sudah masuk waktu makan siang, kami semua diperbolehkan makan siang terlebih dahulu oleh kakak panitia. Disini kami mulai belajar untuk berbagi makanan dan minuman satu sama lain. Hawa sejuk pegunungan mulai terasa. Ah, rasanya aku akan betah di sini. Tidak seperti di Ibukota yang membuatku harus selalu menutup hidungku dengan masker karena udaranya yang sudah sangat kotor tercemar polusi kendaraan bermotor. Disini aku bebas bernapas sepuas-puasnya. Indahnya hidup. Waktu makan siang pun usai, kami kembali melanjutkan perjalanan ini. Carrier-carrier telah menunggu untuk di panggul kembali. Namun track yang akan kami lalui mulai menjadi semakin sulit. Kami mulai menapaki jalan-jalan setapak yang ada di hutan. Jalan-jalan berbatu, tanah basah, naik dan turun, kami semua bahu-membahu agar bisa bersama-sama menuju camping ground area. Akhirnya dengan sisa-sisa tenaga kami hari itu, kami pun sampai di camping ground area. Kami tiba sekitar pukul 13.30 WIB. Tetapi perjuangan belumlah berakhir. Kami harus membangun sendiri tenda-tenda untuk kelompok kami masing-masing. Di sini kerjasama dan kekompakkan amatlah sangat diperlukan. Mulai dari memasang tiang, menggelar tenda, mencari-cari pasak, memasang pasak, hingga menggali parit di sekitar tenda pun kami lakukan dengan senang hati. Ternyata segala sesuatu terasa lebih berkesan bila dilakukan bersama-sama. Usai mendirikan tenda dan menggali parit, kami pun ISHOMA (Istirahat-Sholat-Makan). Sholat mulai di jamak-qosor. Makan pun mulai satu nampan satu kelompok plus kakak pendamping. Mulailah terlihat kalau semua anggota kelompok 8 doyan makan, hahaha. Riza yang awalnya pendiam dan malu-malu mulai menyesuaikan diri sedikit demi sedikit. Karena jika tidak, ia pasti akan selalu kehabisan makanan. Setelah ISHOMA, kami pun sharing dengan Kak Najib tentang apa-apa saja yang akan kami lakukan di sini. Kami pun segera bersiap untuk games mendirikan bivak perkelompok. Suara sirine pun mulai terdengar. Kami semua langsung berhamburan keluar tenda dan berlari menuju sumber suara sirine tersebut. Satelah mendapat pengarahan dari panitia acara, para ketua kelompok langsung berlari menuju pohon yang di pilih oleh masing-masing kelompok. Lalu kami pun mulai mendirkan bivak. Ketika sedang asyik mendirikan bivak, tiba-tiba hujan turun sangat deras. Tapi kami semua tetap melanjutkan membuat bivak. Namun tiba-tiba kakak panitia acara langsung menginstruksikan kami untuk mencopot perlengkapan bivak tersebut, selesai tidak selesai, kami pun langsung merapikannya dan bergegas menuju tenda pleton.

Karena hujan yang semakin deras, akhirnya acara dilanjutkan di dalam tenda pleton. Acara selesai sekitar pukul 17.30 WIB. Dilanjutkan dengan persiapan sholat maghrib dan mentoring. Adzan maghrib pun berkumandang. Kami pun bergegas mengambil wudhu lalu sholat maghrib serta isya dengan cara di jamak-qosor. Setelah itu, pukul 19.00 WIB kami sedah menunggu Hery di tenda kami. Hery pun datang dengan satu nampan penuh makanan. Hmm .. Nasi, sarden, tumis tahu-toge, dan kerupuk cukup menggugah selera kami untuk segera menghabiskannya dalam sekejap. Khawatir akan kurang, Hery pun dengan sigap mengeluarkan tambahan nasi yang ia bawa, dan salah satu anggota kelompok 8 ternyata ada yang membawa lauk kering tambahan. Makanan pun langsung tandas habis. Dasar onta, makan banyak, minum banyak, hahaha, ucap cheli, salah satu anggota kelompok kami. Mulai saat itu kami semua punya panggilan unik bagi tiap-tiap anggota kelompok 8, yaitu onta. Acara malam itu dilanjutkan dengan materi dengan dosen, sharing dengan alumni, serta tanya-jawab seputar jurusan Biologi. Kami semua pun mulai mengantuk. Satu persatu peserta CABI mulai ketiduran di tenda pleton, dan segera dibangun-bangunkan oleh panitia acara dengan cara di sorot langsung menggunakan senter. Dan aku pun menjadi salah satu yang terkena sorotan lampu senter itu. Materi pun usai. Kami semua dipersilahkan meninggalkan tenda pleton untuk briefing guna kegiatan tracking pos to pos esok hari. Waktu telah menujukkan pukul 23.00 WIB. Kami semua pun segera beristirahat. Sabtu, 22 September 2012 Ketika sedang lelap tertidur, tiba-tiba kami dibangunkan oleh suara-suara kakak panitia yang menyuruh kami segera bangun untuk melaksanakan qiyamul lail/sholat tahajjud. Dengan langkah gontai kami semua segera berwudhu pagi itu. Pukul 03.30 WIB. Brrrr.. Air pegunungan pagi itu terasa amat sangat dingin hingga menusuk tulang. Usai wudhu, kami pun dihimbau untuk sholat tahajjud di pleton. Akan tetapi aku terlambat sehingga tenda pleton sudah penuh sesak. Aku putuskan untuk sholat tahajjud di dalam tenda kelompokku saja. Satu jam kemudian, adzan subuh pun berkumandang. Suara lembut Kak Andy (Ketua BEMJ Biologi kami) sangat menghangatkan suasana pagi yang dingin itu. Kami pun segera bergegas menuju tenda pleton untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah. Tapi, lagi-lagi aku dan beberapa teman kelompokku tidak mendapatkan tempat karena tenda pleton sudah penuh. Akhirnya kami putuskan untuk sholat subuh di tenda kami dengan diimami oleh salah satu kakak tingkat kami. Usai sholat subuh, kami hanya memiliki waktu setengah jam untuk mempersiapkan perlengkapan tracking di tas lapangan kami masing-masing. Sekitar pukul 06.00 WIB suara peluit panjang pun berbunyi. Tanda bahwa tiap-tiap ketua kelompok diminta berkumpul. Beberapa saat kemudian, Hery sudah kembali dengan satu nampan penuh nasi beserta laukpauknya. Karena dari kemarin kelompok kami selalu menghabiskan makanan di nampan tepat waktu, jatah makan kami pun tidak dikurangi. Kami pun senang sekali. Setelah berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, kami pun segera melahap habis makanan di dalam nampan tersebut. Satu, dua, tiga., aba-aba dari kami semua memulai acara sarapan pagi itu.

Makanan pun habis tak bersisa. Onta, onta., celotehku yang segera diikuti suara gelak-tawa dari semua anggota kelompok 8. Suara sirine pun berbunyi lagi, kami segera berlarian menuju lapangan rumput tempat kami berkumpul kemarin. Setelah berbaris rapih, kami pun menaruh tas lapangan kami dan lanmgsung diikuti oleh olahraga pagi. Kali ini Bagus dan Kartika yang bersedia maju untuk memimpin kegiatan senam pagi itu. Setelah selesai warming up/pemanasan dan sedikit gerakan senam pagi, kami pun lantas diminta untuk mencari satu jenis makhluk hidup untuk kami presentasikan secara on the spot pagi itu. Dengan sigap Kak Najib langsung memberikan cacing tanah sebagai bahan presentasi kami pagi itu. Kami pun segera merundingkan materi presentasi yang akan kami bawakan. Di bantu oleh Kak Najib, kami membuat semacam catatan penting /ringkasan materi di buku saku milik Laras. Ternyata tidak semudah itu untuk dapat maju presentasi. Terlebih dahulu kami harus adu cepat menebak clue-clue yang diberikan oleh kakak sie. Acara. Setelah berhasil menebak objek apa yang dimaksud oleh Kak Lulu selaku sie. Acara, barulah kami diperbolehkan maju kedepan, mempertunjukkan jargon dan yel-yel kelompok, serta presentasi objek yang kami persiapkan pagi itu. Ternyata urutan maju itu sesuai dengan urutan tracking kami. Alhasil semua kelompok berlomba-lomba agar dapat tracking lebih dahulu dari kelompok lain. Singkat cerita, setelah melalui games yang seru-seru itu, kami kelompok 8 Nisaetus bartelsi mendapat urutan ke-7. Ya udah lah yaaa., ujar Dewi. Sejak saat itu kalimat Ya udah lah yaaa mulai identik dengan sosok Dewi (yang sudah seperti Ibu kost di tenda kami, hahaha). Perjalanan tracking pun dimulai. Kami harus mengikuti tagging (tanda berupa tali rafia biru yang disematkan di batang-batang pohon) untuk bisa melewati pos-pos dan menyelesaikan tracking kali ini. Mari kita mulai saja. ~Pos 1 (Survival)~ Tiba di pos ini, kami harus membongkar dan mengeluarka semua isi dari tas lapangan kami. Makanan, permen cha-cha, survivel box, raincoat, ponco, air minum, alat tulis, semuanya wajib di keluarkan tanpa sisa. Kakak-kakak yang berada di pos ini hanya memperbolehkan kami membawa 2 tas saja. Kami pun memilih dua tas yang terbesar, yaitu tas milikku dan salah satu anggota lainnya. Tas itu hanya boleh diiisi oleh raincoat, ponco, empat kotak bekal berisi makanan yang diberikan oleh panitia, satu survivel box (yang hanya terdiri dari lima jenis benda yang kami anggap paling penting), dan air minum setengah botol aqua 1,5 liter. Sebelum meninggalkan pos 1, kami disuapi bubur aneh. Menurutku sih isinya campuran cuacker oats dan kopi saja. Tapi ternyata ada campuran ulat hongkong juga di situ. Iiiih, menjijikan., ujarku dalam hati. Tidak cukup hanya sampai disitu saja, satu persatu dari kami diminta minum dari air sulingan tanah yang berwarna kemerah-merahan. Setelah itu kami diminta membuka mulut kami dan, ups, hewan kecil nan lucu itu dimasukkan ke mulut kami masing-masing. Ulat hongkong itu berenang-renang di mulutku! Ya Allah, aku tidak tahan lagi. Jangan ditelan dulu, coba rasakan

sensasinya. Hehehe, ujar salah satu kakak di pos 1. Tetapi ulat hongkong di mulutku ternyata ingin segera mengakhiri hidupnya (alias bunuh diri). Aku tidak sengaja menelannya sebelum potongan jahe disuapkan ke dalam mulut kami. Cepat-cepat kakak tingkat langsung menyuruhku mengunyah dan menelan potongan jahe itu. Hal tersebut diikuti oleh semua anggota kelompokku yang segera melumat habis hewan lucu nan menggemaskan itu di mulut mereka masing-masing. Hampir saja Riza ingin memuntahkan ulat hongkong itu. Tetapi berhasil dicegah oleh kakak tingkat tersebut. Nah, bagaimana dengan nasib Kak Najib selaku pendamping kelompok kami? Jika kami diperintahkan memakan ulat hongkong, maka Kak Najib benar-benar harus menelan cacing tanah yang panjang itu. Tiga kali ia tidak berhasil menelannya dan memuntahkan cacing-cacing yang tak berdosa itu. Kak Najib juga diperintahkan untuk memakan tiga buah bawang putih. Setelah itu kami semua dipersilahkan melanjutkan perjalanan ke pos selanjutnya. Pelajaran yang dapat diambil dari pos survivel ialah tentang bagaimana caranya kita dapat bertahan hidup di kondisi yang serba kekurangan/di saat-saat yang paling buruk ketika kita tengah berada di hutan. ~Pos 2 (Konservasi)~ Perjalanan pun kami lanjutkan. Jalan-jalan terjal berbatu pun kami lalui bersama-sama. Kami sempat bingung menentukan arah jalan, karena kami sempat tidak menemukan tagging. Tetapi Alhamdulillah, dengan kerjasama dan kekompakkan yang kami terus bangun diantara para anggota kelompok, kami pun berhasil menemukan tagging tali rafia yang tersemat di batang kayu yang sangat kecil. Ditengah perjalanan menuju pos 2, kami pun menemukan petunjuk Jalan Melata. Hah? Jalan melata? Apakah kami harus berjalan melata seperti ular? Kami pun berhenti dan berpikir sejenak. Akhirnya Hery memutuskan agar kami semua jalan melata/merayap seperti ular. Alhasil baju dan celana kami pun kotor terkena tanah. Sesampainya di dekat pos 2, kami dihadapkan pada sebuah pintu yang terbuat dari dua dahan pohon serta ada tali-tali penghalangya. Disitu tertulis Hutan. Jangan dirusak. Tepat didekat pintu tersebut ada Kak Rahmat. Kak Rahmat menyuruh kami membaca Sebelum masuk, ucapkan salam dan yel-yel. Tetapi karena pos 2 berada cukup jauh di atas bukit sana. Kak Rahmat berpesan bagaimana pun caranya salam dan yel-yel kami harus terdengar oleh kakakkakak di pos 2. Dan kami belum diperbolehkan melewati pintu hutan serta masuk ke pos 2 sebelum dipersilahkan oleh kakak-kakak di atas sana. Kami pun sepakat untuk salam dan yel-yel dengan sekeras-kerasnya suara kami, serta dengan gerakan yang bersemangat. Usai salam dan yel-yel, kami pun diperbolehkan masuk. Hmm.. Belum masuk pos 2 saja, rintangan telah menanti di depan mata kami. Satu persatu kami

harus bisa melewati lilitan tali-tali rafia itu tanpa merusaknya, dan jika kami terjatuh/menyentuh tanah, di bawahnya sudah menunggu tanaman berduri yang pastinya lumayan tajam. Satu demi satu anggota kelompok Nisaetus bartelsi berhasil melewati pintu hutan itu tanpa merusaknya. Dan tibalah giliran Claudia Sulfitania (Clo) sebagai anggota terakhir yang harus melewatinya. Entah karena Clo kurang merunduk/kurang berhati-hati, dia pun memutuskan salah satu tali rafianya. OMG. Kami semua pun panik, tidak terkecuali Hery selaku ketua kami. Kak Rahmat makin menyudutkan kami, Yah, aduh .. Kenapa hutan gue dirusak? Kan gue udah bilang jangan sampe rusak. Nah lo ..! Kelompok yang lain dari tadi aman-aman aja. Baru kelompok kalian aja nih yang ngerusakin hutan gue. Gue gak mau tau pokoknya kalian harus benerin hutan gue dulu, baru boleh ke atas (ke pos 2). Alhasil dengan sangat terburu-buru kami pun mencoba membetulkan pintu hutan itu semaksimal yang kami bisa. Sementara itu kakak-kakak di atas sudah mulai menghitung waktu kedatangan kami. Satu, dua, tiga, empat, , ujar salah satu kakak di pos 2. Kami pun langsung berlarian menuju ke pos 2. Sesampainya di pos dua, kami dan Kak Najib disuruh berbaris rapih memanjang. Baru saja menghela nafas, kami langsung disuruh yel-yel ulang. Dan ternyata salah satu kakak mentor menyadari kalau Kak Najib belum hapal yel-yel kami. Akhirnya kami pun diperintahkan untuk mengajari Kak Najib yel-yel kelompok kami. Dengan waktu yang kurang dari lima menit, kami pun harus mengajari Kak Najib. Syukurlah, ketika di tes oleh kakak-kakak mentor di pos 2, Kak Najib berhasil membawakan yel-yel kelompok kami dengan baik. Setelah itu, salah satu kakak mentor yang bernama Kak Robbi menanyakan, Kalian sedang berada di pos apa?. Satu persatu kami mencoba menjawab. Hingga akhirnya keluar jawaban yang tepat. Pos Konservasi. Di pos ini, Kakak mentor pun menanyakan pendapat dari masing-masing anggota kelompok kami tentang apa yang kami ketahui tentang konservasi. Setelah mengemukakan pendapat kami, akhirnya tiap-tiap kakak mentor menjelaskan tentang materi konservasi kepada kami. Tentang apa makna dari pintu hutan yang sebelumnya kami lewati. Aku pun memetik pelajaran bahwa kita boleh memanfaatkan sumber daya alam (hutan), tetapi alangkah lebih baik jika kita dapat memanfaatkan dan mengolah SDA yang terdapat di hutan secara bijaksana. Materi di pos 2 pun usai. Sebelum kami meninggalkan pos konservasi, Kak Robbi meminta kami untuk mengumpulkan sampah-sampah plastik di sepanjang perjalanan kami menuju pos-pos berikutnya nanti. Selain itu, dia menitipkan suatu pesan di kertas kecil kepada kelompok kami. Sampaikan pesan ini kepada monster perairan, ujar Kak Robbi. Dengan perasaan yang mulai bingung kami pun menerima pesan itu dan segera melanjutkan perjalanan kami. ~Pos 3 (Kerohanian)~

Sepanjang perjalanan kami semua berpikir keras tentang siapakah sosok monster perairan itu. Sesampainya di pos 3, kami pun langsung di sambut oleh kakak-kakak mentor yang sedang duduk-duduk di bebatuan di atas aliran sungai yang cukup tenang. Lokasi yang sangat cocok untuk relaksasi mind and soul. Di pos ini aku melihat sosok-sosok yang kukenal, yaitu : Kak Lely dan Kak Fitri. Aku pun langsung menyimpulkan kalau ini adalah pos kerohanian. Kami pun langsung dihadapkan pada suatu games kekompakkan. Kami diminta mengisi wadah yang terbuat dari botol air mineral, yang ternyata sudah dilubang-lubangi, dengan menggunakan bagian dari kepala botol tersebut. Tantangannya adalah semua anggota kelompok kami harus merasakan mengisi botol air mineral tersebut. Dan ternyata itu tidaklah semudah yang kami pikirkan. Kami sudah berusaha menyumbat lubang-lubangnya sebelum kami mengisi botol tersebut dengan air. Tetapi setiap kami berusaha mengisinya, selalu saja air deras keluar dari lubang-lubang botol itu. Alhasil tidak ada air yang terisi di botol tersebut. Justru baju kami basah karena terkena air yang keluar dari lubang. Kakak mentor menyuruh kami untuk menyudahi games tersebut. Dan kami pun dipersilahkan duduk di tempat yang kami anggap nyaman. Diatas bebatuan yang dibawahnya mengalir air yang tenang. Setelah kami semua duduk, kakak mentor pun meminta kami berpendapat tentang apa makna dari games tadi. Aku pun memberanikan diri mengeluarkan pendapatku. Botol air mineral itu seperti hati (qolbu) kita. Ketika kita ingin mengisi qolbu kita dengan siraman-siraman air keimanan, terlebih dahulu kita harus introspeksi diri kita masingmasing. Apa-apa saja kesalahan yang telah kita perbuat di masa lalu. Kita harus berusaha memperbaikinya terlebih dahulu, seperti ketika kita menyumbat lubang-lubang yang ada di botol. Ketika semua lubang telah ditutup, barulah kita dapat memenuhi botol tersebut dengan air. Sama seperti ketika kita telah mengintrospeksi segala kesalahan-kesalalan kita dan mengikhlaskan semua yang telah terjadi, barulah kita dapat mengisi ruhiyah kita dengan siraman-siraman rohani yang akan mengisi relung-relung hati kita. Setelah mengutarakan pendapat, kami diminta untuk memejamkan mata dan berpikiran positif. Kakak-kakak mentor mulai menakut-nakuti kami. Mereka seperti akan menyuapi binatang-binatang aneh. Aku pun mulai merinding membayangkannya. Tetapi aku mencoba untuk berpikiran positif. Ternyata yang disuapkan kedalam mulut kami ialah kacang mete, kue sagu dan nastar, serta biskuit. Yummy .. Alhamdulillah dapet jajanan gratis, hehe. Kakak mentor pun memberikan pesan bahwa ketika kita menghadapi apa pun halangan dan rintangan di hidup kita, cobalah untuk selalu berpikiran positif. ~Pos 4 (Perairan)~ Kami kembali melanjutkan perjalanan kami ke pos selanjutnya. Kali ini ada petunjuk untuk segera memakai raincoat (jas hujan), karena kami akan memasuki daerah perairan. Maka kami berhenti sejenak untuk mengenakan raincoat. Benar saja, belum jauh dari petunjuk tersebut,

kami harus turun ke aliran air untuk mengikuti tagging agar dapat menuju ke pos 4. Untunglah kami semua memakai sepatu boots, sehingga kaki kami belum basah. Lama kelamaan track yang kami tempuh mulai menuruni jalan setapak demi setapak. Hingga mulai terdengar suara gemericik air. Semakin kami mengikuti tagging, suara tersebut semakin jelas terdengar. Suara aliran air sungai yang cukup deras mulai terdengar olehku. Dan benar dugaanku, di bawah sana terdapat sungai yang mengalir cukup deras. Dalam jarak yang cukup dekat dengan sungai, kami bertemu dengan Kak Mike dan Kak Bayu. Mereka meminta kami agar menunggu sejenak diatas sini, karena ada kelompok yang belum selesai di pos 4. Sayup-sayup terdengar suara-suara bentakkan dari kakak-kakak mentor yang ada di bawah sungai sana. Rupanya kelompok sebelumnya tengah dibentak habis-habisan oleh kakak mentor. Kami pun mulai khawatir. Perasaanku mulai dihinggapi prasangka-prasangka negatif. Ingat Vina, harus positif thinking., ujarku dalam hati. Tiba-tiba ada salah satu kakak mentor berjalan dari bawah dan bertanya kepada kelompok kami, Ada yang namanya Claudia/Clo gak? Itu di suruh turun ke sungai sekarang. Pacarnya lagi di kerjain tuh di sungai. Lagi dilelep-lelepin di sungai. Ayo buruan tolongin tuh pacarnya. Seketika pandangan kami semua langsung tertuju kepada Clo yang raut wajahnya mulai berubah panik. Kak, boleh bareng teman-teman kelompokku yang lain gak ke sungainya?, tanya Clo kepada kakak mentor itu. Wah, gak boleh dik. Kamu harus turun ke sungai sendirian sekarang kalau kamu mau nolongin pacar kamu Indeka., ujar kakak mentor itu. Aku yang berada tepat di samping Clo segera berbisik kepadanya, Jangan mau Clo, bisa aja kamu cuma dikerjain sama kakak-kakak mentornya. Ingat kita semua satu kelompok, jadi kalau pun harus turun ke sungai, kita harus turun bareng-bareng. Clo pun mengikuti saranku untuk tidak turun ke sungai sendirian. Namun Kak Mike dan Kak Bayu semakin membujuk-bujuk Clo, Ayo, buktikan kekuatan cintamu. Tolongin dong pacarnya. Lagi di siksa tuh sama kakak-kakak mentor di sungai. Kemudian terdengar suara tangis dari salah satu anggota kelompok Indeka. Aku melihat Nares sedang menangis di bawah sana. Teman-teman wanitanya yang lain pun tak kuasa menahan tangis. Kelompok kami pun mulai bingung dan bertanya-tanya dalam hati. Apakah yang sebenanya telah terjadi di bawah sana? Tibalah giliran kelompok kami untuk turun ke sungai. Salah satu anggota kami (Cheli) tidak diperbolehkan ikut turun ke sungai dikarenakan kakinya sedang sakit. Namun itu tidak menyurutkan semangat kami untuk turun ke sungai. Memasuki pos 4 yaitu pos perairan, Kak Najib langsung diperintahkan untuk duduk bersila di bawah aliran sungai yang deras. Ya Allah, mau diapakan lagi kami ini. Tanpa basa-basi Hery segera menyerahkan pesan di kertas kecil yang ditujukan kepada kakak monster perairan. Tanpa dia tahu siapa itu monster perairan, dia pun langsung menyerahkan kertas tersebut kepada salah satu kakak mentor di pos perairan. Dan ternyata, isi pesan tersebut adalah Kami diharuskan menari gangnam style di atas aliran sungai tersebut. Kak Mike langsung memutar lagu gangnam style. Dengan dipimpin aba-aba dari Hery

dan gerakan yang sedikit aneh (karena kami belum terlalu menguasai gerakan tarian yang tengah booming tersebut), kami mencoba menari gangnam style diatas sungai. Tetapi tenyata tarian kami kurang memuaskan kakak-kakak di mentor perairan. Alhasil kami harus duduk berendam di aliran sungai. Nah, justru saat basah-basahan ini yang aku nantikan sejak tadi. Dengan senang hati aku langsung duduk bersila di atas aliran sungai, dan segera diikuti oleh teman-temanku yang lain. Di pos perairan ini, kami diperintahkan untuk mencari hewan-hewan yang terdapat di sungai. Kami pun menemukan serangga seperti kecoa, makhluk-makhluk kecil, dan lain sebagainya. Lalu Kak Rian menunjukkan kepada kami semua planaria asli. Bisa melihat planaria yang ukurannya sangat kecil sekali berenang-renang diatas tanganku, thats really cool. Ternyata planaria tidak sebesar yang ada di buku-buku cetak Biologi yang pernah kami baca. Selain itu kami juga diperlihatkan bentuk larva capung yang ukurannya sangat kecil. Dan benda yang kami kira batu kecil, ternyata serangga (yang menggunakan batu sebagai cangkangnya). Benar-benar pengalaman yang sangat berharga bagi kami. Science fact : Planaria ternyata merupakan indikator air bersih urutan ke-5. Sehingga kita hanya dapat menemukannya di perairan yang benar-benar bersih, salah satunya di aliran sungai yang terdapat di pegunungan. ~Pos 5 (Botani)~ Sebelum masuk ke pos 5, kami diperintahkan untuk mencari sembilan jenis tumbuhan dari tingkat yang paling rendah ke yang paling tinggi. Dengan dibantu oleh pendamping kami (Kak Najib), kami pun segera mengumpulkan batang/daun dari ke-9 jenis tanaman-tanaman tersebut. Mulai dari lumut hingga bagian dari pohon pinus (strobilus). Memasuki pos 5, kami dihadapkan oleh Kak Wulan, Kak Kiki, dan kakak-kakak mentor yang semuanya wanita. Dengan tampang yang sangat jutek (hehe.. maaf ya kak), kakak-kakak mentor pun menanyakan apa motivasi kami memilih jurusan Biologi. Ada yang berkata karena Biologi menarik, dia justru diperintahkan menarik akar dari pohon. Aku yang berkata karena kagum kepada guru Biologiku, diperintahkan mengagumi salah satu kakak mentor yang sudah berprofesi sebagai guru Biologi. Semua anggota kelompok kami dikerjai habis-habisan oleh kakak-kakak di pos 5. Setelah sesi jahil-menjahili itu selesai, kami diminta mengurutkan bagian dari tanamantanaman yang telah kami kumpulkan sebelumnya. Lumut, beberapa jenis paku-pakuan (termasuk glikenia), harendong, hingga strobilus. Ternyata ada beberapa tumbuhan yang kami salah mengurutkannya. Lalu kakak mentor pun membetulkan urutannya hingga benar. Setelah itu ia pun mendeskripsikan tiap-tiap tumbuhan tersebut. Alhamdulillah, ilmu baru telah kami dapatkan di pos yang ternyata pos botani ini.

Sebelum meninggalkan pos botani, kami diminta kembali memejamkan mata kami dan berkata, Kak, minta kak. Kak, minta kak. Sontak kami segera diperintahkan membuka mulut kami. Potongan tepus, jahe, bawang merah, dan bawang putih segera disuapkan ke dalam mulut kami. Kami harus menghabiskannya jika ingin lanjut ke pos selanjutnya. Walaupun rasanya tidak enak, ternyata itu semua banyak manfaatnya bagi tubuh kami yang masih kedinginan sehabis basah-basahan di pos perairan. ~Pos 6 (Zoologi)~ Sesampainya di pos 6, kakak-kakak mentor yang ada di pos 6 langsung menyambut Kak Najib dengan lagu selamat ulang tahun dan menyiram tubuhnya dengan air. Padahal hari itu bukanlah hari ulang tahun Kak Najib. Memang nasib kakak pendamping, pasti ada-ada aja dikerjain mulu. Kak Najib lalu diminta meniup lilin dan di suapi semacam agar-agar berwarna bening. Raut mukanya pun langsung berubah menjadi tidak enak dilihat. Waduh, wisata kuliner lagi nih?, bisikkku kepada Clo. Kami pun diminta berbaris memanjang. Satu persatu disuapi agar-agar yang rasanya aneh sekali. Asin campur menthol, mirip balsam. Hampir saja aku memuntahkan agar tersebut, tetapi lamgsung dicegah oleh Hery. Dengan susah payah kami semua berusaha mengunyah dan segera menelan agar-agar ajaib itu. Setelah makan agar-agar ajaib. Kami pun langsung disambut oleh Kak Agus dan Kak Arif (Kak Onoy). Ternyata ini adalah pos zoologi. Disini kami diperkenalkan dengan berbagai jenis hewan. Mulai dari siput, keong racun, kodok, ular, jangkrik, dsb. Kak Agus dan Kak Arif pun menjelaskan kepada kami satu persatu ciri-ciri serta informasi-informasi mengenai hewanhewan tersebut. Pos ini merupakan pos yang paling berkesan bagiku. Karena di pos ini lah canda-tawa melebur jadi satu. Di pos ini lah, aku yang sebelumnya takut menyentuh hewanhewan tersebut memberanikan diri memegangnya dengan tanganku sendiri. Sebelum meninggalkan pos ini, satu persatu kami diberi hadiah yaitu jangkrik. Masingmasing dari kami diminta membawa satu jangkrik yang di letakkan di dalam kedua telapak tangan kami yang tertutup. Kami pun meninggalkan pos zoologi dengan riang gembira. Namun, baru beberapa langkah aku meninggalkan pos zoologi, aku langsung berteriak histeris karena tak tahan lagi menggenggam jangkrik yang rasanya seperti mengigit-gigiti telapak tanganku, padahal tidak sedramatis yang aku kira. Sontak aku langsung berteriak sambil melempar jangkrik itu. Semua yang berada di pos itu pandangannya langsung tertuju padaku. Ah, malu sekali rasanya aku saat itu. Kami pun langsung bergegas menyelesaikan tracking kami hari itu dan mengikuti petunjuk jalan yang segera membawa kami ke lokasi camping ground. Sesampainya di dekat camping ground , sudah ada tiga kelompok yang telah terlebih dahulu sampai di lapangan. Ternyata kelompok kami menjadi kelompok ke-4 yang menyelesaikan tracking. Kami merasa bangga karena telah meyelesaikan pos to pos ini dengan baik dan kompak.

Kegiatan kami dilanjutkan dengan kembali ke tenda masing-masing untuk mengganti baju kami yang basah karena berendam di pos perairan. Pukul 17.00 WIB, kami pun sharing dengan pendamping untuk persiapan presentasi kami nanti malam. Setelah itu kami berwudhu serta bersiap untuk sholat maghrib. Adzan maghrib pun berkumandang sekitar pukul 18.00 WIB. Kami semua sholat maghrib di pleton dengan Kak Andy sebagai imamnya. Setelah itu dilanjutkan dengan tilawah, lalu kembali ke tenda masing-masing. Pukul 19.00 WIB, Hery sudah membawakan makan malam ke dalam tenda kami. Kami semua yang merasa sudah sangat lapar malam itu, langsung melahap masakan dari kakak-kakak panitia sie. Konsumsi yang rasanya enak tiada duanya. Usai makan malam bersama kakak pendamping, kami pun briefing sebentar guna mempersiapkan materi untuk presentasi di pleton malan ini. Presentasi pun berjalan cukup lancar dari pukul 19.30-22.30 WIB. Usai presentasi, panitia acara berinisiatif mengadakan acara sharing dengan peserta. Perwakilan dari peserta CABI (perempuan dan laki-laki) diminta menceritakan pengalamannya selama ikut CABI sampai hari itu di depan teman-temannya yang lain. Sesi ini menjadi saat-saat yang tidak akan bisa kami lupakan. Mauli dan Lukman-Yosua secara bergantian bercerita tentang pengalamannya selama CABI. Gelak-tawa pun tak dapat tertahankan lagi. Kami semua terbahakbahak mendengar cerita-cerita mereka, terutama Lukman yang mimik mukanya saja sudah dapat mengocok perut kami. Kegiatan hari itu pun usai. Kami pun dipersilahkan beristrirahat di tenda masing-masing. Minggu, 23 September 2012 Pagi hari pukul 04.00 WIB, kami sudah dibangunkan oleh kakak-kakak panitia yang menyuruh kami untuk segera berwudhu dan sholat tahajjud. Selang 30 menit kemudian, adzan subuh pun berkumandang, kami pun segera sholat subuh dan dilanjutkan dengan packing barangbarang kami masing-masing ke dalam tas carrier. Kegiatan packing pun diwarnai dengan kejahilan serta keribetan dari tiap-tiap anggota kelompok kami. Usai packing, kami pun harus segera merubuhkan tenda kami. Semua carrier mulai kami keluarkan dari dalam tenda. Saat itu tinggal tersisa Tary yang masih sibuk dengan carriernya di dalam tenda. Tiba-tiba Dewi berujar, Tary, gue itung sampe tiga ya, kalau lo gak keluar-keluar juga dari tenda, gue robohin juga nih tenda. Hahaha .. Satu, dua, ti.. Akhirnya Tary keluar juga dari tenda bersama dengan carriernya. Tenda pun segera kami robohkan, lalu kami rapihkan ke dalam tempatnya semula beserta tiangtiang dan pasak-pasaknya. Tidak lupa kami menutup kembali parit-parit yang telah kami buat disekitar tenda dengan tanah. Sekitar pukul 06.00 WIB kami pun sarapan bersama-sama perkelompok. Momen makan bersama terakhir kali bersama kelompok kami itu menjadi momen makan ternikmat yang pernah aku rasakan selama tiga hari itu. Setelah sarapan pagi, suara sirine kembali terdengar. Kami pun segera berlari-larian menuju lapangan tempat kami biasa berkumpul. Dan ternyata, kami

terlambat lagi. Hitungan minus sampai 15, sehingga kami semua harus push-up sebanyak 15 kali. Sesi evaluasi pun di mulai. Dari mulai dimarah-marahi, dibentak-bentak, diomel-omeli, hingga dikerjai. Aku yang bertekad tidak akan menangis lagi saat evaluasi, justru menangis lebih dari pada biasanya. Teman-temanku pun demikian. Kakak-kakak pendamping kami di tindas habis-habisan. Dan kami semua tidak bisa berbuat banyak karena mata kami harus di tutup menggunakan kain slayer kelompok. Kami pun merasa sedih sekali. Tiba-tiba kepala kami di bungkus dengan semacam karung kecil. Sontak kakak-kakak alumni langsung mengguyur kami dengan air. Selamat datang di Biologi. Hah? Ternyata kami semua dikerjai, karung itu adalah tas souvenir CABI 2012. Aku pun semakin tak kuasa menahan haru. Tangis semakin membasahi wajahku ketika kami semua saling berpelukan satu sama lain. Saat itu merupakan saat-saat yang paling mengharukan selama 3 hari CABI berlangsung. Rasanya kami semua, Biologi 2012, kakak-kakak tingkat Biologi, kakak-kakak alumni Biologi, dosen-dosen, semuanya melebur menjadi satu yaitu Biologi UNJ. Acara dilanjutkan dengan ramah tamah dan pengarahan peminatan di Biologi. Tiba-tiba salah satu kakak panitia berkata bahwa salah satu teman kami ada yang kehilangan tas carrier. Ternyata teman sekelasku Juki yang tasnya hilang. Kami semua pun ditantang untuk menemukan tas carrier tersebut hanya dalam waktu 10 menit. Sontak kami semua bergegas mencari tas carrier itu. Dengan bermodalkan informasi seadanya dari Juki, kami semua berusaha mencari tas carrier miliknya. Tetapi hingga waktu habis, kami tak juga menemukannya. Kakak alumni pun menanyakan apa solusi yang akan kami lakukan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Mulai dari patungan hingga solusi mengikhlaskan saja hilangnya tas tersebut. Panitia CABI 2012 pun mulai panik. Dan ternyata, ini semua ide dari salah satu kakak alumni, Pak Hanum, dan juga Pak Isnin. Ini semacam shock therapy bagi kami semua terutama bagi panitia CABI 2012 agar kedepannya dari segi penerangan dan keamanan selama acara CABI semakin diperbaiki lagi. Acara CABI 2012 pun di tutup dengan sesi foto-foto bersama menggunakan banner CABI 2012. Sekitar pukul 11.00 WIB, kami semua mulai meninggalkan lokasi camping ground . Tas carrier (yang ternyata tetap berat rasanya), kembali harus kami panggul di sepanjang jalan menuju lokasi tronton. Sesampainya di jalan raya, tiga buah tronton yang akan membawa kami kembali ke Jakarta telah menanti kami. Pukul 11.30 WIB kami semua pulang ke Jakarta. Sepanjang perjalanan pulang kami isi dengan obrolan-obrolan ringan, canda-tawa, hingga sebagian dari kami tertidur di tronton. Sekitar pukul 16.00 WIB kami pun tiba di UNJ, kampus tercinta, kampus perjuangan. Oleh : Vina Novianti (PBB 2012) Kel. 8 (Nisaetus bartelsi)

Anda mungkin juga menyukai