Anda di halaman 1dari 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Endokrinologi merupakan ilmu mengenai hormon endokrin dan organ- organ yang terlibat dalam

pelepasan hormon endokrin. (Ben, 2010) Hormon secara umum merupakan zat kimia yang disintesis oleh bagian tubuh yang jelas batas- batasnya; umumnya kelenjar buntu khusus yang dibawa peredaran darah ke bagian tubuh lain tempat zat- zat itu menimbulkan penyetelan sistemik dengan aksinya terhadap jaringan dan organ. (Turner, Bagnara, 1988). Hormon endokrin diklasifikasikan menjadi autokrin, yang bekerja pada sel pensintesis hormon itu sendiri; parakrin, yang bekerja pada sel- sel di sekitarnya; serta endokrin sendiri yang bekerja pada target organ dengan melalui sirkulasi tubuh. (Ben, 2010) Pembahasan tentang endokrinologi dan hormon tak akan lepas dari istilah sistem endokrin, yang merupakan sistem kelenjar dan struktur lain yang mengeluarkan sekret internal (hormon) yang dilepaskan secara langsung ke dalam sistem sirkulasi, mempengaruhi metabolisme dan proses tubuh lainnya (W.B. Saunders, 1998) Sistem endokrin, melibatkan kelenjar- kelenjar sebagai organ pelepas hormon. Kelenjar endokrin (kelenjar buntu), berbeda dari kelenjar eksokrin karena pada kelenjar endokrin tidak dijumpai struktur yang berfungsi sebagai duktus eksretorius. Kelenjar- kelenjar endokrin tersebut antara lain : 1. Kelenjar Hipothalamus Merupakan Master of Gland. Dalam hubungannya dengan Kelenjar Hipofisis dan kelenjar Adrenal, kelenjar Hipothalamus menghasilkan CRH (Corticotrophic Releasing Hormone) yang merangsang kelenjar Hipofisis Anterior (Adenohipofisis) yaitu pada sel kortikotropik untuk memproduksi ACTH (Adenocrticotrophic Hormone), yang kemudian merangsang korteks adrenal untuk mensekresikan kortikosteroid. 2. Kelenjar Hipofisis Terletak di basis crania, tepatnya di Sela Tursica. Dibagi menjadi 2 bagian. Hipofisis anterior (Adenohipofisis) yang menghasilkan hormon GH, Prolaktin, ACTH, TSH, MSH, FSH dan LH. Bagian yang lain yaitu

Hipofisis Posterior (Neurohipofisis), menghasilkan hormon oksitosin dan ADH (Antidiuretic Hormone)/ Vasopresin. 3. Kelenjar Tiroid Terletak di dekat leher, tepatnya di kartilago thyroidea. Menghasilkan hormon tiroksin (T4) dan tri-iodotironin (T3). 4. Kelenjar Paratiroid ini menempel pada tiroid, dan memproduksi hormon paratiroid Kelenjar 5. atas

(Parathormon;PTH) yang penting dalam pengontrolan kalsium dan pospat. Kelenjar Adrenal korteks dan medulla. Korteks memproduksi hormon glukokortikoid, Terletak di superior ginjal (ren), sehingga lazim disebut kelenjar suprarenalis. Tersusun mineralkortikoid, dan androgen, sedangkan medulla menghasilkan hormon katekolamin (epinefrin dan norepinefrin). 6. Pulau Langerhans Pankreas Bagian pankreas yang berfungsi sebagai organ endokrin ini terdiri dari sel alpha yang menghasilkan glukagon, sel beta yang menghasilkan insulin, dan sel delta yang menghasilkan somatostosin, serta sel F yang menghasilkan polipeptida. (Ben, 2010) Kortikosteroid Kortikosteroid, merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Termasuk di dalamnya yaitu glukokortikoid (kortisol dan kortikosteron) yang mengatur metabolism karbohidrat dan respon stress, dan mineralkortikoid (aldosteron) yang mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. Biosintesis kortikosteroid pada intinya sebagai berikut : Korteks adrenal mengubah asetat menjadi kolesterol, yang kemudian dengan bantuan berbagai enzim diubah lebih lanjut menjadi kortikosteroid dengan 21 atom karbon) dan androgen lemah dengan 19 atom karbon. Beberapa sediaan kortikosteroid dan analog sintetiknya antara lain, yaitu : desoksikortikosteron asetat, fluodrokotison asetat, kortisol/ hidrokortison, kortisol asetat, kortisol sipionat, kortison asetat, prednison, prednisolon, metilprenidsolon, 6-metil prednisolon, Metilprednisolon Na Suksinat, deksametason, deksametason asetat,

deksametason Na-fosfat, Parametason asetat, flusinolon asetonid, flumetason pivalat, betametason, betametason dipropionat, betametason valerat, triamsinolon, triamsinolon asetonid, triamnisolon diasetat dan halsinonid. Kortikosteroid dan analog sintetiknya pada pemberian oral diabsorbsi dengan cukup baik. Dapat diberikan secara intravena untuk mencapai kadar tinggi dengan cepat, secara intramuscular untuk mendapatkan efek yang lama. Glukokortikoid dapat diabsorbsi melalui kulit, sakus konjungtiva, dan ruang sinovial. Kortisol terikat pada 2 jenis protein plasma, globulin pengikat kortikosteroid dan albumin. Pada kadar rendah atau normal, kortikosteroid terikat globulin. Biotransformasi kortikosteroid terjadi di dalam dan di luar hati, untuk selanjutnya dieksresi melalui urin. Efek kortikosteroid kebanyakan bergantung dosis, semakin besar dosis terapi makin besar efek yang didapat. Namun, ad juga keterkaitan kerja kortikosteroid dengan hormone lain, karena kortikosteroid berperan sebagai permissive effect diperlukan agar terjadi efek hormon lain. Mekanismenya diduga melalui pengaruh steroid terhadap pembentukan protein yang mengubah respons jaringan terhadap hormon lain. Kortikosteroid dapat menimbulkan efek samping. Ada 2 penyebab timbulnya efek samping pada penggunaan kortikosteroid, yaitu penghentian pemberian secara tiba- tiba atau pemberian terus- menerus terutama dengan dosis besar. Penghentian kortikosteroid jangka lama secara tiba- tiba dapat menimbulkan insufisiensi adrenal akut dengan gejala demam, mialgia, artalgia, dan malaise. Insufisiensi terjadi akibat kurang berfungsinya kelenjar adrenal yang telah lama tidak memproduksi kortikosteroid endogen karena rendahnya mekanisme umpan balik oleh kortikosteroid eksogen. Sedangkan komplikasi yang mungkin timbul akibat pengobatan lama adalah gangguan cairan dan elektrolit, hiperglikemia, dan glikosuria, mudah infeksi, osteoporosis, miopati, habitus pasien Cushing (moon face, buffalo hump, timbunan lemak supraklavikular, obesitas sentral, ekstremitas kurus, striae, ekimosis, akne, dan hirsutisme). (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2007)

DAFTAR PUSTAKA Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FK UI Greenstein, Ben, Diana Wood. 2010. At a Glance Sistem Endokrin. Jakarta : Erlangga Saunders, W.B. 2008. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC Turner, C.D, Joseph T. Bagnara. 1988. Endokrinologi Umum. Surabaya : Airlangga University Press

Anda mungkin juga menyukai