Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang

menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk


mempengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar
endokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon.
Hormon merupakan senyawa protein atau senyawa steroid yang mengatur kerja
proses fisiologis tubuh.
Kelenjar endokrin dalam tubuh terdiri dari kelenjar hipofisis, kelenjar adrenal,
kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar pineal, dan pulau langerhans pada
pankreas. Kelenjar tersebut memiliki struktur yang berbeda satu sama lain. Selain
struktur, yang membedakan setiap kelenjar adalah sekresi yang dihasilkan dan
fungsinya. Untuk mengetahui tentang struktur histologis dan fungsi kelenjar endokrin
dari sistem endokrin, maka disusun makalah yang berjudul Sistem Endokrin.
1.2
1.2.1
1.2.2

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana sifat umum dari kelenjar endokrin?
Apa sajakah yang termasuk kelenjar endokrin yang menyusun sistem

endokrin?
1.2.3 Bagaimana peran kelenjar ini dalam tubuh manusia?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Menjelaskan sifat umum dari kelenjar endokrin.
1.3.2 Mendeskripsikan kelenjar endokrin yang menyusun sistem
endokrin.
1.3.3 Menjelaskan peran berbagai kelenjar endokrin dalam tubuh
manusia.

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1

Sifat Umum dan Kelenjar Penyusun Sistem Endokrin


Menurut Tenzer (1998), kelenjar endokrin pada vertebrata

(termasuk manusia) memiliki sifat umum sebagai berikut:

Seluruh kelenjar endokrin berukuran kecil dan mengandung

banyak pembuluh darah


Berdasarkan susunan sel

sekretorinya,

kelenjar

hormon

dibedakan menjadi dua tipe:


o Tipe sinusoid. Tersusun atas sel-sel sekretori berbentuk
kubus atau pipih yang terletak diantara sinusoid-sinusoid
dan dilengkapi dengan matriks jaringan ikat.
o Tipe folikel. Sel sekretori tersusun dalam kantung bulat
(folikel). Folikel tersebut menimbun sekretnya dalam
lumen sebelum dilepaskan dalam aliran darah. Tipe ini
terdapat pada kelenjar tiroid.
o Kelenjar pada sistem endokrin hanya berhubungan secara
fungsional tanpa ada hubungan secara struktural.
o Jumlah sekret yang disekresikan tergantung kebutuhan
tubuh.
Kelenjar endokrin yang terdapat pada vertebrata (termasuk
manusia) antara lain, hipofisis, tiroid, paratiroid, adrenal, pineal, dan
organ-organ tubuh yang mengandung kelenjar endokrin misalnya,
pankreas, gonad, ginjal, lambung, dan usus halus (Tenzer, 1998).

Gambar 1. Sistem endokrin. Kelenjar endokrin dan hormon utama yang


disekresikan disebutkan beserta lokasinya. Organ lain diperlihatkan dalam tanda
kurung, termasuk jantung, ginjal, timus, usus, dan gonad yang mengandung sel
endokrin dan memiliki fungsi endokrin penting. Selain itu, sejumlah besar
jaringan yang tersebar luas dan sel di seluruh tubuh memilki fungsi endokrin
tetapi tidak diperlihatkan pada gambar ini. Sel tersebut mencakup sel adiposa
yang menyekresi hormon leptin dan sel endotel vascular yang menghasilkan
polipeptida yang disebut endotelin yang meningkatkan vasokontriksi. Sumber:
Junqueira et al, 2012.

2.2 Hipofisis (Pituitaria)


2.2.1 Struktur Kelenjar Hipofisis
Kelenjar ini terletak di bawah diencephalon otak, di dalam
lekukan kecil tulang sphenoid yang disebut sella tursika (sella
turcica). Kelenjar ini menyekresikan bermacam-macam hormon
yang mengatur dan mngendalikan aktivitas kelenjar hormon dan

bagian tubuh lainnya. Meskipun demikian kelenjar ini bekerja di


bawah kendali sistem saraf pusat (terutama hipotalamus) dan
kelenjar endokrin yang lain (Junqueira et al, 2012).
Berdasarkan asal perkembangannya, Junqueira et al (2012)
menjelaskan bahwa kelenjar hipofisis memiliki 2 bagian yaitu
neurohipofisis berasal dari penonjolan bagian dasar diencephalon
ke arah kaudal, sedangkan adenohipofisis berasal dari kantung
Rathke, suatu penonjolan atap mulut ke arah dorsal. Pembentukan
kelenjar hipofisis terangkum dalam gambar di bawah ini.

Gambar 2. Pembentukan kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis terbentuk oleh


2 struktur embrionik yang terpisah. (a) selama minggu ke 3 perkembangan
kantong hipofisis
(kantong Ratkhe) tumbuh dari dasar faring. Bakal
neurohipofisis terbentuk dari diencephalon. (b) menjelang akhir bulan kedua
kantong hipofisis terlepas dari dasar faring dan bersatu dengan bakal
neurohipofisis. (c) saat periode janin pembentukan adenohipofisis dan
neurohipofisis terselesaikan (Junqueira et al, 2012).

2.2.2 Sistem Portal Hipothalamo-Hipofisis dan Pelepasan


Hormon di Hipofisis
Suplai darah hipofisis berasal dari dua kelompok pembuluh
darah yang berasal dari arteri carotis interna. arteri hypophysealis
superior mendarahi eminentia mediana dan tangkai infundibulum.
Arteri hypophysealis inferior mendarahi neurohypofisis dengan
sejumlah kecil mendarahi tangkai. Arteri hypophysealis superior
membentuk jalinan kapiler primer. Kapiler ini kemudian bergabung
menjadi venula yang bercabang lagi menjadi jalinan kapiler
sekunder di adenohipofisis. Kapiler kedua jalinan bertingkap. Sistem
ini sangat penting karena sistem tersebut membawa neuropeptida
dari eminentia mediana dalam jarak tertentu ke adenohipofisis
tempat peptida tersebut menstimulasi atau menghambat pelepasan
hormon oleh sel endokrin (Junqueira et al, 2012).

Gambar 3 sistem portal hipotalamo-hipofisis dan pelepasan hormon di


hipofisis. Sistem portal hipotalamo-hipofisis dengan darah dari a. Hypophysealis
superior dan inferior terdiri dari dua jalinan kapiler yang berurutan: satu di pars
nervosa di sekitar infundibulum dan eminentia mediana dan yang kedua ujung di
seluruh pars distalis yang bermuara ke dalam v. Hypophysealis pengumpul.
Gambar ini juga memperlihatkan neuron (kuning) yang menjulurkan akson ke
eminentia mediana dan mensekresikan peptida yang terbawa dalam kapiler ke
pars distalis untuk mengatur pelepasan hormon dari sel di tempat tersebut dan
neuron (hijau) dari nucleus supraopticus dan paraventricularis di hipotalamus
yang menjulurkan akson ke pars nervosa untuk mensekresikan peptida yang
diambil kapiler dan dibawa sel target di distal. (sumber: Junqueira et al, 2012).

2.2.3 Adenohipofisis

Adenohipofisis memiliki tiga bagian, yaitu pars distalis, pars


tuberalis,

pars

intermedia.

Pars

tuberalis

merupakan

daerah

berbentuk corong yang mengelilingi infundibulum neurohipofisis


(kelenjar posterior). Pars tuberalis berfungsi untuk menyekresikan
follikel stymulating hormon (FSH) dan hormon luteinisasi (LH). Pars

intermedia merupakan suatu zona tipis sel basofilik di antara pars


distalis dan pars nervosa neurohipofisis yang berperan untuk
menyekresikan hormon penstimulasi melanin (MSH), - LPH dan endorfin. MSH meningkatkan aktivitas melanosit dan sel pars
intermedia

dianggap

sebagai

sel

melanotropik.

Pars

distalis

merupakan bagian yang membentuk 75% adenohipofisis dan


dilapisi oleh capsula fibrosa tipis. Komponen utamanya terdiri dari
deretan

sel

epitel

yang

saling

berselingan

dengan

kapiler

bertingkap, terdapat fibroblas yang menghasilkan serat retikular


yang menopang deretan sel yang menyekresikan hormon. Bagian
ini bertugas mengatur hampir seluruh kelenjar endokrin lain, sekresi
air susu, aktivitas melanosit, dan metabolisme otot, tulang, dan
jaringan adiposa (Junqueira et al, 2012).
Tabel 1 Sel-Sel Sekretoris Pars Distalis
Jenis Sel

Hormon
yang
Dihasilkan

Aktivitas Fisiologis Utama

Sel
somatotrop

Somatotrop
in (GH)

Pertumbuhan tulang panjang mealui faktor pertumbuhan.

Sel
mammatro
pik
(sel
akrotropik)
Sel
gonadotrop
ik

Prolaktin
(PRL)

Membantu sekresi air susu

FSH dan LH

Sel
tirotropik

Tirotropin
(TSH)

FSH meningkatkan perkembangan folikel ovarium, sekresi


esterogen dan spermatogenesis. LH membantu pematangan
folikel ovarium, sekresi progesteron dan sekresi androgen sel
interestisial
Menstimulus sintesis, penyimpanan, sekresi hormon tiroid

Sel
kortikotropi
k

Kortikotropi
n
adrenal
(ACTH)
Lipotrofin

Menstimulus sekresi
metabolisme lipid.

hormon

korteks

adrenal.

Sumber: Junqueira et al, 2012

Pengaturan

Aktivitas adenohipofisis diatur oleh hormon peptida yang


dihasilkan oleh neuron khusus di nukleus hypothalami tertentu di
akson yang berjalan ke eminentia mediana. Hormon ini merupakan
hormon pelepas hipotalamik, setelah dilepaskan dari akson hormon
diangkut

kapiler

menuju

pars

distalis

tempat

hormon

ini

merangsang sintesis dan atau pelepasan hormon (Junqueira et al,


2012).
Tabel

Hormon

Hipotalamus

yang

Mengatur

Hipofisis

Anterior
Hormon

Bentuk kimiawi

Hormon pelepas
tirotropin (TRH)
Hormon pelepas
gonadotropin (GnRH)
Somatostatin

Peptida dengan 3
asam amino
Peptida dengan 10
asam amino
14 asam amino

Hormon pelepas
hormon
pertumbuhan (GHRH)

Polipeptida
dengan 40 sampai
44 asam amino (2
bentuk)
Asam amino yang
termodifikasi
Polipeptida
dengan 41 asam
amino

Hormon penghambat
prolaktin (Dopamin)
Hormon pelepas
kortikotropin (CRH)

Fungsi
Menstimulasi sintesis dan sekresi
Tirotropin (TSH) dan prolaktin
Menstimulasi sekresi LH dan FSH
Menghambat pelepas somatotropin
(GH) dan Tirotropin (TSH)
Menstimulasi sintesis dan sekresi
somatotropin (GH)

Menghambat pelepasan prolaktin


Menstimulasi sintesis
proopiomelanokortin (POMC) dan
adrenokortikotropin (ACTH) dan lipotropin (-LPH)

Sumber: Junqueira et al, 2012


2.2.4 Neurohipofisis (Hipofisis Posterior)
Neurohipofisis

terdiri

dari

pars

nervosa

dan

tangkai

infundibulum. Pars nervosa tidak memiliki sel sekretori, bagian ini


hanya terdiri dari jaringan saraf yang mengandung sekitar 100.000
akson tak bermielin dari neuron sekretori di nucleus supraopticus
dan nucleus paraventricularis hypothalami. Pars nervosa terdiri dari
jaringan saraf termodifikasi yang mengandung akson tak bermielin

yang diselubungi sel glia yang disebut pituisit. Akson berjalan dari
nucleus supraopticus dan paraventricularis dan memiliki pelebaran
yang disebut badan neurosekretori. Dari badan ini, oksitosin dan
vasopresin

dilepaskan

oleh

rangsangan

saraf.

Hormon

yang

disekresikan memasuki kapiler dan di sebarkan ke sel target.


Berikut ini tabel hormon yang dihasilkan oleh kelenjar neurohipofisis
beserta fungsinya (Junqueira et al, 2012).
Tabel 3 Hormon Kelenjar Hipofisis Posterior
Hormon
Vassopresin
hormon/ADH)
Oksitosin

Fungsi
(antidiuretik

Meningkatkan permeabilitas ductus colligentes


renis
Merangsang kontraksi sel mioepitel kelenjar
mammae dan otot polos uterus

Sumber: Junqueira et al, 2012

2.3 Kelenjar Adrenal


Kelenjar adrenal merupakan sepasang organ yang terletak dekat kutub atas
ginjal (gambar 1), dan terbenam dalam dalam jaringan adiposa perirenal. Kelenjar
adrenal dibungkus oleh simpai jaringan ikat padat yang mengirimkan septa tipis ke
bagian dalam kelenjar sebagai trabekula. Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapisan
konsentris, yaitu korteks adrenal dan medula adrenalis (gambar 2).

Gambar 4

Gambar 5. Sumber:

Korteks dan medula dapat dibedakan berdasarkan asal, fungsi, dan ciri
morfologi selama masa perkembangan embrional. Kedua struktur tersebut berasal
dari lapisan germinal yang berbeda, korteks berasal dari mesoderm dan medula terdiri
dari sel-sel yang berasal dari krista neuralis. Secara morfologi korteks adrenal berada
pada lapisan perifer dan berwarna kekuningan, sedangkan medula adrenalis berada di
tengah dan berwarna coklat-kemerahan (Junqueira et al 2012).
Junqueira et al, et al (2012) menyebutkan bahwa kelenjar adrenal disuplai
oleh sejumlah arteri yang masuk di berbagai tempat di sekitar tepinya. Sel medula
adrenalis menerima darah arteri dan arteri medula serta darah vena yang berasal dari
kapiler korteks. Kapiler korteks dan medula membentuk vena medularis di sentral
yang bergabung dan meninggalkan kelenjar sebagai vena adrenalis.
Pada korteks adrenal, memiliki sel-sel khas yaitu sel penyekresi steroid. Sel
penyekresi hormon tersebut tidak menyimpan produknya di dalam granul, namun
steroid berdifusi bebas melalui membran plasma dan tidak memerlukan eksositosis
yang akan dilepaskan dari sel. Korteks adrenal memiliki tiga zona konsentris dengan
seretan sel epitel yang tersusun agak berbeda.

Zona glomerulosa
Lapisan ini berada tepat di dalam simpai jaringan ikat dengan deretan sel-sel
kolumnar atau piramidal yang berhimpitan dan membentuk deretan bundar atau
melengkung, yang dikelilingi kapiler. Sel-sel zona glomerulosa mensekresikan
mineralocorticoids, senyawa yang berfungsi dalam pengaturan natrium, kalium, dan
air. Produk utama adalah aldosteron, bekerja pada tubulus kontortus distal nefron
dalam ginjal, mukosa lambung, dan ludah dan kelenjar keringat untuk merangsang
reabsorpsi natrium (Ross, 2011).
Zona fasciculata
Zona ini terdiri dari deretan panjang setebal satu atau dua sel polihedral
panjang yang dipisahkan oleh kapiler sinusoid. Sel pada zona ini mensekresikan
glukokortilois, terutama kortisol yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat.
Kortisol menginduksi mobilisasi lemak di jaringan adiposa subkutan dan pemecahan
protein di otot.

Zona retikularis

Lapisan ini merupakan lapisan yang berbatasan dengan medula dan terdiri dari
sel kecil yang tersebar disuatu jalinan korda irregular dengan kapiler yang lebar. Sel
zona ini juga mensekresi kortisol, tetapi yang utama adalah mensekresi androgen
lemah yaitu dehidroepiandrosteron (DHEA) yang diubah menjadi testosteron pada
beberapa jaringan lain

Gambar 6

Gambar 7. perbedaan zona pada korteks adrenal

Medula adrenalis terdiri dari sel-sel polihedral besar, tersusun berupa deretan
atau kelompok dan ditunjang oleh serabut retikuler. Sebagian besar kapiler sinusoid
berada bersebelahan dan terdapat juga sejumlah sel ganglion parasimpatis. Sel
parenkim medula yang dikenal sebagai sel kromafin memiliki banyak granula untuk
sekresi dan penyimpanan hormon. Granula tersebut mengandung salah satu dari dua
katekolamin, epinefrin atau norepinefrin. Sel kromafin medula dipersyarafi oleh
ujung syaraf kolinergik dari neuron simpatis praganglionik yang memicu pelepasan
hormon melalui eksositosis. Epinefrin dan norepinefrin dilepaskan ke darah dalam
jumlah besar selama reaksi emosional yang intens (Junqueira et al 2012).

Gambar 8, perbedaan sel pada sel yang mensekresi epinefrin (E) dan noreepinefrin (NE)

2.4 Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid berada pada regio servikal di sebelah anterior laring yang
terdiri dari dua lobus yang disatukan oleh isthmus (gambar 6). Pada masa awal
embrionik, tiroid berkembang dari endoderm saluran cerna di dekat dasar bakal lidah.
Kelenjar

tiroid

berfungsi

untuk

membuat

hormon

tiroid

yaitu

tiroksin

(tetraiodotironin atau T4) dan triiodotironin (T3) yang penting untuk pertumbuhan,
diferensiasi sel, pengaturan laju metabolisme basal dan konsumsi oksigen sel di
seluruh tubuh.

Gambar 9

Junqueira et al, et al (2012) menjelaskan bahwa parenkim tiroid terdiri dari


jutaan epitel kubus yang disebut folikel tiroid. Folikel tiroid ini dilapisi oleh selapis
epitel kubus dengan lumen sentral yang terisi dengan suatu substansi gelatinosa yang
disebut koloid (gambar 7) yang mengandung glikoprotein besar yaitu tiroglobulin.
Tiroid adalah satu-satunya kelenjar dengan jumlah besar simpanan produk
sekretorisnya.
Kelenjar tiroid dilapisi oleh suatu capsula fibrosa, dari capsula ini septa
terjulur ke dalam parenkim dan membaginya menjadi lobulus dan membawa
pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe. Folikel terkemas secara rapat yang
terpisah satu sama lain dan tersebar pada jaringan ikat retikuler. Sel folikel memiliki
bentuk yang berfariasi sesuai aktivitas fungsional, yaitu kerika kelenjar aktif memiliki
lebih banyak folikel yang terdiri atas epitel kolumnar rendah sedangkan kelenjar
dengan sebagian besar sel folikular skuamosa dianggap hipoaktif. Jenis sel lain yaitu
sel parafolikel atau sel C yang juga terdapat pada lamina basal epitel folikel
membentuk kelompok sendiri diantara folikel-folikel (gambar 8). Sel C ini
menyintesis dan mensekresi kalsitonin yang berfungsi menekan reabsopsi tulang oleh
osteoklas (Junqueira et al 2012).

Gambar 10, sumber: Ross, 2011)

Gambar 11, sumber: Junqueira, et al, 2012

Hampir semua kedua hormon tiroid dibawa dalam darah dengan berikatan erat
dengan protein plasma. Tiroksin (tetraiodotironin atau T4) adalah senyawa yang lebih
banyak dijumpai, dan membentuk 90% hormon tiroid yang beredar.

2.5 Paratiroid
2.5.1 Sruktur Kelenjar Paratiroid

Gambar 12. Memperlihatkan Letak Kelenjar Paratiroid


dalam Tubuh Manusia. Sumber: Junqueira, et al, 2012

Kelenjar paratiroid terdiri atas empat massa oval kecil,


terletak di belakang kelenjar tiroid, satu pada masing-masing kutub
atas dan bawah, umumnya terbenam dalam simpai kelenjar yang
besar. Setiap kelenjar terdapat dalam simpai yang menjulurkan
septa ke dalam kelenjar yang berbaur dengan serat retikular yang
menyangga kelompok sel sekretoris yang berderet memanjang.
Kelenjar ini memiliki jenis sel prinsipal (utama/chief cell) dan sel
oksifil. Sel utama merupakan sel poligonal kecil dengan inti bulat
dan sitoplasma sedikit asidofilik dan bergranula sekretoris yang di
dalamnya terdapat polipeptida hormon paratiroid (PTH) yaitu suatu
regulator utama kadar kalsium darah. Sel oksifil berukuran lebih
besar dan berjumlah lebih sedikit daripada sel utama. Sel ini
merupakan derivat transisional dari sel utama.

Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid dan


kalsitonin yang memiliki efek yang berlawanan yang menciptakan
mekanisme ganda pengaturan kadar Ca 2+ darah yang merupakan
faktor penting dalam homeostatis. Hormon paratiroid menargetkan
osteoblas yang merespon dengan menghasilkan suatu faktor
penstimulasi-osteoklas untuk meningkatkan jumlah dan aktivitas
osteoklas. Hal ini meningkatkan resorpsi matriks tulang berkapur
dan pelepasan Ca2+

sehingga meningkatkan kadar Ca2+

dalam

darah yang mengakibatkan produksi hormon paratiroid menurun.


Kalsitonin dari kelenjar tiroid menghambat aktivitas osteoklas
sehingga

menurunkan

kadar

Ca2+

darah

dan

meningkatkan

osteogenesis.
Hormon paratiroid juga meningkatkan penyerapan Ca2+ dari
saluran cerna dengan menstimulasi sintesis vitamin D. Hormon ini
juga

berperan

merupakan

dalam

efek

menurunkan

dari

sel

kadar

tubulus

ginjal

fosfat
yang

darah

ysng

mengurangi

penyerapan fosfatnya dan memungkinkan lebih banyak ekskresi


fosfat

dalam

ketidaknormalan

urin.

Kekurangan

tulang

dan

hormon

gigi.

ini

Adapun

menyebabkan

aktivitas

partiroid

dikendalikan oleh kadar kalsium darah dan tidak dipengaruhi


langsung oleh kelnjar endokrin lain maupun sistem saraf (Tenzer,
1998).
2.6 Pulau Langerhans
2.6.1 Struktur dan Peran Pulau Langerhans dalam Tubuh
Manusia
Pulau

Langerhans

merupakan

jaringan

endokrin

padat

berbentuk sferis yang terbenam dalam jaringan eksokrin asinar


pankreas, berjumlah lebih dari satu juta dalam pankreas manusia
dan terbanyak dibagian ekor pankreas. Setiap pulau dikelilingi oleh

serat retikular tipis yang memisahkan dengan jaringan asinar yang


berdekatan. Setiap pulau terdiri atas sel-sel bulat atau poligonal
tersusun berderet yang dipisahlan oleh jalinan kapiler bertingkap.
Serabut saraf autonom berkontak dengan sejumlah sel endokrin
dan pembuluh darah. Sel pulau penghasil-hormon utama paling
mudah diidentifikasi dan dipelajari dengan imunosiotokimiawi
(Junqueira et al et al, 2012, 2012). Tipe sel, kuantitas, dan fungsi
penting hormon utama yang dihasilkan pulau teragkum dalam tabel
4 dibawah ini.

Tabel 4 Jenis-Jenis Sel Utama dan Hormon Pulau Langerhans


Jenis Sel
Sel atau
A

Jumlah
-20%

Hormon
Glukagon

Sel atau
B
Sel atau
D

-70

Insulin

5-10%

Somatost
atin

F atau PP

Jarang

Polipeptid
a
pankreas

Fungsi
Menyediakan energi dari glikogen dan lemak yang
dihasilkan oelh glikogenesis dan lipolisis,
meningkatkan kadar glukosa darah
Membuat glukosa masuk sel dan menstimulasi
penurunan kadar gula darah
Menghambat pelepasan hormon sel pulau Langerhans
lainnya melalui aksi parakrin lokal, mengahmbat
sekresi GH dan TSH di kelenjar hipofisis anterior dan
sekresi HCl oleh sel parietal lambung.
Merangsang aktivitas sel chief lambung;
menghambat sekresi empedu, sekresi enzim
pankreas dan bikarbonat, serta motilitas usus.

Sumber: Junqueira et al, 2012


2.7 Kelenjar Pineal
Ross (2011) menjelaskan bahwa kelenjar pineal merupakan kelenjar endokrin
atau neuroendokrin yang mengatur irama harian aktivitas tubuh. Pada manusia,
kelenjar ini terletak di dinding posterior ventrikel ketiga yang melekat pada otak dan
berbentuk kerucut yang sangat kecil.

Gambar 13, Menunjukkan Letak Kelenjar Pineal. Sumber: Ross, 2011

Kelenjar pineal dibungkus oleh jaringan ikat pia meter dan terjulur septa yang
mengandung pembuluh darah kecil membagi berbagai kelompok sel sekretoris yang

mencolok dan berjumlah banyak yaitu pinealosit. Sel-sel ini menghasilkan melatonin
yang merupakan suatu derivat triptofan. Serabut saraf simpatis tidak bermielin
memasuki kelenjar pineal dan berakhir di antara pinealosit. Selain sel pinealosit juga
terdapat sel glia interstisial yang menyerupai astrosit. Sel tersebut memiliki inti
panjang yang terpulas lebih kuat daripada inti pinealosit. Jumlah atrosit pineal ini
hanya sekitar 5% (Junqueira, et al, 2012).

Gambar 14. Memperlihatkan Sekelompok Pinealosit (P) dan Memperlihatkan Astrosit (A)
gambar b
Melatonin yang dilepaskan dari pada
pinealosit
bertambah pada kegelapan dan

menurun selama terang. Pada manusia perubahan jumlah sekresi melatonin ini
berperan penting dalam pengaturan irama harian aktivitas tubuh. Melatonin yang
dilepaskan saat kegelapan mengatur fungsi reproduksi untuk menghalangi aktivitas
steroidogenik pada gonad (Ross, 2011).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa sistem
endokrin:
1. Memiliki sifat umum antara lain, seluruh kelenjar endokrin
berukuran kecil dan mengandung banyak pembuluh darah,
berdasarkan

susunan

sel

sekretorinya,

kelenjar

hormon

dibedakan menjadi tipe sinusoid dan tipe folikel, kelenjar pada


sistem endokrin hanya berhubungan secara fungsional tanpa
ada

hubungan

secara

structural,

jumlah

sekret

yang

disekresikan tergantung kebutuhan tubuh.


2. Kelenjar endokrin yang terdapat pada manusia antara lain,
hipofisis, tiroid, paratiroid, adrenal, pineal, dan organ-organ
tubuh

yang

mengandung

kelenjar

endokrin

misalnya,

pankreas, gonad, ginjal, lambung, dan usus halus.


3. Kelenjar endokrin pada manusia memiliki peran penting
sebagai pengatur semua kegiatan hormon lain (bersama
dengan saraf) dalam tubuh manusia, misalnya mengatur
metabolisme

kalsium,

karbohidrat,

dan

lipid,

mengatur

osmoregulasi, zat-zat yang disekresi maupun diekskresi,


semua kegiatan tersebut dibantu oleh adanya hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar endokrin.

Daftar Pustaka
Junqueira, L. C.. Basic Histology (pdf). New York: The Mc. GrawHill companies.
Ross, Michael H. 2011. Histology A Text and Atlas With Correlated
Cell and olecular Biology. Philadelphia : Mc Millan company
Tenzer, Amy. 1993. Struktur Hewan Bagian I. Malang: Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Malang.

Anda mungkin juga menyukai